Featured Posts

Paud, Jembatan Keunikan AnakPaud, Jembatan Keunikan Anaktuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya.....

Readmore

kunci penting kembangkan bakat anakKunci Penting Kembangkan Bakat AnakBAKAT dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya....

Readmore

pengembangan bakat disesuaikan dengan kebutuhan anakPengembangan Bakat Disesuaikan dengan Kebutuhan AnakKUNCI lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan bakat anak adalah dengan selalu berpijak pada kebutuhan anak....

Readmore

Rss


Mainan dan permainan sangat diperlukan untuk meningkatkan perkembangan motorik dan kecerdasan anak. Mainan anak pun kini tampil lebih menarik dengan berbagai fitur-fiturnya. Namun, orangtua juga perlu mewaspadai bahaya yang tersembunyi dari mainan. 

Magnet kecil, bateri yang kuat atau sinar laser merupakan sebagian dari fitur-fitur mainan modern yang bisa berbahaya bagi anak selain juga bagian kecil yang mudah terlepas. 

"Fungsi utama mainan adalah untuk bermain dan belajar karena itu seharusnya mainan tidak membahayakan bayi. Orangtua sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih mainan untuk anaknya," kata Rachel Weintraub, direktur keamanan produk dari Consumer Federation of America.

Di Amerika sendiri selama tahun 2008 terjadi penarikan 235.000 mainan anak yang dianggap membahayakan. Selain itu 19 anak dilaporkan meninggal akibat kecelakaan yang melibatkan mainan. 

Bagian kecil yang tertelan sejak dulu menjadi penyebab utama kejadian meninggal pada anak sehingga kini para produsen diwajibkan mencantumkan peringatan jika ada bagian yang mudah copot dari produknya.

Menurut Consumer Product Safety Commision, mainan di zaman modern ini memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi. Mereka merujuk pada kasus kematian 2 balita di tahun 2008 akibat tertabrak mainan motor-motoran dan dua lainnya yang tewas akibat tercebur ke kolam renang saat mengendarai sepeda roda tiga.

Selain mainan yang dikendarai, baik bermotor atau dikayuh, mainan yang mengandung magnet juga mengandung bahaya sendiri. "Batu baterai atau magnet yang tertelan bisa menempel di saluran cerna. Bukan hanya menyumbat, terkadang juga beredar ke saluran pencernaan," kata Weintraub.

Sumber bahaya lainnya adalah sinar laser yang biasa ada di mainan modern. Di Swiss, remaja berusia 15 tahun dilaporkan mengalami kebutaan akibat terkena sinar laser dari mainan. 

"Terlalu lama bermain video games juga berpotensi merusak mata anak. Karena itu disarankan untuk melakukan istirahat setelah bermain video games selama 30 menit," katanya.


-kompas.com-


[ Read More ]



Para ahli perkembangan anak setuju, bahwa mainan anak yang tepat sesuai usianya bisa bantu anak lebih cerdas dan memaksimalkan perkembangan otaknya. Namun, pilihan mainan anak di luar sana sungguh sangat banyak. Membuat para orangtua kebingungan memilih mainan apa yang tepat untuk anak.


Sandra Gordon, penulis Consumer Reports Best Baby Products, mengatakan, bahwa kunci memilih mainan dan aktivitas yang tepat untuk melatih perkembangan otak anak adalah dengan memilih yang sesuai level perkembangan si anak itu sendiri. Ketika Anda memilih mainan yang tepat, berarti Anda berbicara dengan bahasa yang sama dengan si bayi.


Ia menyarankan untuk memilih mainaan yang sesuai dengan usia anak agar tidak membuatnya frustasi. Bayi, tertarik pada barang yang bergerak dan bersuara. Jadi, menggoyangkan mainan berbunyi atau kunci akan menstimulasi mereka. Semakin mereka beranjak dewasa, Gordon merekomendasikan mainan bertekstur yang bisa disentuh dan remas, seperti boneka lembut.


Berikut adalah mainan dan kebisaan anak sesuai tahapan perkembangannya dari situs WebMD:
 
Dari lahir hingga 4 bulan
Lakukan aktivitas:
* Membaca untuknya,
* Membuat mimik wajah yang berlainan,
* Mengelitikinya,
* Memindahkan obyek yang dilihat bayi perlahan-lahan,
* Menyanyikan lagu anak-anak dengan frase yang diulang,
* Menceritakan aktivitas Anda saat bersamanya. Misal; "Adik sudah mandi, sudah wangi. Sekarang Mama taburin minyak telon di perut Adik supaya hangat. Sekarang Mama mau kasih bedak di badan Adik supaya wangi."

Usia 4-6 bulan
* Bantu bayi untuk memeluk boneka binatang,
* Tumpuk barang-barang seperti blok plastik dan biarkan si kecil menjatuhkannya,
* Mainkan musik dengan ritme berbeda,
* Tunjukkan buku dengan warna-warni terang kepada si bayi,
* Biarkan si bayi mengenal barang dengan tekstur yang berbeda.

Usia 6-18 bulan
* Bicaralah dan berinteraksi berhadapan untuk meningkatkan koneksi antara suara dan kata-kata,
* Tunjuk orang-orang yang ia kenal dan sering lihat sambil mengulang namanya,
* Nyanyikan lagu-lagu dengan kalimat berulang serta gerakan tangan,
* Bermain petak umpet yang ringan, seperti menutup matanya atau menutup wajah Anda dan kejutkan ia dari balik kain dan sebagainya.

Usia 18-24 bulan
* Main tunjuk bendanya. Misal, "Mana mobil berwarna merah? Mana permen warna hijau?" Atau, Anda bisa memintanya mengambilkan barang yang ada dekatnya, misal, "Mama minta tolong diambilkan bedaknya, dong, Dik."
* Bicaralah langsung kepada si bayi secara langsung,
* Kenalkan si anak kepada alat-alat menulis, seperti krayon dan kertas,
* Tanyakan pertanyaan "dimana dan apa" saat membacakan dongeng untuk anak,
* Dorong anak untuk bermain mandiri dengan mainan favoritnya.

Usia 24-36 bulan
* Berikan pujian pada anak dan dorongan saat ia bermain untuk melatih kemampuan motoriknya,
* Dorong ia dengan memberitahunya cara lain dalam menggunakan mainannya,
* Bantu anak untuk melakukan kegiatan harian, seperti bermain bicara di telepon, mengendarai mobil, mengadakan acara minum teh,
* Saat membaca buku, ajak si anak untuk ikut dalam ceritanya dengan menanyakan pertanyaan berhubungan dengan cerita, tunjukkan kata-kata pada saat membaca pada anak, sambil membantunya mengenali arti kata itu sambil didemonstrasikan jika memungkinkan.

Usia 3-5 tahun
* Ajarkan untuk berbagi dengan contoh,
* Mainkan permainan papan untuk mengajarkan tentang peraturan dan keahlian,
* Batasi waktu menonton televisi menjadi 1-2 jam per hari dan menontonlah bersama si kecil untuk membuatnya menjadi acara yang interaktif,
* Saat si kecil makin mahir, tawarkan pilihan yang sederhana, misal, memilih mau membaca buku atau bermain puzzle,
* Batasi penggunaan kata "jangan" dan dorong ia untuk mengeksplorasi dan mendorong keingintahuannya,
* Berikan rasa hormat dan perhatian, serta tunjukkan kesabaran saat si kecil berusaha menjelaskan pengalamannya,
* Sisihkan waktu setiap hari bersama si kecil untuk mendiskusikan apa saja yang telah ia lalui hari itu, dan dorong si kecil untuk menjelaskan dan mengeksplorasi pengalaman barunya.




-kompas.com-


[ Read More ]


Mengajarkan anak berenang sejak dini ternyata memiliki banyak manfaat. Selain menyehatkan, aktivitas olahraga air itu juga bermanfaat merangsang perkembangan otak anak. Tim peneliti di Queensland percaya bahwa berenang bisa meningkatkan kecerdasan anak.

Sebuah proyek penelitian Universitas Griffith menganalisa lebih 10 ribu anak lima tahun ke bawah untuk mengetahui pengaruh berenang terhadap perkembangan fisik, sosial, intelektual, dan kemampuan bahasa.

Seperti dilansir dari Times of India, Profesor Robyn Jorgensen mengatakan bahwa anak yang memiliki rutinitas berenang cenderung lebih percaya diri dibandingkan dengan anak seusianya yang tak memiliki rutinitas tersebut.

Penelitian ini sudah berjalan setidaknya dua tahun untuk merekam perkembangan anak-anak selama belajar berenang. "Data awal yang kami dapat memberikan kabar perkembangan cukup positif," katanya. "Bahkan anak-anak yang ikut sekolah berenang terlihat berkembang lebih bagus dalam kehidupannya."

