Featured Posts

Paud, Jembatan Keunikan AnakPaud, Jembatan Keunikan Anaktuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya.....

Readmore

kunci penting kembangkan bakat anakKunci Penting Kembangkan Bakat AnakBAKAT dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya....

Readmore

pengembangan bakat disesuaikan dengan kebutuhan anakPengembangan Bakat Disesuaikan dengan Kebutuhan AnakKUNCI lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan bakat anak adalah dengan selalu berpijak pada kebutuhan anak....

Readmore

Rss


Apakah si Upik yang sudah pandai bicara dan berhitung di usia 2 tahun bisa dibilang anak cerdas? Bagaimana dengan anak yang telah lancar membaca di usia 4 tahun, layakkah disebut cerdas?

Inteligensi yang tinggi seringkali dikaitkan dengan orang yang punya kemampuan secerdas Albert Einstein. Padahal, hingga saat ini belum ada ahli yang bisa merumuskan definisi kecerdasan dengan tepat.

Meski belum ada definisi pasti mengenai kecerdasan, menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi, secara umum kecerdasan merupakan kapasitas yang dimiliki individu sehingga memungkinkan ia untuk belajar, bernalar, dan memecahkan masalah serta melakukan tugas-tugas kognitif tingkat tinggi lainnya.

Apa saja tugas-tugas kognitif tingkat tinggi itu? "Kemampuan berbahasa, daya ingat yang baik, mampu memecahkan masalah, serta kemampuan berpikir kritis atau menalar," kata psikolog yang akrab disapa Vera ini.

Tentu saja, kecerdasan pada bayi usia di atas lima tahun tidak sama dengan kecerdasan pada balita. Pada usia bayi, kecerdasannya masih seputar perkembangan kemampuan motorik dan bahasa. Sedangkan pada usia balita, kemampuan ini berkembang menjadi kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, hingga kemampuan personal dan sosial. Bila anak menunjukkan kemampuan yang melebihi anak seusianya, dapat dikatakan ia memiliki kapasitas belajar yang baik alias cerdas.

Kecerdasan pada anak bisa dideteksi sejak dini, bahkan sejak ia baru lahir. Untuk mengukurnya, orangtua perlu memahami status perkembangan yang normal pada bayi dan balita. Misalnya saja pada usia 6 bulan, bayi seharusnya mampu belajar duduk dan bisa memegang benda kecil atau makan kue yang diberikan.

Atau anak usia dua tahun seharusnya sudah mulai berkomunikasi dengan kata-kata, serta penuh rasa ingin tahu. "Orangtua harus peka dan bisa mendeteksi sejauh mana perkembangan kemampuan anaknya. Kalau ada keterlambatan, langsung diwaspadai apakah tumbuh kembangnya terhambat atau memang orangtua kurang menstimulasi," kata Vera.

Sebagai pedoman, ada beberapa tahap perkembangan yang dianggap normal dalam arti sudah bisa dikuasai oleh anak pada usia tertentu.

0-3 bulan:
Hanya menampilkan respons refleks atas stimulus. Bahasa yang dikuasai hanyalah berupa tangisan.

4 bulan:
Mulai memiliki kontrol atas tubuhnya sendiri dan menunjukkan awal mula kemampuan motorik halus. Mulai mampu merespons secara sosial dengan senyuman dan bunyi-bunyian.

6 bulan:
Mulai belajar duduk dan merangkak. Sudah memiliki kemampuan mengontrol gerakan tangan sehingga mampu memegang benda kecil atau makan kue yang diberikan. Bahkan sudah memiliki kemampuan koordinasi mata dan tangan untuk menggapai benda.

9 bulan:
Sudah mulai mampu menggunakna jari jemarinya untuk makan sendiri. Mulai mencoba merangkak dan berdiri. Mencoba menggunakan kata atau suku kata sederhana.

12 bulan (tahun pertama):
Terlihat perkembangan yang cukup pesat pada anak dan ia mulai menunjukkan kemampuan menguasai berbagai hal.