Jorgensen mengatakan penelitian juga memantau 60 perenang muda yang diambil secara acak dari sejumlah sekolah di Australia untuk mendukung penelitian. Berdasarkan penelitian, anak yang sejak kecil diajarkan berenang memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diajari berenang sejak kecil.

-vivanews.com-



[ Read More ]


Inilah cara efektif agar si kecil terbiasa ucapkan "permisi", "tolong" dan "terima kasih"....

Orangtua terkadang merasa kesulitan membiasakan anak agar memiliki perilaku yang sopan. Mungkin, sudah banyak cara yang Anda terapkan, tapi agaknya si kecil tidak mau nurut. Meskipun sekadar mengatakan “permisi”, "tolong" dan "terima kasih".

Cara terbaik untuk mengajar anak tata krama adalah dengan memberinya contoh perilaku dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah. Berikut ini ada beberapa aktivitas yang dapat Anda manfaatkan untuk membimbingnya ke arah yang positif, seperti dikutip dari Modern Mom.

Lewat buku 

Membaca buku bersama anak merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengajarkan sikap sopan santun. Ketika memilih sebuah buku untuk anak, pilihlah yang sesuai dengan usia dan  karakter yang dikaguminya.

Agar si kecil makin tertarik, pilihlah buku-buku yang mudah dicerna, berwarna, dan banyak gambarnya. Sekarang ini, hampir semua toko buku menyediakan ragam buku mengajarkan sopan santun untuk anak.

Sambil bermain

 Mengadakan pesta minum teh di rumah memungkinkan Anda untuk mengajarkan anak-anak Anda, misalnya mengenai bagaimana mengatur meja, sampai tempat duduk.

Sementara anak-anak yang lebih muda bisa belajar sopan santun, anak-anak yang lebih tua dapat menikmati manfaat pesta teh. Mereka akan belajar banyak hal, menyajikan makanan di meja yang benar, meminta sesuatu yang berada di seberang meja, dan bagaimana menyudahi makanan.

Setelah Anda merasa ada kemajuan etiket etiket pada anak-anak, coba pertimbangkan untuk mengajak mereka menghadiri pesta minum teh secara formal.

Bermain sandiwara

 Seni peran, misalnya main sandiwara, efektif untuk mengajarkan sopan santun pada si kecil. Untuk mengajarkan perilaku anak Anda melalui bermain peran, berikan contoh dialog, lalu jelaskan skenarionya.

Sebagai contoh, jika Anda ingin mengajarkan si kecil untuk selalu mengatakan "tolong," jelaskan apa pentingnya mengatakan kata itu dan pada situasi seperti apa harus mengatakannya pada orang lain.

Atau, ketika Anda ingin membiasakan si kecil mengatakan “terima kasih,” caranya Anda bisa menyerahkan mainan kepadanya. Lalu  mendorong dia mengatakan “terima kasih.” Jangan lupa, Anda merespon dengan mengatakan “terima kasih kembali.”

Banyak hal soal etiket yang bisa Anda masukkan dalam permainan peran ini. Yang penting lagi, pastikan juga bahwa peran anak dalam permainan sandiwara ini sesuai dengan usianya.


-vivanews.com-



[ Read More ]


Setiap keluarga mempunyai cara sendiri-sendiri untuk menanamkan disiplin pada anak. Walau berbeda, sebenarnya tujuannya sama, yaitu menangani anak bandel atau yang bertingkah nakal.

Ketika Anda melihat si kecil berbuat kenakalan, entah itu di rumah, saat jalan-jalan di mal, atau ketika berkunjung rumah tetangga, mungkin secara refleks Anda akan berteriak, “Berhenti!”  Atau, bisa jadi Anda akan memukul si kecil agar tidak melanjutkan perbuatannya.

Tahukah Anda, menurut pakar psikologi anak, menangani anak nakal dengan cara berteriak atau memukul dapat menimbulkan efek negatif pada emosi si kecil. Agar disiplin bisa dilatih sejak dini, kenali cara lain yang lebih efektif untuk buah hati Anda, seperti dikutip dari laman Modern Mom.

Beda usia, beda cara 

Pertimbangkan usia anak Anda. Cara menanamkan disiplin pada anak tidak sama di tiap usia. Beda usia, beda cara. Misalnya, untuk anak berusia 15 bulan, Anda bisa menggunakan cara pengalihan perhatian untuk membuatnya disiplin. Berbeda dari anak usia yang lebih muda atau lebih tua dari itu, Anda mengabaikan mereka jika merengek-rengek atau bertindak tidak tepat, untuk mendapatkan perhatian Anda.

Beri contoh 

Contohkan perilaku yang baik agar si kecil menirunya. Menurut penelitian, teknik itu selalu direspon baik oleh anak-anak. Sebab, memberi si kecil contoh dari apa yang harus dilakukan, bukan apa yang tidak boleh dilakukan.

Anak-anak lebih mudah meniru perilaku orang dewasa. Mereka lebih mudah menerima pendekatan itu dari pada diberi tahu apa yang tidak boleh mereka lakukan.

Berpegang pada aturan

 Tetaplah berpegang pada aturan yang Anda tetapkan untuk buah hati. Setelah memberitahu harapan Anda pada si kecil, hal ini akan memperkuat perilaku yang ingin Anda lihat dari si kecil.

Beri penghargaan 

Anda harus ingat untuk selalu menghargai anak Anda setiap kali dia menunjukkan perilaku baik. Lontarkan pujian kepada si kecil tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga menawarkan hadiah favoritnya. Si kecil tentu akan merasa Anda benar-benar bangga pada dirinya sendiri.

Ungkapkan ketidaksetujuan Anda 

Selalu ungkapkan pendapat Anda jika Anda merasa tingkahnya tidak tepat. Jelaskan kepadanya tentang perilaku yang tidak baik itu. Mengekspresikan pendapat Anda merupakan pendidikan keluarga yang bagus. Ini akan efektif mengubah perilaku si kecil.

Konsekuensi 

Jika anak tidak disiplin atau melakukan kesalahan untuk pertama kalinya, segera ungkapkan kalau ia bersalah. Hal itu untuk menghindari ia melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Katakan juga padanya setiap kesalahan memiliki konsekuensi, salah satunya adalah hukuman. Hukuman bisa berupa tidak mengizinkannya menonton televisi beberapa hari atau memotong uang jajannya sementara waktu.

Jangan berikan hukuman fisik seperti memukul, hal itu hanya akan menimbulkan trauma dan bisa meregangkan hubungan Anda dengannya. Memberikan hukuman atau konsekuensi atas kesalahan anak juga melatih perkembangan psikologisnya. Mereka jadi lebih peka dan berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu kesalahan.


-vivanews.com-


[ Read More ]


Anak yang sering berbicara dengan ayahnya, hidupnya lebih bahagia...

Ternyata, peran ayah di kehidupan anak sangat besar. Jika Anda ingin si kecil selalu merasa bahagia, cara paling mudah adalah meminta anak dan ayah untuk selalu saling bercerita.
 
Menurut penelitian yang dilakukan tim peneliti dari University of York, Inggris, anak-anak yang sering berbicara dengan ayahnya, lebih bahagia dibandingkan mereka yang jarang berbicara.

Seperti dikutip dari Times of India, temuan ini berdasarkan analisa British Household Panel survei pada 1.200 anak dan remaja yang berusia antara 11 hingga 15 tahun. Anak muda yang mengatakan bahwa mereka selalu berbicara tentang berbagai hal pada ayahnya hampir setiap hari, skor kebahagiaannya mencapai 87 persen.

Sedangkan, yang jarang berbicara skor kebahagiannya 79 persen. Mereka mengatakan bahwa hampir tidak pernah atau jarang kepada ayahnya. Lalu, hampir setengah dari para anak muda, 46 persen, mengatakan mereka sangat sulit untuk berbicara topik penting pada sang ayah.
Sementara, hanya 28 persen yang merasa sulit berbicara topik penting pada sang ibu. Dan, hanya 13 persen anak muda yang sering bercerita pada ayah mereka.

Penelitian dari komisi Children Society, Inggris juga menunjukan, para anak muda makin jarang berbicara pada ayahnya tentang isu-isu penting seiring pertambahan umurnya. Data menunjukan 42 persen, anak usia 11 tahun, lebih sering berbicara pada ayah mereka, dibandingkan anak 15 tahun, presentasenya hanya 16 persen.

Dari analisa diketahui ada sedikit perubahan selama bertahun-tahun dengan proporsi yang sama. Sebanyak 30 persen dari orang muda yang berbicara pada ayah mereka  tentang sesuatu yang penting lebih dari hanya satu kali dalam seminggu.


-vivanews.com-



[ Read More ]


Stimulasi berupa aneka permainan dan perlombaan kreativitas yang menyenangkan merupakan salah satu kunci optimalisasi untuk kecerdasan anak, selain pemberian nutrisi yang tepat dan seimbang.

Brand Manager Anmum System, PT Fonterra Brands Indonesia, Muliaman Mansyur, mengatakan saat lahir setiap bayi memiliki sekitar 100 miliar sel otak, namun kecerdasan anak tidak ditentukan oleh banyaknya sel otak melainkan jumlah terjadinya hubungan antarsel otak yang disebut dengan sinaps.

Stimulasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk mendorong terjadinya hubungan antarsel otak bayi. Kekuatan dan jumlah hubungan antarsel syaraf tersebut menjadi dasar untuk membantu proses belajarnya menjadi semakin cepat.

Tanpa stimulasi yang baik dan tepat, perkembangan otak bayi menjadi kurang optimal, akibatnya sinaps yang jarang atau tidak terpakai akan musnah. Untuk itu sangat penting artinya pemberian stimulasi secara rutin pada anak.

"Stimulasi perlu dilakukan secara rutin karena setiap kali anak berpikir atau memfungsikan otaknya, akan terbentuk sinaps baru untuk merespons stimulasi tersebut. Stimulasi yang terus-menerus akan memperkuat sinaps yang lama sehingga otomatis membuat fungsi otak akan makin baik," katanya, siang ini.

Dikatakan, orang tua memiliki peranan yang besar dalam memberikan stimulasi dan mengembangkan pola asuh anak, namun akibat kesibukan sehari-harinya terkadang orang tua tidak dapat memberikan perhatian penuh kepada anak.

Salah satu metode yang dipakai untuk menyiasati kebersamaan yang berkualitas dalam waktu sempit adalah dengan menggunakan floor time yakni orang tua dan anak menghabiskan waktu bersama, selama 20-30 menit tanpa interupsi untuk berinteraksi dan bermain.

Konsep-konsep yang harus diperhatikan dalam floor time adalah orang tua harus menyesuaikan permainan dengan minat anak, mencurahkan kasih sayang, dan memancing anak untuk merespons apa yang orang tua katakan dan lakukan.

"Floor time dapat mendekatkan hubungan orang tua dan anak, memperbaiki komunikasi dan sebagai wadah bagi orang tua dan anak untuk mencurahkan perasaan serta gagasan," katanya


-waspada.co.id-


[ Read More ]


JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Dirjen PNFI) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Hamid Muhammad mengatakan, Kemdiknas akan siap melakukan akreditasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun 2011 mendatang. Menurutnya, hal ini diakibatkan masih sangat minimnya standar pendidikan PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hamid menyebutkan, salah satu hal yang mengakibatkan minimnya standar program PAUD tersebut, adalah karena kurangnya sumber daya pelaksanaan di lapangan. "Meskipun pada tahun 2009 lalu Kemdiknas sudah mengeluarkan standar PAUD, namun masih ada saja PAUD yang muncul hanya bermodalkan semangat dan tanpa persiapan yang matang," ungkap Hamid di Jakarta, Senin (13/12).


Hamid menjelaskan, tahun 2010 ini Kemdiknas telah menyusun standar sebagai turunan standar PAUD, yang nantinya akan dijadikan suatu instrumen yang berfungsi untuk menata seluruh lembaga-lembaga PAUD. "Dengan begitu, ke depannya kita akan tata betul-betul lembaga-lembaga PAUD yang tidak layak dan cenderung tidak memberikan layanan yang optimal," tukasnya.


Lebih jauh, Hamid menambahkan, anggaran PAUD untuk tahun 2010 sendiri mencapai sebesar Rp 979 miliar. Sedangkan untuk tahun 2011 mendatang, Hamid memastikan akan bertambah dari anggaran sebelumnya, lantaran adanya reorganisasi yakni masuknya TK ke Ditjen PAUD. Sebelumnya, (pendidikan) TK ditangani langsung oleh Ditjen Mandikdasmen. "Tahun 2011 nanti, anggaran untuk PAUD diperkirakan mencapai Rp 1,4 triliun," sebutnya.


Sebelumnya, untuk mencapai tahapan penyusunan akreditasi PAUD, Direktur PAUD, Sudjarwo Singowidjoyo mengatakan, Kemdiknas telah melakukan pertemuan tingkat nasional program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini. Pertemuan tersebut mengusung tema "Memperkokoh Komitmen Bersama untuk Mengembangkan PAUD dalam Rangka Membangun Karakter Bangsa".


"Rapat koordinasi ini dianggap sangat penting, mengingat PAUD merupakan salah satu program prioritas dari Kemdiknas, yang tentunya memiliki nilai strategis dalam pengembangan karakter bangsa di masa yang akan datang," ucapnya.


Secara khusus, kegiatan ini disebutkan bertujuan untuk memperkokoh komitmen antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan program PAUD. Selain itu, program pengembangan PAUD juga didukung oleh bantuan dari Bank Dunia, Ibu Sheila Town dan Kerajaan Belanda, sesuai dengan nota kesepakatan program pengembangan PAUD di provinsi/kabupaten.


-jpnn.com-


[ Read More ]


Kita tahu sekarang pemerintah betul-betul memfokuskan diri untuk mengembangkan PAUD di Indonesia ini, kira-kira sekitar 10 tahun terakhir ini kita focus mengembangkan PAUD. Ada beberapa alasan penting, kenapa PAUD diprioritaskan.
DIRJEN PNFI 
BUKA PERTEMUAN TINGKAT NASIONAL PAUD- Dirjen PNFI Kemdiknas, Hamid 
Muhammad, didampingi Direktur PAUD, Sudjarwo Singowidjoyo, memukul Gong 
tanda dibukanya Pertemuan Tingkat Nasional Program Pendidikan dan 
Pengembangan Anak Usia Dini, di Jakarta, Kamis, (9/12). Foto Astra 
Desita
Bahkan Kemdiknas untuk 5 tahun ke depan telah mencantumkan prioritas utama program pendidikan untuk 5 tahun ke depan PAUD yang pertama dan utama. Minimal ada 4 alasan penting yang secara ilmiah sudah dibuktikan di beberapa negara.
“Jadi yang pertama, adalah masalah pengembangan intelektual anak itu 50 persen terjadi di usia 0 – 4 tahun. Jadi usia 0 – 4 tahun itulah masa yang harus kita bina betul, karena 50 persen perkembangan kecerdasan intektual anak terjadi pada usia ini,” ujar Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal, Hamid Muhammad, saat membuka Pertemuan Tingkat Nasional Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini, di Jakarta, Kamis, (9/12).
Kemudian kata dia, 4 tahun berikutnya, di usia 8 tahun tumbuh kembali 30 persennya. Artinya apa, usia 0 – 8 tahun orang sering menyebutnya sebagai usia emas, usia yang tidak boleh dilewatkan dalam perkembangan manusia, karena memang 80 persen perkembangan intelektual anak itu terjadi pada usia 0 – 8 tahun.
Hamid menjelaskan, Itulah kenapa, yang namanya PAUD, yang menurut versi UNESCO adalah 0 – 8 tahun, tetapi kalau UU Sisdiknas 0 – 6 tahun. Disinilah kita bisa membuat generasi yang kita inginkan, dengan memberikan prioritas pendidikan sebaik mungkin bagi anak-anak kita ke depan.
Alasan kedua katanya, bukan hanya kecerdasan intelektual yang tumbuh di masa PAUD ini, tetapi perkembangan kepribadian, perkembangan kemampuan seseorang secara menyeluruh juga terjadi pada usia PAUD ini.
Itulah kenapa, pembentukan karakter yang paling kuat dan paling optimum di usia dini, kita mengajarkan kejujuran, kedisiplinan, kemampuan untuk mandiri, itu harus ditanamkan pada masa usia dini.
Alasan ketiga, berbagai penelitian menunjukkan betapa PAUD itu menentukan suksesnya seseorang di masa depannya, termasuk menentukan kegagalan seseorang di masa depan.
Karena anak yang mendapatkan layanan PAUD lebih percaya diri dan lebih siap untuk belajar di tingkat SD dan tingkat berikutnya. Itulah kenapa PAUD itu menentukan angka drop out, menentukan prestasi seseorang pada tingkat satuan pendidikan di atasnya dan bahkan menentukan prestasi  seseorang di masa depannya.
Sedangkan alasan ke empat, kata dia, adalah kalau ibu dan bapak sekalian ahli ekonomi, suka menghitung-hitung, berapa sebenarnya tingkat return sebuah investasi di bidang pendidikan, dibandingkan dengan investasi disatuan pendidikan lainnya, bahwa tingkat pengembalian/return yang diterima oleh seorang anak yang memperoleh pendidikan PAUD dan yang tidak itu sangat-sangat jauh sekali.
Sementara itu Direktur PAUD, Sudjarwo Singowidjoyo, mengatakan, pertemuan tingkat nasional program  Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini ini diwujudkan dengan tema Memperkokoh Komitmen Bersama Untuk Mengembangkan PAUD dalam Rangka Membangun Karakter Bangsa.
Rapat koordinasi ini kami anggap sangat penting, mengingat pendidikan anak usia dini merupakan salah satu program prioritas dari Kementrian Pendidikan Nasional yang tentunya memiliki nilai strategis dalam pengembangan karakter bangsa di masa yang akan datang, ucapnya.
Secara khusus kegiatan ini bertujuan, diantaranya, untuk memperkokoh komitmen antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan program PAUD, khususnya program pengembangan PAUD, yang didukung oleh bantuan dari Bank Dunia, Ibu Sheila Town dan kerajaan Belanda, sesuai dengan Nota Kesepakatan program pengembangan PAUD di propinsi/kabupaten.
Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melakukan refleksi dan evaluasi perkembangan dan hambatan dalam pelaksanaan program pengembangan PAUD di 50 kabupaten/kota di 21 propinsi.
Termasuk untuk mensosialisasikan kebijakan dan rencana strategis program pengembangan PAUD di masa yang akan datang khususnya untuk tahun 2010 – 2014 dan untuk menyusun rencana tindak lanjut pembinaan program pengembangan PAUD yang disepakati antara pemerintah pusat dan daerah.
Menurut Sudjarwo, hasil yang diharapkan dari pertemuan ini antara lain adalah, agar terjadinya persamaan satu persepsi dalam memahami tentang kebijakan PAUD baik di tingkat nasional maupun implementasinya di tingkat daerah.
Harapan kedua adalah untuk melakukan suatu sinkronisasi pelaksanaan pembinaan program pengembangan PAUD, dengan dinas pendidikan propinsi/kabupaten, serta Bappeda dan instansi terkait lainnya.
Harapan lainnya adanya kesepakatan tingkat nasional untuk menjaga keberlangsungan program pengembangan PAUD di 21 propinsi dan 50 kabupaten, setelah nanti berakhirnya bantuan dari Bank Dunia setelah 2013.
Pada pertemuan nasional ini kami mengundang 313 para pemangku kebijakan,  yang terkait dengan implementasi pelaksanaan program pengembangan PAUD di 21 propinsi dan 50 kabupaten.