Tahun ke-2:
Mulai independent, senang mengeksplorasi, penuh rasa ingin tahu, mencoba berbagai kemampuan baru, berkomunikasi dengan kata-kata, mencoba memahami sebab-akibat melalui kemampuan motorik, dan menguasai proses belajar dalam arti yang sesungguhnya.

Tahun ke-3:
Anak sudah menunjukkan penguasaan yang jauh lebih baik pada berbagai alat untuk belajar, seperti bahasa, ingatan, kemampuan motor, dan perasaan tentang dirinya sendiri.

Tahun ke-4 dan ke-5:
Kemampuan belajar anak jauh lebih berkembang sehingga memungkinkan ia menerima proses belajar secara formal.

-kompas.com-


[ Read More ]


Untuk  mengurangi penyebaran kuman penyakit di rumah, ajak anak untuk membiasakan mencuci tangan dengan baik, terutama pada waktu:

-  Sebelum makan 

-  Setelah mengunakan toilet atau kamar mandi

-  Setelah bersih-bersih di rumah

-  Setelah menyentuh hewan peliharaan

-  Setelah mengunjungi keluarga atau kerabat yang sakit

-  Setelah membersihkan hidung, batuk, atau bersin

-  Saat kembali ke rumah setelah bermain, berkebun atau memegang sandal dan sepatu.

    Jika anak-anak malas mencuci tangan, beberapa hal dapat dicoba:
    1. Sediakan sabun berwarna-warni, sabun  dengan bentuk-bentuk khusus yang lucu, atau sabun dengan aroma yang di senangi anak.
    2. Lakukan kegiatan mencuci tangan sebagai hal yang menyenangkan, misalnya Anda dapat bersama-sama menyanyikan lagu kesukaan saat mencuci tangan.
    3. Kegiatan sederhana, yaitu cuci tangan sangat membantu menghindarkan Anda dan keluarga dari penyakit menular

       -anakjenius.com-


        
      [ Read More ]

       
      Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Saat si kecil tumbuh dan berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda begitu mencintai dan bangga kepadanya. Namun mungkin banyak dari kita para orangtua yang belum menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri si kecil terjadi perkembangan potensi yang kelak akan berharga sebagai sumber daya manusia.

      Dalam lima tahun pertama yang disebut ‘The Golden Years’ , seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu, di masa-masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan. Karena saat-saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali, sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan sang buah hati, amanah Allah.

      Urgensi mendidik anak sejak dini juga banyak disebutkan dalam Al Qur'an dan Al Hadits antara lain :

      1.  Terjemahan QS. At Tahrim (66) ayat 6
      "Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang..."
      Memelihara, menurut sayyidina Ali: didik dan ajarilah, sedangkan menurut sayyidina Umar: melarang mereka dari apa yang dilarang Allah dan memerintahkan mereka apayang diperintahkan Allah.

      2.  Terjemahan Al Hadits
      "Setiap yang dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi".
      Hadits: seorang bayi mengencingi Rasulullah.
       
      Di dalam buku "Pendidikan Anak Dalam Islam" karangan Abdullah Nashih Ulwan disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat memperhatikan tentang 7 (tujuh) segi dalam mendidik anak, yaitu :

      1.  Segi Keimanan
      -   menanamkan prinsip ketauhidan, mengokohkan fondasiiman ;
      -   mencari teman yang baik ;
      -   memperhatikan kegiatan anak.

      2.  Segi Moral
      -   kejujuran, tidak munafik ;
      -   menjaga lisan dan berakhlak mulia

      3.  Segi Mental dan Intelektual
      -   mempelajari fardhu 'ain dan fardhu kifayah ;
      -   mempelajari sejarah Islam ;
      -   menyenangi bacaan bermutu yang dapat meningkatkan kualitas diri ;
      -   menjaga diri dari hal-hal yang merusak jiwa dan akal

      4.  Segi Jasmani
      -   diberi nafkah wajib, kebutuhan dasar anak seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, pakaian danpendidikan ;
      -   latihan jasmani, berolahraga, menunggang kuda, berenang, memanah, dll ;
      -   menghindarkan dari kebiasaan yang merusak jasmani