-bipnewsroom.info-


[ Read More ]


Cerita, baik yang nyata maupun dongeng dan sebagainya, dapat meningkatkan kecerdasan berbahasa anak pada usia dini. Untuk itu, seorang pendidik diharapkan perlu mengembangkan pembelajaran tentang berbagai hal melalui penyampaian cerita berupa dongeng kepada peserta didik di lembaganya.

Demikian diungkapan Kepala Bidang Pendidikan Non-Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Winaryu Kustiyah di Rembang, Jawa Tengah, Rabu (8/12/2010). Walau demikian, kata Winaryu, cerita-cerita tersebut tak boleh lepas begitu saja dari sisi nilai-nilai pendidikan pekerti anak.

"Melalui cara ini seorang guru juga dapat merangsang kecerdasan intelegensi, kemampuan berpikir secara logis sistematis, kemampuan berinteraksi, hingga selera berbahasa dan seni," ujar Winaryu.

"Kecerdasan hati yang meliputi kecerdasan emosional dan spiritual memang terdapat pada cerita-cerita yang dilontarkan kepada anak. Jangan sampai para guru membeberkan cerita yang melenceng dari nilai pekerti," tambahnya.

Menurutnya, selama ini asupan pendidikan lebih ditekankan pada pengembangan kecerdasan intelegensi anak didik dan hal itu bisa disampaikan melalui cerita-cerita atau dongeng.

Lebih lanjut, Winaryu mengatakan, kesadaran berdisiplin pun dapat ditanamkan melalui cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai kedisiplinan. Ia mengatakan, anak usia dini, terutama di bawah usia lima tahun, memiliki aktivitas yang spontan, alami, dan sangat bersemangat untuk mengetahui hal-hal yang baru ditemui atau dialaminya.

"Oleh karena itu, setiap guru yang bercerita perlu memahami kondisi anak didik, terutama proses tumbuh kembang kreativitasnya," katanya.

Ia berharap, para guru pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki minat tinggi dalam hal membaca dan mengasah keterampilan berkomunikasi sebagai bekal bercerita kepada anak atau siswa.


-kompas.com-




[ Read More ]


AUTISME dapat terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Tidak banyak yang tahu, autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan.

Gangguan ini diidentifikasi sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro sehingga menyebabkan interaksi sosial, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap yang tidak normal.

Karena itu, orang tua harus mewaspadai gejala autis pada anak sejak usia dini. Dosen Akademi Keperawatan Kota Singkawang, Winnellia, belum lama ini mengatakan, setidaknya ada enam gejala untuk mengetahui seorang anak menderita autis atau tidak.

Gejala tersebut yakni tidak ada kontak mata, kesulitan dan gangguan bicara serta komunikasi dan gangguan respon emosional serta interaksi. Selain itu, anak sulit diberi pengarahan, sulit mengungkapkan sesuatu, gangguan imajinasi dan indra perasa.

Ia menjelaskan, penderita autis akan melakukan aktivitas yang berulang dan tidak bermakna karena terjadi gangguan perkembangan. "Penyebabnya sampai saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti," katanya.

Meski demikian, menurut dia, beberapa ahli mengatakan penyebabnya dapat karena genetik, infeksi rubella, atau terpapar bahan kimia pada saat hamil.
Penting disadari para orang tua, semakin cepat anak penderita autis mendapat terapi, proses penyembuhan akan lebih cepat. Anak autis dinyatakan ada kemajuan menuju perkembangan yang baik jika sudah bersekolah biasa atau umum, dapat diarahkan dan bebas dari gejala-gejala sisa.

Terapi
Ada sejumlah lembaga terapi dengan berbagai metode untuk penyandang autis. Bahkan, menurut Winnellia, terapi dapat dilakukan di rumah. Metode itu bersifat sistematik, terstruktur dan terukur.

Terapi obat untuk mengatasi masalah perilaku yang tidak terkontrol. Terapi diet, anak autis dilarang mengonsumsi gula, lemak, ragi, terigu, susu, kafein, pengawet makanan, penyedap makanan dan pewarna makanan.

Terapi okufasi untuk latihan motoriknya, terapi wicara diberikan pada anak kesulitan dan gangguan komunikasi. Terapi perilaku adalah terapi yang memperbaiki perilaku dan jika anak berperilaku dapat diarahkan kearah positif diberi pujian.

Beberapa ahli gizi, kata dia, memberi saran, ada sejumlah makanan yang sesuai dikonsumsi para penyandang autisme karena bahan makanan ini terbatas dari gluten dan kasein. Para penyandang autis didalam tubuh mereka tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua bahan makanan ini.


-suaramerdeka.com-


[ Read More ]


BALITA Anda tampak asyik bermain dengan teman-temannya dan Anda hanya mengawasinya dari jauh. Memang benar membiarkan anak memiliki waktu bermain sendiri dengan teman-temannya tanpa campur tangan orang dewasa. Namun penelitian menunjukkan bahwa bermain dengan orangtua juga penting.
Dengan bermain bersama orangtua, anak merasa istimewa dan tentunya merasa lebih aman. Orangtua juga harus meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak. Sehingga waktu si kecil bermain dengan teman-temannya dan dengan orangtuanya pun seimbang. Sebab hal ini berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Dengan bermain, anak dapat mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial, dan nalarnya. Melalui interaksinya, anak belajar meningkatkan toleransi terhadap kondisi yang dapat menimbulkan frustrasi. Berperan aktiflah dengan ikut bermain. Tips berikut akan bermanfaat bagi Anda:

Bercerita
Ceritakanlah segala hal yang Anda alami atau lakukan sehari-hari. Lalu, mintalah si kecil melakukan hal yang sama. Cara ini akan menambah kemampuan berbahasa anak juga wawasannya. 

Membaca bersama
Perkenalkan si kecil pada buku-buku dan gambar sesuai dengan usianya. Bacakanlah buku cerita dan tunjukkan gambar-gambar menarik untuk menambah pengetahuannya. Mintalah ia menceritakan kembali apa yang telah Anda bacakan. Mintalah juga si kecil menyebut keterangan gambar yang ditunjukkan sebelumnya.

Posisi sejajar
Bermainlah dan berkomunikasi dengan posisi wajah sejajar dengan ketinggian anak. Jangan ambil jarak, ikutilah permainannya. Jika si kecil bermain di lantai, duduklah juga di lantai. Lewat cara ini, anak akan nyaman karena merasa dekat dengan Anda. 

Pemimpin pengikut
Secara bergantian, jadilah pemimpin dan pengikut. Ketika menjadi pemimpin, mintalah anak untuk memilih permainan juga aturan permainannya. Dengan demikian, anak akan lebih mengenal peran lain dan memicunya berfikir kreatif. Sebaliknya, ketika menjadi pengikut, anak akan mengikuti aturan main Anda. Cara ini mengenalkannya pada sikap kepatuhan dan toleransi.

Jalan-jalan
Mengajak si kecil jalan-jalan ke tempat-tempat yang sesuai dengan usianya, seperti kebun binatang dan taman bermain akan menambah wawasannya. Lewat suasana bermain, ia akan cepat mempelajari hal-hal baru. 

Tak lupa, pilihkan mainan yang aman baginya. Tentu, peran Anda tetap diperlukan untuk mendampinginya. Mainan yang dimaksud tak harus mahal dan bermerek, sebab yang lebih penting adalah sisi edukasinya. Jika perlu, libatkan ia untuk membuat mainannya sendiri dari bahan-bahan sederhana, seperti kertas atau kardus.


-suaramerdeka.com-


[ Read More ]



ANAK cerdas menjadi dambaan setiap orangtua. Cerdas berarti mampu beradaptasi dengan lingkungan serta mampu memecahkan masalah dalam situasi tertentu. Kecerdasan anak tak dapat lepas dari perkembangan otaknya sebagai pusat tumbung kembang.

Keseimbangan otak kanan dan otak kiri diperlukan agar buah hati Anda tumbuh menjadi anak yang cerdas. Fungsi otak kiri terkait dengan kemampuan tata bahasa, berhitung, daya ingat, logika, yang umumnya terdapat pada pendidikan formal. Sedangkan fungsi otak kanan berhubungan dengan penalaran seni, sosialisasi, kreativitas, juga pengendalian emosi.

Karena itu, stimulasi otak kanan maupun otak kiri penting dilakukan agar memiliki kemampuan seimbang. Stimulasi itu harus dilakukan sedini mungkin, mengingat si kecil sangat peka terhadap stimulasi pada masa prenatal atau sebelum kelahiran hingga empat tahun usia anak.

Meski demikian, orangtua biasanya lebih terfokus pada stimulasi otak kiri anak, mulai dari mengajarinya berbicara, membaca hingga berhitung. Tak kalah pentingnya, stimulasi otak kiri, dengan musik misalnya.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa musik meningkatkan kualitas hidup anak. Musik dapat memperkuat bayi prematur. Bahkan, mendengarkan musik 40 menit sehari selama empat hari berturut-turut ternyata mampu menaikkan berat badan, menurunkan tekanan darah juga memperkuat detak jantung.

Menumbuhkan kesukaan anak pada musik dapat dilakukan dengan membiasakannya mendengarkan musik di sela aktivitasnya, saat hendak tidur, atau menyanyilah untuknya sembari mengajarkan lagu-lagu sesuai dengan usianya.


-suaramerdeka.com-




[ Read More ]


Untuk mencetak pemimpin yang berkualitas dan berkarakter  daya saing, mandiri, dinamis berorientasi iptek, bermoral dan berakhlak mulia maka pembangunan karakter bangsa harus dimulai sejak usia dini melalui guru, sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan dalam keluarga sebagai modal dasar.

Membangun karakter sejak dini sangat penting bagi orang tua dan guru, harapanya agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik, membangun karakter anak bisa dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, MA, pada acara wisuda Universitas Terbuka di Pondok Cabe Tangerang Selatan, Senin (22/11).

“Dalam mengembangkan karakter bangsa, kita sudah punya modal dasar yang bagus seperti Undang Undang Dasar 45, Bhineka Tunggal Ika, dan Pancasila,” katanya dan menambahkan, pemerintah juga mempunyai visi dalam membangun karakter bangsa yaitu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan bangsa, menetapkan demokrasi dan keadilan.

Dampak pendidikan pada ekonomi pembentukan modal manusia merupakan faktor kunci dalam pembangunan ekonomi. Human capital didefinisikan sebagai investasi yang produktif pada manusia dalam pendidikan, kesehatan dan pelatihan tenaga kerja.
 
Model pertumbuhan ekonomi menjelaskan bahwa investasi pendidikan mempunyai dampak besar dalam pertumbuhan ekonomi.

Sementara pandangan mengenai Universitas Terbuka (UT) menurut Armida, UT merupakan perguruan tinggi yang mempunyai peran sangat strategis bagi guru guru di daerah yang jauh dari perguruan tinggi karena mereka bisa mengakses pendidikan di UT sehingga  dapat meningkatkan kualitasnya.
 
Dalam pilar pendidikan dan aspek pemerataan UT sudah menjangkau keseluruh Indonesia oleh sebab itu UT merupakan perguruan Tinggi yang sangat strategis dalam peran pendidikan.
 
Sementara Rektor UT, Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed. Ph.D mengungkapkan, pemimpin tidak bisa jalan sendiri, pemimpin harus ada orang yang mendukung dibelakangnya untuk mempersatukan visi dan misinya sehingga seorang pemimpin mempunyai kekuatan.



-bipnewsroom.info-


[ Read More ]


Setiap orang tua ingin sekali anak-anaknya memiliki kecerdasan, keterampilan dan kreativitas yang terbentuk dengan baik. Banyak cara dan jalan agar anak-anak kita menjadi anak yang cerdas, terampil dan kreatif dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, di mana akan menjadi suatu kebiasaan atau hobi.

Misalkan saja dengan musik. Dengan anak-anak memiliki hobi bermusik, anak-anak pun dapat banyak berkreativitas. Sehingga keterampilan anak pun semakin bertambah dan tingkat kecerdasan anak dapat bertambah pula.

Dengan musik mereka dapat mengenal banyak suara dan bunyi-bunyian. Mereka dapat mengenal nada-nada dan irama-irama. Selain itu mereka dapat memainkan alat musik sekaligus bernyayi yang di mana dengan hal tersebut anak-anak menjadi kreatif dan berani tampil.

Tidak terlalu sulit membuat anak-anak kita menjadi anak yang cerdas, terampil dan kreatif. Di sini penulis akan coba berbagi untuk para Ibu agar anak-anak menjadi hebat dan kreatif, dengan memperkenalkan musik dari dini.

1. Mulai biasakan bagi ibu hamil suka dan sering mendengar musik. Sebagai terapi musik untuk anak. Musik itu sangat bagus sekali bagi pertumbuhan janin atau calon bayi yang ada di rahim.

2. Bila sang bayi telah lahir, perkenalkan sang bayi dengan bunyi dan suara dengan mengajaknya berbicara, tersenyum dan tertawa.

3. Mulai ajarkan si kecil kita mencari bunyi dengan cara mengeksplorasi segala hal di sekitarnya dengan tangan maupun kakinya. Karena si kecil sangat menikmati kegiatan tersebut, di mana kegiatan itu dapat menciptakan respons si kecil menjadi senang.

4. Ajarkan si kecil mulai berbicara, diawali dengan satu dua huruf konsonan dan vokal. Sehingga dengan begitu si kecil mulai berlatih untuk kemampuan bicaranya dan dapat membedakan mana suara dan mana berbicara.

5. Si kecil yang sudah mulai menginjak 1 tahun, dapat kita ajarkan untuk meniru suara-suara (dari suara hewan sampai suara-suara yang ada di alam terbuka), selain itu juga mulai diajarkan bernyanyi lagu anak-anak.

6. Tidak ketinggalan pula apabila si kecil sudah mulai bisa bernyanyi, kenalkan pada mereka juga beberapa alat atau instrumen musik yang dapat membantu keterampilan mereka.

7. Si kecil yang sudah mengenal, menyukai dan bisa bernyanyi serta memainkan alat musik, ibu dapat membantu si kecil untuk memasukkan dan mengikuti les musik yang berguna untuk lebih mengembangkan keterampilan serta potensinya. Sehingga kemampuannya dalam bermusik pun semakin berkembang dan terciptanya kreativitas anak.



-kabarindonesia.com-



[ Read More ]


Meggy, murid kelas 4 SD, begitu lincahnya menggerakkan jari-jari tangannya menggambar ibu guru yang tengah mengajar di depan kelas. Visual coretan yang ditampakkannya cukup sempurna.

Seorang ibu guru dengan rambut dikonde kecil, berkacamata, ada kerut sedikit di ujung bibir, memegang buku di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya tampak menerangkan sesuatu. Meggy tampak asyik menyimak pelajaran yang diterangkan ibu guru sambil mata dan tangannya asyik membuat gambar. Tak heran dibalik buku-buku tulisnya banyak gambar-gambar menarik yang tak jarang juga ikut dinikmati teman-temannya. Jangan tanya tentang nilai kesenian menggambarnya dan jumlah piala kompetisi melukis yang diikutinya. Semuanya serba memuaskan.