      5.  Segi Psikologis
      -   gejala malu, takut, minder, manja, egois dan pemarah

      6.  Segi Sosial
      -   menunaikan hak orang lain dan setiap yang berhak dalam kehidupan ;
      -   etika sosial anak
       
      7.  Segi Spiritual
      -   Allah selamanya mendengar bisikan dan pembicaraan, melihat setiap gerak-geriknya dan mengetahui apa yang dirahasiakan ;
      -   memperhatikan khusu', taqwa dan ibadah
       
      Jika begitu banyak yang harus kita ajarkan pada anak, kapan waktu terbaik untuk memulai pendidikan kepadabuah hati ?
      Simaklah beberapa hasil penelitian baru berikut ini :
      1.  Fakta tentang otak :
      a.   Saat lahir, bayi punya 100 miliar sel otak yang belum tersambung. Pada usia 0-3 tahun terdapat 1000 triliun koneksi (sambungan antarsel). Pada saat inilah anak-anak bisa mulai diperkenalkan berbagai hal dengan cara mengulang-ulang :
      -   memperdengarkan bacaan Al Qur' an ;
      -   Bahasa Asing seperti bahasa Inggris ;
      -   memperkenalkan nama-nama benda dengan cara bermaindan menunjukkan gambar ;
      -   memperkenalkan warna dengan menunjukkan kepadanya dalam bentuk benda yang dia kenal, warna-warna cerah di kamarnya dan gambar ;
      -   memperkenalkan aroma buah melalui buku ;
      -   membacakan cerita atau dongeng
      Pada usia 6 tahun, koneksi yang terus diulang (mengalami pengulangan - pengulangan) akan menjadi permanen. Sedangkan koneksi yang tidak digunakan akan
      dipangkas alias dibuang. Oleh karenanya, usia sebelum 6 tahun adalah saat yang tepat untuk mengoptimalkan daya serap otak anak agar tidak terpangkas percuma.
      b. Otak yang belum matang rentan terhadap trauma, baik terhadap ucapan yang keras maupun tindakan yang menyakitkan. Susunan otak terbentuk dari pengalaman. Jika pengalaman anak takut dan stress, maka respons otak terhadap dua hal itulah yang akan menjadi arsitek otak sehingga dapat merubah struktur fisik otak. Itulah mengapa kita harus menghindarkan diri dari memarahi anak atau memukulnya. Jika anak kita melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu yang tidak sopan, sebaiknyalah kita mulai mengajarkannya mana yang betul dan sopan santun dengan cara yang arif serta penuh kesabaran. Kita dapat mencontoh bagaimana Rasulullah saw. bersikap sangat penuh kasih sayang terhadap anak-anak.
      c. Otak terdiri dari dua belahan yaitu kanan dan kiri yang memiliki fungsi yang berbeda namun saling mendukung.
      -   Pekerjaan otak kiri berhubungan dengan fungsi verbal, temporal, logis, analitis, rasional serta kegiatan berpola.
      -   Pekerjaan otak kanan berhubungan dengan fungsi kreatif dan kemampuan bekerja dengan gambaran (visual) dan berfikir intuitif, abstrak dan non-verbal serta kemampuan taktil/motorik halus pada tangan, termasuk pembentukan akhlak dan moral.
      Sistem pendidikan kita maupun ilmu pengetahuan pada umumnya cenderung kurang memperhatikan kepandaian yang tak terucapkan. Jadi, masyarakat modern cenderung menganaktirikan belahan otak kanan.
      Menurut Bob Eberle, seorang ahli pendidikan, "prestasi pikiran manusia memerlukan kerja yang terpadu antara belahan kiri dan otak kanan". Kalau tujuan kita adalah mengembangkan pribadi yang sehat dan jika kita ingin menumbuhkan kreativitas secara penuh, maka diperlukan pengajaran untuk menuju keseimbangan antara fungsi kedua belahan otak itu.
      2.  Fakta tentang stress
      a.   Anak yang mengalami stress pada usia kritis 0-3 tahun akan menjadi anak yang hiperaktif, cemas danbertingkah laku seenaknya.
      b.   Anak dari lingkungan stress tinggi mengalami kesulitan konsentrasi dan kendali diri.
      c.   Cara orang tua berinteraksi dengan anak di awal kehidupan akan membuat dampak pada perkembangan emosional, kemampuan belajar dan bagaimana berfungsi di kehidupan yang akan datang.
      3.  Ciri-ciri anak pada milenium kedua :
      -    mampu berpikir cepat ;
      -    mampu beradaptasi dengan cepat dan benar ;
      -    memiliki keimanan kuat sebagai filter ;
      -    menguasai bahasa dunia ;
      -    mampu menyelesaikan masalah dengan cepat ;
      -    orang tua mempunyai 7 kebiasaan efektif.
       