Atau coba tanyakan pada anak Anda. ‘’Dari sebuah garis lengkung atau titik dapat menjadi gambar apa ya?’’ Jika jawabannya lebih dari tiga, bisa jadi anak Anda memiliki daya imajinasi bentuk dan ruang yang meyakinkan. Kemampuan anak memvisualkan apa yang ada di benaknya lewat gambar, susunan balok, atau menjelaskan dengan rinci rute menuju sekolahnya termasuk dalam kecerdasan visual spasial.

Psikolog perkembangan anak dari Klinik Anakku, Ike R Sugianto mengatakan cerdas visual spasial adalah kemampuan memahami, memproses, dan berpikir dalam bentuk visual. Anak dengan kecakapan ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran dalam pikirannya ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Pemahaman tata letak, arah dan posisi yang baik juga bagian dari kecerdasan ini. “Anak yang cepat menghapal jalan di usia 3-4 tahun bisa dikatakan cerdas visual spasial,” katanya.

Anak dengan kecerdasan ini, lanjutnya, bisa terlihat anak mudah dan cepat memahami konsep visual-spasial serta terlihat antusias ketika melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan ini seperti bermain puzzle, lego, balok-balok, menggambar dan mewarnai dan membuat peta. Misalnya ketika anak Anda berusia 4-5 tahun diminta membangun rumah-rumahan dari balok, jangan kaget melihatnya menyusun balok dengan tepat dan cepat tanpa bantuan pola atau contoh gambar.

Menurut Howard Gardner, profesor pendidikan dari Harvard University, AS, dalam bukunya Multiple Intelligences, anak yang memiliki kepintaran visual akan dapat menyelesaikan masalah ruang (spasial). Anak mampu mengamati dunia spasial secara akurat, bahkan membayangkan bentuk-bentuk geometri dan tiga dimensi, serta kemampuan memvisualisasikan dengan grafik atau ide tata ruang (spasial). 

“Anak dengan kecerdasan visual spasial adalah pengamat dunia, mereka peka terhadap tanda-tanda alam dan mengamatinya secara menyeluruh,” ujarnya.

Kecerdasan yang bisa ditumbuhkan

Dari hasil penelitian yang dilakukan Gardner, orang-orang yang memiliki kepintaran visual spasial ini lebih banyak dipengaruhi otak kanan, yaitu bagian otak yang bertugas memproses ruang. 

Pemrakarsa situs seputar perkembangan dan terapi anak, infoterapi.com, ini menambahkan, anak yang cerdas visual tak hanya menggambarkan tapi juga mengkonstruksikan obyek ide di dalam pikiran mereka. Selain itu, kepintaran ini juga memberi kemampuan membedakan dan menemukan berbagai kombinasi atau gradasi warna. Tak heran, anak-anak ini suka sekali mendekorasi kamarnya.

Namun, sambung Gardner, kecerdasan ini bukan hanya anugerah semata dari Tuhan Yang Maha Esa tapi juga bisa ditumbuhkan. Asalkan orangtua bisa menstimulasi kemampuan ini melalui beragam kegiatan. Biasanya anak tipe ini sangat menggemari permainan-permainan ‘melihat melalui pikiran’ seperti menggambar atau membayangkan obyek dan permainan acting atau berpura-pura. “Latihan bisa diterapkan saat anak di usia balita awal lewat kegiatan sehari-harinya,” Ike menambahkan.

Ike mengatakan, setiap kecerdasan berkaitan dengan kecerdasan lainnya. Begitu pun kecerdasan visual-spasial yang juga bisa mempengaruhi proses belajar anak di sekolah. Salah satunya, membantu anak memahami soal cerita matematika. Anak lebih mudah memahami konsep pengurangan, penambahan, perkalian bahkan pembagian. Umumnya anak cerdas visual spasial memiliki metode belajar visualisasi berdasarkan penglihatannya. “Tak hanya itu kecerdasan ini juga membantunya dalam proses belajar menghafal,” katanya.

Psikolog perkembangan anak dari Universitas Indonesia (UI), Dra. Surastuti Nurdadi, MSi menambahkan, ada korelasi yang erat antara kecerdasan visual-spatial dengan kemampuan logika matematika, sehingga anak terlihat cerdas dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika serta keruangan, misalnya ilmu ukur ruang dan aljabar matematika. Dengan kecerdasan visual-spasial, anak mampu menyelesaikan masalah-masalah matematika dengan mudah. Mereka juga senang menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui berbagai sarana, antara lain melalui buku-buku lain diluar buku wajib sekolah, misalnya, ensi-klopedia, kamus, majalah atau browsing komputer.

Kecerdasan visual-spasial ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang memiliki kemampuan tinggi di semua bidang, ada juga yang tinggi di satu atau beberapa kemampuan tapi kurang pada kemampuan yang lain. Orangtua berperan memberikan stimulasi. ”Jika tidak berkembang mungkin karena faktor ketiadaan kesempatan misalnya anak-anak selalu dibantu dan tidak mendapat kesempatan melakukan segala sesuatunya sendiri,” ujar psikolog yang akrab dipanggil Nuki ini.

Selain itu, lanjutnya, permainan yang tidak mengarah pada pengembangan kecerdasan ini turut menjadi penyebabnya, seperti permainan yang menggunakan baterai, dimana anak hanya mengamati dan tidak menuntut kreativitas. Sebaiknya orangtua memberikan permainan yang memancing interaksi seperti membacakan buku cerita dan mengajak anak berbicara.

Ike menjelaskan bahwa dua subtes dalam tes inteligensi skala Wechsler yang bisa juga digunakan untuk mengukur kecerdasan visual-spasial anak. Dua subtes yang bertujuan mengukur kecerdasan ini antara lain, menyusun balok (Block Design) dan Object assembly salah satunya menyusun puzzle. Tolak ukurnya adalah kecepatan dan ketepatan anak berdasarkan tingkatan usia dan perkembangannya. “Selain itu dilihat pula proses kerja anak, apakah sistematis atau random (acak),” paparnya.

Walt Disney
, kartunis terkenal dari AS yang menghasilkan rangkaian karya kreatif Album Walt Disney, adalah orang yang cerdas visual spasial. Begitu pula si pelukis senyuman misterius Monalisa, Leonardo Davinci, atau pelukis naturalis legendaries Basuki Abdullah, dan para insinyur yang membangun gedung pencakar langit di dunia. Beberapa profesi pun dapat diraih anak yang memiliki kecerdasan ini, seperti arsitek, animator, fotografer, ahli anatomi, pakar konstruksi bangunan, ahli mesin, navigator, nahkoda, pilot, pelukis, desainer dan ahli meterologi.

Tips : mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak:

Kenalkan arah.
Saat anak memasuki usia 2 tahun Anda sudah bisa mengajarkannya mengenal arah dengan mulai membedakan tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri. Jika anak sudah mulai paham, saat jalan pulang ke rumah tanyakan “Jalan pulang belok kanan atau kiri ya?” kemudian minta anak menunjukkan arah tersebut (kanan atau kiri). Anda pun bisa mengamati, benar atau tidaknya arah yang ditunjukkan si kecil.

Bermain puzzle dan balok.
Sebaiknya jumlah puzzle disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Saat berusia 3 tahun, coba lima keping puzzle dulu. Semakin usia bertambah jumlah puzzle pun bertambah. Begitu pun dengan bermain balok, semakin bertambah usianya, lebih tinggi pula tingkat kesulitannya.

Belajar bentuk.
Saat Anda membaca buku bersamanya, minta anak memperhatikan bentuk-bentuk rumah, bola, atau benda yang ada di buku. Sebutkan konsep garis seperti melengkung, lurus, zig-zag, bentuk bulat, persegi, atau kerucut. Deskripsikan suatu bentuk secara verbal, kemudian minta anak menggambarkannya.

Membuat peta.
Saat anak berusia 4-5 tahun, Anda bisa mengajaknya membuat peta sederhana, misalnya membuatkan peta perjalanan dari rumah menuju ke sekolahnya. Untuk melatih daya visualisasi, minta anak membuat denah rumah. Dari kegiatan ini, anak mampu memvisualisasikan tata letak dan ruang ke dalam bentuk dua dimensi. ”Yang perlu diingat, sebaiknya orangtua menjadikan kegiatan ini lebih menyenangkan dan interaktif,” ujar Ike.

Bermain tangram.
Tangram menyerupai puzzle dengan kepingan tipis, bedanya kepingan berbentuk geometri, seperti segitiga, persegi panjang, jajaran genjang, dan sebagainya. Anak akan tertarik melihat bentuk-bentuk geometri yang berbeda-beda.

Menggambar dan mewarnai.
Anak berlatih membentuk berbagai gambar dari sebuah garis lurus atau lengkung. Ini bertujuan melatih anak menerjemahkan suatu bentuk kedalam pikirannya menjadi gambar dua dimensi. Sedangkan, kegiatan mewarnai, bisa melatih anak mengenal batasan posisi warna merah atau kuning supaya tidak melewati garis. Sesekali minta anak membuat gambar berdasarkan cerita dongeng yang Anda bacakan.

Utak-atik play dough.
Ketika anak masih berusia kurang dari dua tahun, berikan permainan yang melatih keterampilan tangan seperti play dough. Sehingga anak bisa membuat sekaligus mengenal beragam bentukan misal, bulat, kerucut, atau segi empat.

Belajar mengamati.
Saat melihat suatu gambar, ajak anak melihat detail-detailnya. Kemudian tanyakan kembali detail tersebut misalnya ‘Jendelanya berbentuk apa?’ atau ‘ceritakan apa saja sih yang ada di rumah tadi’.


Tanda Mendeteksi

Untuk memperjelas karakter anak cerdas visual spasial ada beberapa tanda yang bisa membantu orangtua mendeteksinya sekaligus menstimulasinya sesuai dengan usia anak. Jika kemampuan anak mendahului umurnya, Anda tinggal menyesuaikan stimulasi yang tepat. Dalam buku Multiple Intelligences, Howard Gardner menyebutkan tahap kemampuan visual spasial anaK:

Usia 0-15 bulan
Bayi biasanya mengikuti pergerakan benda yang ada dihadapannya dengan jarak tertentu. Ambil sebuah mainan kemudian goyang-goyangkan untuk menarik perhatiannya. Secara perlahan gerakkan benda ke kanan dan kiri agar anak mengikuti gerakan benda dengan matanya. Di usia 6-15 bulan bayi juga mulai menyadari perbedaan bentuk, ukuran dan warna. Rangsang anak dengan memberikan peralatan atau mainan yang aman dengan bentuk dan warna menarik.

Usia 15 bulan-2 tahun
Anak sudah mulai belajar mengklasifikasikan benda-benda dengan warna, bentuk, dan ukuran yang sama. Taruhlah benda-benda yang dia kenali, seperti mainan berbentuk balok, bulat atau perlengkapan makannya. Kemudian kelompokkan barang-barang tersebut. Sebaiknya ukuran benda jangan terlalu kecil.

Usia 2 tahun
Di usia ini anak sudah dapat menumpuk balok-balok yang lebih tinggi, karena sudah memiliki koordinasi tangan yang baik. Anak juga sudah mulai bisa diperkenalkan dengan puzzle sederhana. Bila sudah bisa merangkainya, coba beri tingkat kesulitan yang lebih tinggi dengan menggunting kepingan menjadi beragam bentuk dan ukuran.

Usia 3 tahun
Kini saatnya ajak anak mengeksplorasi lebih banyak hal lagi. Jika anak sudah tertarik melukis dengan tangan (finger painting), menggambar dengan kuas, mewarnai, menempel, bermain kertas lipat, dan menggunting kertas akan lebih mengasah kemampuan cerdas visualnya. Selain itu anak belajar mengekspresikan dirinya.

Usia 4 tahun
Imajinasi anak sedang berkembang di masa ini. Gunakan ini sebagai kesempatan untuk memberikan sejumlah permainan yang membantunya mengenal perbedaan bentuk, ukuran, jumlah, keseimbangan dan perbedaannya. Saat anak bermain balok jelaskan bentuk-bentuk balok misalnya segitiga memiliki tiga sisi dan balok segi empat memiliki empat sisi. Minta anak membuat suatu ‘bangunan’ berdasarkan imajinasinya sendiri.

Usia 5 tahun
Di masa ini kemampuan imajinasi anak diterjemahkan ke dalam bentuk yang lebih bertema, artinya tidak asal-asalan. Misalnya, saat menggambar orang, anak umumnya melengkapi dengan tangan dan kaki atau anggota tubuh lainnya. Perlihatkan buku cerita yang memuat gambar-gambar menarik. Lalu minta anak menebak ceritanya dengan hanya melihat gambar sampulnya saja.


-ibudanbalita.com-



[ Read More ]


"Ketika anak sedang bermain, jangan lupa bahwa anak juga sedang belajar"

Jean Piaget, seorang filsuf dan psikolog kenamaan asal Swiss, mengatakan bahwa komponen terpenting dalam perkembangan intelektual anak melibatkan partisipasi. Anak dapat belajar dengan baik tidak hanya dengan mempelajari sesuatu tetapi juga dengan mengalami sesuatu yang dipelajarinya. Selain itu, belajar akan lebih baik lagi jika dengan melakukan kegiatan yang memang menarik untuk sang anak.

Pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan informasi secara lisan atau tulisan. Pembelajaran juga bukan sebatas tugas sekolah, tempat kursus, apalagi hanya tugas pengasuh buah hati Anda. Pembelajaran adalah tugas Anda sebagai orang tua. Tetapi tidak perlu khawatir, karena pembelajaran ini juga bisa dibuat menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi seluruh keluarga. Bagaimana caranya? Ajak anak Anda bermain sambil memberikan mereka kesempatan untuk membangun pengetahuan dan mengasah keahlian mereka.

Permainan-permainan ini sangat sederhana dan pastinya tidak mengeluarkan banyak biaya. Lakukan dengan antusias, maka akan menjadi ”suplemen” bagi si kecil untuk meningkatkan kecerdasannya. Juga menambah level quality time saat bersama di rumah, di mana saja.

Resensi Hobi (Untuk anak yang sudah bisa menulis)
Apa pun kesukaan anak Anda -mainan, boneka, buku cerita, CD musik, DVD, dan sebagainya- mintalah ia untuk menulis review singkat terhadap barang-barang tersebut. Resensinya tidak perlu panjang, cukup beberapa paragraf, maksimal satu halaman. Yang utama, di sana tergambar jelas mengapa anak Anda suka atau bahkan justru ternyata tidak suka dengan benda tersebut. Apa yang membuatnya tertarik dengan benda itu? Seperti apa asiknya memiliki benda tersebut? Pengalaman apa yang didapatkannya dengan benda tersebut? Tulis di sebuah buku khusus. Semakin menarik jika barang-barang itu difoto dan foto tersebut ditempel bersama tulisan resensi anak Anda. Permainan ini tak hanya akan menambah kemampuan menulis si kecil, tapi lebih dari itu: menyampaikan gagasan dan menciptakan kesadaran akan rasional-rasional dalam menentukan pilihan.

Bikin Kartu Sendiri

Bermain kartu adalah sesuatu yang sangat umum disukai siapa saja. Jika keluarga Anda adalah salah satunya, maka si kecil bisa Anda ajak untuk menciptakan desain kartunya sendiri.

Seperti kita ketahui, satu pack kartu remi berisi 52 lembar. Dibagi menjadi 4 suit atau jenis kartu (Spade, Heart, Diamond, Club), masing-masing terdiri atas 13 kartu (As, 2, 3, dan seterusnya. Sampai King). Plus kartu tambahan berupa 2 kartu Joker, hitam dan merah. Sejarah tidak mencatat siapa sebenarnya sosok Jack, Queen, dan King dalam kartu modern. Namun, tahukah Anda bahwa tokoh pada kartu-kartu sebelumnya terus berganti dari waktu ke waktu? Pada kartu tua dari Italia dan Spanyol, keempat kartu King-nya menggambarkan para raja dari kerajaan besar dunia Abad Pertengahan. Ketika Raja Henry III dari Perancis naik takhta, kostum para bangsawan pada kartu berubah mengikuti mode di zaman itu. Jadi, tentu saja keluarga Anda bisa memiliki versi visual kartu sendiri!
Caranya mudah. Anak-anak tinggal memotong karton tebal (warna bebas, tergantung selera) menjadi seukuran kartu hingga berjumlah 54 lembar. Lalu, seperti kartu remi pada umumnya, bagilah menjadi empat ”kategori visual” masing-masing 13 lembar. Dalam pemilihan ”kategori visual” ini, tentunya, tentunya bisa sangat personal, tergantung kesukaan anak-anak. Jika misalnya si sulung menyukai Spiderman, maka ia bisa menempelkan ikon-ikon Spiderman pada 13 kartu, lalu dilengkapi dengan angka-angka penanda kartu (dari As, 2, 3, dan seterusnya ).

Lalu, bila si bungsu misalnya menyukai Barbie, ia juga bisa melakukan serupa. Begitu seterusnya hingga genap terkumpul empat kelompok kartu. Untuk dua kartu Joker, hitam dan putih, anak-anak bahkan bisa lebih ”bermain” lagi. Mereka bisa, katakanlah, menempel fotonya atau foto Anda sebagai Joker Merah dan foto ayahnya sebagai Joker Hitam. Atau, jika si kecil suka menggambar, bisa jadi keseluruhan desain kartu remi adalah kreasi gambar anak Anda. Dengan kartu remi buatan sendiri ini, permainan akan semakin seru dan mengejutkan! Juga, selain bersenang-senang, paket kartu remi yang ”custom” ini bisa jadi kebanggaan keluarga Anda.