      Dilihat dari berbagai hasil penelitian di atas dapat diperoleh gambaran tentang waktu terbaik dalam memulai mendidik anak yaitu sedini mungkin. Juga bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi anak agar otaknya tidak mengalami trauma, serta dapat lebih meyakinkan kita lagi sebagai orang tua untuk terus menerus menambah ilmu agar dapat membantu anak mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
      Satu pesan sederhana dalam mendidik anak, yang mungkin belum kita sadari sepenuhnya. Betapa banyak yang dapat kita ajarkan kepada anak kita tiap hari, hanya dengan berada di dekatnya. Dengan mengasuh, bermain dan bercakap-cakap dengan bayi kita yang mungil, kita bisa menjadi guru pertama bagi si kecil. Jangan lupa anak tumbuh dan berkembang sangat pesat, pakailah prinsip ‘ it's now or never ‘ (kalau tidak sekarang berarti tidak sama sekali) dalam mendidik anak.

      Oleh Emmy Soekresno, S.Pd.
      Disampaikan pada :
      SEMINAR HARI ANAK NASIONAL
      Jumat 28 Juli 2000
      Auditorium Gedung B Lantai 2, Departemen Keuangan.
      Jalan DR. Wahidin, Jakarta Pusat

      -infoanakindonesia.tripod.com-

      [ Read More ]


      MEDAN-Dinas Pendidikan Sumatera Utara (Disdiksu) berupaya meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), mengingat pada tahun 2009 hanya mencapai 28 persen.

      "Untuk itulah, tahun ini Disdik Sumut berupaya meningkatkan rintisan kelompok PAUD terutama di desa-desa," ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Sumut, Edward Sinaga, Kamis (21/10).

      Dijelaskan Edward, PAUD ini menjadi program prioritas yang terus digalakkan Menteri Pendidikan Nasional. Sebab, PAUD merupakan pendidikan investasi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk jangka panjang, sehingga dibutuhkan adanya pendidikan sejak usia dini mulai dari 1 hingga 7 tahun.

      Pada tahun 2010 ini, Sumut menargetkan APK PAUD harus mencapai 53,50 persen. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 25,90 persen dibanding APK tahun 2009 yang hanya mencapai 28 persen.
      Meskipun APK PAUD di Sumut masih rendah, sebenarnya Edward menyebutkan data APK masih belum akurat. Sebab, masih ada PAUD yang terdapat di gereja dan masjid-masjid yang selama ini belum terdata.

      "Saya yakin angka APK PAUD di Sumut tahun 2009 tidak serendah itu. Pastinya, masih banyak PAUD di gereja dan masjid yang belum terdata, untuk itulah nanti kami akan melakukan penataan ulang," terangnya.
      Begitupun, tahun 2010 ini Disdik Sumut sudah menganggarkan sebesar Rp 11 miliar untuk membentuk rintisan 250 kelompok PAUD di desa-desa yang ada di Sumut.

      "Tahun depan kami targetkan Disdik Sumut akan melakukan pembinaan terhadap 400 kelompok PAUD," katanya.

      Rendahnya APK PAUD tahun 2009 ini, dikatakan Edward disebabkan masih banyak masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya PAUD, sehingga Dinas Pendidikan Sumut perlu lebih gencar mensosialisasikan PAUD.

      Upaya lain yang akan dilakukan dengan meningkatkan koordinasi penyelenggaraan PAUD bersama pihak terkait seperti kelompok gereja dan masjid yang selama ini menyelenggarakan PAUD tetapi tidak terdata.

      "Selebihnya, kami akan melakukan pemberdayaan dana bantuan penyelenggaraan makanan untuk siswa-siswa PAUD tersebut," jelas Edward.

      Di Medan, APK PAUD hingga saat ini juga masih rendah. Tahun 2010 diperkirakan hanya mencapai 34,6 persen, padahal APK nasional rata-rata sudah mencapai 50,90 persen.

      Rendahnya APK PAUD di Medan ini membuat Dinas Pendidikan (Disdik) kota Medan akan terus berupaya untuk menggenjotnya hingga tahun 2015 mendatang.

      "Kita berupaya memerhatikan APK PAUD. Tahun ini kita perkirakan mencapai 34,6 persen. Untuk tahun 2015 nanti kita genjot hingga mencapai 40,83 persen," ujar Kadisdik Medan Hasan Basri.

      Ketua Dewan Pendidikan Medan, Mutsyuhito Solin menyebutkan PAUD ke depan harus dikelola dengan baik, sebab akan berdampak untuk peningkatan SDM dan berdampak positif terhadap perkembangan usia berikutnya.

      "Pengelolaan PAUD ini seharusnya benar-benar menjadi program prioritas bagi Disdiksu dan ke depan diharapkannya tidak lagi sekadar dikelola Pendidikan Luar Sekolah, tetapi seharusnya lembaga-lembaga lain seperti Yayasan Pendidikan lainnya," ungkap Solin.

      harian-global.com

      [ Read More ]


      BEIJING--Ibu balita yang diduga tergendut di dunia, Xiao Hao, putus asa dan memohon pada dokter untuk membantu mengecilkan ukuran tubuh anaknya. Balita berusia 3 tahun ini kini memiliki berat di atas 80 kg, atau 10 kali lipat berat badan anak-anak seusianya.


      Puncak keputusasaan Xiao Lin, ibu Hao, bermula saat anaknya beberapa kali ditolak masuk di beberapa kelompok bermain (playgroup) di kotanya, Guangzhou, Cina selatan. Alasan penolakan itu adalah, berat Hao menjadi ancaman bagi yang lain. "Membahayakn keselamatan anak-anak sebayanya," kata Lin menirukan alasan mereka.


      Penolakan itu bisa dipahami. "Dia besar dan suka bermain. Beberapa kali kerap jatuh dan menimpa temannya," katanya. Saat membawanya berenang untuk berolahraga, kata Lin, sulit menemukan alat bantu berenang untuk menyesuaikan dengan ukuran tubuhnya.


      Beberapa petugas medis percaya bahwa ia mungkin memiliki gangguan hormon pertumbuhan sementara yang lain mengatakan dia adalah korban dari sindrom China 'Little Kaisar' di mana keluarga hanya diperbolehkan satu anak - yang kemudian memanjakannya secara berlebihan.


      "Dia tidak hanya kelebihan berat badan tapi sangat tinggi juga sehingga kemungkinan benar-benar faktor hormonal yang mempengaruhinya," kata Dr Lu Hong dari rumah sakit anak di Guangdong.


      Ia berjanji akan membantu mencarikan jalan keluar bagi Hao. Pasalnya, berat badan Hao juga mulai mempengaruhi psikis bocah ini.


      -republika.co.id


      [ Read More ]