PM Toh
PM Toh adalah julukan bagi Tengku Adnan, seorang penjual obat sekaligus pendongeng asal Aceh. Tengku Adnan bisa menirukan suara terompet bus-bus Trans Sumatera 1970-an yang dikenal dengan julukan PM Toh. Orang-orang pun akhirnya menggelarinya dengan julukan itu. Seni hikayat Tengku Adnan kemudian menginspirasi Agus Nur Amal, seorang pencerita terkenal yang biasa melakukan pertunjukkan monolog keliling dari satu kota ke kota lainnya. Pria ini pun kemudian dikenal dengan nama Agus PM Toh.

Dalam pertunjukkannya yang biasanya bertema sosial politik, Agus PM Toh menggunakan alat-alat domestik untuk mendukung gaya berceritanya yang menggunakan pendekatan humor. Di tangan Agus, benda-benda yang biasa kita temui di rumah jadi memiliki makna baru. Misalnya, gayung sebagai simbol dari helikopter.

Permainan PM Toh ini tentu bisa juga dilakukan oleh keluarga Anda. Tak perlu topik yang berat, ajak anak-anak untuk menceritakan tentang hal-hal keseharian mereka dengan menggunakan benda-benda yang mudah di temui di rumah, lemari es, kamar, atau bahkan tempat pensil. Cerita bisa kisah nyata, bisa pula fiktif seperti dongeng dalam bentuk yang lebih kasual. Tontonlah ”pertunjukan” monolog anak Anda dengan apresiatif. Beri tepuk tangan pada ”adegan-adegan” yang menarik. Beri komentar di sela pertunjukkan pun bisa jadi tak mengapa, hingga show bisa interaktif. Atau, bisa pula Anda yang bercerita dengan teknik ini untuk mengisahkan hal-hal atau pelajaran sekolah si kecil, seperti misalnya pelajaran sejarah hingga matematika. Imajinasi berkembang. Ilmu bertambah dengan cara yang riang, bukan hanya bagi si kecil tapi Anda juga.

Mading Keluarga
Anda tentunya paham dengan istilah ”mading” atau “majalah dinding“ yang umum ada di sekolah-sekolah. Formatnya seperti majalah, tapi isi berita di tempel di sebuah papan. Jenis berita biasanya adalah seputar kegiatan aktual dan program sekolah serta karya-karya para siswa. Ya, Anda bisa membuat mading sendiri versi keluarga Anda. Caranya mudah. Pasang sebuah papan berukuran cukup besar di ruang keluarga (sesuaikan dengan ukuran ruang). Lalu, secara berkala (bisa seminggu sekali, dua minggu sekali, atau sebulan sekali) isilah mading tersebut dengan tulisan, gambar, atau foto tentang apa saja yang ingin disampaikan oleh masing-masing dari keluarga Anda. Tempelkan semuanya di mading keluarga. Bisa juga papan mading tersebut Anda bagi menjadi beberapa bidang atau ”kavling” yang sudah ditentukan untuk diisi oleh masing-masing anggota keluarga.

Kalau itu terasa membosankan, tak perlu dilakukan, setiap anggota bebas memilih bidang untuk menempel karyanya. Segala hal bisa ditempel di sana: gambar-gambar, puisi, bungkus permen yang sedang digemari, cerita-cerita seru, foto-foto weekend kemarin (berikut keterangan foto/caption-nya), tebak-tebakan terbaru, apa saja! Ajak pula pembantu rumah tangga atau pengasuh anak-anak untuk turut serta mengisi mading.

Dokumentasikanlah setiap ”edisinya” (dengan cara memotretnya) sebelum dicopot dan diganti dengan edisi berikutnya. Mading ini akan menjadi semacam blog bersama keluarga Anda. Dan, sangat mungkin menjadi media komunikasi yang segar bagi semua orang di rumah, mendekatkan satu sama lain. Sudah tentu permainan ini sangat edukatif. Buatlah menjadi menggembirakan!

Berhitung di Supermarket
Saat belanja bulanan bersama di supermarket, Anda bisa menciptakan aneka permainan bersama anak-anak. Salah satu yang termudah adalah bermain berhitung. Sesuaikan kuis Anda dengan pelajaran matematika yang telah di terima anak di sekolah. Contohnya, ketika berbelanja keju atau telur dalam satu kemasan tertentu (misalnya satu kemasan berisi 12 lembar keju), ajak si kecil untuk menghitung harga satuan dari selembar keju tersebut (jangan lupa membawa buku kecil dan pulpen untuk menghitung). Bila jawaban benar, Anda bisa membelikan snack kesukaan si kecil sebagai hadiahnya. Anda dan pasangan bisa mendiskusikan permainan lainnya untuk diterapkan pada saat belanja bulan berikutnya.

8 Ide Permainan Cerdas Sederhana untuk Bayi
1. Sarung Tangan “Halo” (0-3 bulan)
Manfaat: Antisipasi peristiwa, ekspresi emosional, interaksi sosial, kepercayaan
Bahan: Sarung tangan lembut, mainan binatang-binatang kecil yang lembut, jarum dan benang jahit, selimut lembut untuk alas tidur bayi.
Cara bermain:
  1. Jahitlah mainan binatang kecil di sarung tangan, agar dapat dilihat bayi saat dikenakan.
  2. Baringkan bayi dan goyangkan jari Anda sambil mengeluarkan suara binatang untuk menarik perhatian bayi.
  3. Berikan kejutan pada si bayi dengan menempatkan sarung tangan bersarung Anda di perut, kaki, lengan dan anggota tubuh lainnya, dan katakan ”halo” dengan senyum lebar. Gelitiki bagian tubuh itu dan lanjutkan bermain lagi.
2. Ke Mana Perginya? (0-3 bulan)
Manfaat: Menstimulasi penglihatan bayi untuk menjami perkembangan visual yang baik.
Bahan: Sapu tangan warna-warni
Cara bermain:
  1. Peganglah saputangan di hadapan si kecil, lambaikan dan ucapkan sesuatu tentang warnanya yang cerah.
  2. Bila yakin si kecil memandangnya, gerakkan saputangan itu ke satu sisi agar si kecil mengikutinya.
3. Ayo Tendang (4-6 bulan)
Manfaat: Melatih keterampilan motorik.
Bahan: Mainan kecil, kaos kaki warna-warni.
Cara bermain:
  1. Baringkan si kecil, dan ikatkan mainan-mainan kecil di kakinya.
  2. Biarkan si kecil menendang-nendang.
  3. Ganti mainan dengan kaos kaki warna-warni.
4. Baca Bibirku (4-6 bulan)
Manfaat: Mendorong bayi untuk lebih banyak bicara.
Cara bermain:
  1. Ketika bayi bersuara, respon suaranya, dengan mengulangi suara yang dia buat. Letakkan tangannya di bibir kita, agar ia merasakan gerakannya dan udara yang keluar masuk.
  2. Letakkan jemari kita di bibirnya, dan doronglah ia agar lebih banyak bicara.
5. Bola Bergulir (6-9 bulan)
Manfaat: Mengembangkan kemampuan motorik.
Bahan: Bola.
Cara bermain:
  1. Dudukkan bayi, dan gulirkan bola ke arahnya.
  2. Gulirkan bola ke arah Anda, dan tunjukkan bayi cara menangkapnya. Bayi akan gembira ketika bola bergulir mendatanginya.
6. Terbang ke Udara (6-9 bulan)
Manfaat: Gerakan dan musik yang bersamaan merangsang kedua sisi otak.
Cara bermain:
  1. Peganglah si kecil di lengan berkeliling ruangan sambil menyanyikan ”Balonku Ada Lima.”
  2. Ketika sampai pada kata ”door,” angkat si kecil ke udara, kemudian turunkan dan kecup si kecil.
7. Tik Tok Tik Tok (10-12 bulan)
Manfaat: Mengembangkan kesadaran pendengaran.
Bahan: Jam putar dengan suara nyaring.
Cara bermain:
  1. Perdengarkan suara tik tok pada si kecil.
  2. Kemudian ambil jam itu dan sembunyikan di bawah bantal. Mintalah si kecil mencarinya.
8. Baca dengan Lantang (10-12 bulan)
Manfaat: Mengembangkan kemampuan bahasa.
Bahan: Buku cerita bergambar.
Cara bermain:
  1. Tunjukkan sebuah gambar dan katakan benda apa itu. Lakukan beberapa kali untuk gambar yang sama agar si kecil mempelajari nama benda itu.
  2. Tanyakan pada si kecil, ”Di manakah.....?” Lihatlah apakah si kecil akan menunjuk gambar.
  3. Baca buku yang sama berulang-ulang kali.

-ibudanbalita.com- 



[ Read More ]