      BANDUNG-Sebanyak 44,5 persen dari 4.559.000 anak berusia 0 sampai 6 tahun di Jawa Barat tidak mendapatkan pelayanan anak usia dini. Padahal masa tersebut merupakan masa emas bagi anak dalam perkembangan kecerdasan dan kreatifitasnya di masa yang akan datang.
      Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Wahyudin Zarkasyi saat mewakili Gubernur Jawa Barat untuk membuka Musyawarah Wilayah Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Jawa Barat di Savoy Homan, Selasa (12/10). Dia mengatakan, saat ini jumlah anak yang sudah mendapatkan pelayanan anak usia dinia mencapai 2,5 juta.
      Wahyudin berkata ada beberapa faktor yang menyebabkan masih banyaknya anak usia dini yang belum mendapatkan layanan pendidikan. Faktor yang paling utama yaitu tingkat pengetahuan masyarakat yang minim mengenai pentingnya pendidikan anak di usia dini. Informsi mengenai pentingnya pendidikan anak di usia dini terbatas di kalangan tertentu yaitu menengah ke atas dan masyarakat berpendidikan tinggi.
      “Ini tidak disadari sepenuhnya oleh orang tua, padahal pendidikan di usia ini sangat penting. Hal itu juga disebabkan karena masih kurangnya media penyebaran informasi sehingga pengetahuan mengenai pentingnya pendidikan anaka usia dini belum mengena ke semua lapisan,” ujar dia.
      Sementara faktor lainnya yaitu tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah. Meskipun demikian, dia mengakui, pemerintah juga belum maksimal dalam melakukan penanganan pendidikan anak usia dini. Bahkan anggaran pemerintah sangat terbatas untuk menyediakan honor bagi tenaga pendidik anak usia dini.
      Meskipun masih banyak anak yang tidak terlayani pendidikan anak usia dini, namun perkembangan tenaga pendidik anak usia dini melaju pesat.
      Menurut data Himpaudi Jawa Barat, anggota pendidika yang tergabung dalam Himpaudi Jawa Barat mencapai 652 orang pada tahun 2006. Jumlah itu berkembang menjadi lebih dari sepuluh kali pada tahun 2010 yaitu mencapai 9.877 orang.
      Sementara itu Pembina Himpaudi Jawa Barat Mohamad Surya mengatakan pendidikan anak di usia dini merupakan fondasi untuk pertumbuhan anak selanjutnya. Periode ini merupakan masa penting bagi anak-anak untuk mengembangkan kecerdasan dan keratifitasnya.
      Dia mengatakan, pendidikan anak di usia dini idealnya tidak terfokus dari luar rumah melainkan di dalam. Oleh karena itu seorang tenaga PAUD harus menjalin komunikasi yang cukup baik dengan orang tua anak tersebut.
      “Diharapkan hubungan baik antara orang tua dan tenaga pendidik ini bisa memberikan hasil yang maksimal dalam pendidikan anak usia dini,” ujar dia.
       
      pikiran-rakyat.com
      [ Read More ]



      Selain memiliki manfaat, komputer juga menyimpan mudhorot. Keterlibatan orangtua amat diperlukan untuk mencegah anak mengambil manfaat dari kotak ajaib ini.
      Ibu Endang merasa beruntung anak-anaknya ‘bersahabat’ dengan komputer sejak dini. Fatih (9), anaknya yang pertama, tak hanya senang bermain games, namun juga lancar mengoperasikan berbagai program olah kata dan angka. Sementara adiknya, Nadia (4) yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal program pendidikan dalam mengenal warna dan bentuk saja. Fatih kini pintar matematika lantaran sering berlatih dengan bantuan komputer. Sementara Nadia punya banyak kosakata bahasa Inggris juga lantaran sering bermain komputer.
      Tetapi, Ibu Rahmi justru merasa punya masalah dengan ‘keakraban’ anaknya dengan komputer. Menurutnya, Rizki (7 tahun) kini lebih sukai ‘bermain’ dengan komputernya daripada dengan teman-temannya. Rizki bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain games. Ia juga malas bila diajak menulis atau menggambar. Tak heran, tugas menggambar di sekolah tidak pernah dikerjakannya sampai tuntas. Tetapi, untuk menggambar di komputer ia sangat pandai. Maklum, dengan satu dua klik-an saja, ia sudah dapat menggambar dan mewarnai dengan sempurna.

      Pernah punya pengalaman senada?

      Positif-Negatif
      Nina Armando, Staf Pengajar Jurusan Komunikasi FISIP UI, mengatakan bahwa kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.
      Senada dengan Nina, Muhammad Rizal, Psi, Psikolog di Lembaga Psikologi Terapan UI, mengatakan banyak manfaat dapat diambil dari penggunaan komputer, namun tak sedikit pula mudhorot yang bisa ditimbulkannya.
      Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka.
      Manfaat lain bisa diperoleh anak lewat program aplikasi berbentuk games yang umumnya dirancang untuk tujuan permainan dan tidak secara khusus diberi muatan pendidikan tertentu. Beberapa aplikasi games dapat berupa petualangan, pengaturan strategi, simulasi, dan bermain peran (role-play).
      Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi.
      Namun, sisi mudhorot penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah satunya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua, ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.

      Akses negatif lewat internet
      Pengaruh negatif lain, disepakati Nina dan Rizal adalah terbukanya akses negatif anak dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.
      Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Nina mengungkapkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima pesan yang berisi muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.
      Meski demikian, baik Nina maupun Rizal sepakat bahwa mengajarkan internet bagi anak, di zaman sekarang merupakan hal penting. Hanya saja, demi mencegah dampak negatifnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua.
      Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaan internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus ‘melek’ media dan tidak gatek.
      ”Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka internet, juga tidak tahu apa-apa soal games yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya, orangtua baru menyesal,” sesal Nina.
      Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.
      Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.

      Cegah kecanduan
      Pengaruh negatif lain bagi anak, menurut Rizal, adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.
      Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, menurut Rizal, orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
      Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.

      Peran penting orangtua
      Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua, Rizal kembali mengingatkan peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak.
      Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.
      Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak.
      Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games, sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.
      Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan Central Processing Unit (CPU) komputer.
      Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya dengan mudah. Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus mendongak yang dapat menyebabkan kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis juga tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.
      Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak. Jangan sampai anak kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman karena terlalu asik bermain komputer.

      -balitacerdas.com-

      [ Read More ]


      Jika anda sudah banyak membaca buku ataupun menerima banyak informasi tentang perkembangan anak, pasti anda pernah mendapatkan pernyataan berikut:

      “Anak yg selalu bertanya atau rasa ingin tahunya besar adalah anak yg cerdas.”
      Benarkah pernyataan itu? Apakah memang demikian kenyataannya?

      (Semoga anda tidak menjadi ragu dengan 2 pertanyaan di atas.)

      Memang BENAR bahwa salah satu ciri anak cerdas adalah anak yg rasa ingin tahunya besar, selalu bertanya tentang banyak hal.

      TETAPI, ada satu hal lagi yg perlu menjadi perhatian kita dalam menilai apakah anak tersebut BENAR-BENAR mempunyai ciri-ciri anak cerdas.
      Apa itu?

      Setelah anak mengajukan pertanyaan, ada 1 tahapan lanjutan yg bisa dijadikan acuan apakah dia benar-benar ingin tahu, yaitu:

      “APAKAH ANAK BENAR-BENAR MEMPERHATIKAN JAWABANNYA.”

      Anak yg cerdas akan bertanya banyak hal karena memang dia ingin tahu jawabannya. Biasanya, jika anak tersebut bertanya, dia akan ‘mengejar’ jawaban kita dengan pertanyaan lanjutan, sampai kita orangtua menjadi kewalahan dalam menjawabnya.
      Inilah salah satu ciri-ciri anak cerdas yang sebenarnya!

      Kadang-kadang kita melihat anak yang selalu bertanya, tetapi sebelum dijawab anak tersebut sudah bertanya lagi hal yang lain lagi secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut tidak benar-benar ingin tahu terhadap apa yang ditanyakannya.
      Menghadapi anak seperti itu, kita perlu mengarahkan sedikit demi sedikit, sehingga anak menjadi bisa memfokuskan dirinya terhadap apa yang ingin diketahuinya.

      Kemudian, sarana TERBAIK untuk memuaskan keingin-tahuan anak adalah dengan menyediakan buku, dan mengajarkan anak MEMBACA sejak dini.

      Aktivitas membaca mempunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan berpikir seorang anak, yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap tingkat kecerdasan anak.

      Untuk menstimulasi hal tersebut, kita perlu memberikan kegiatan lanjutan setelah anak selesai membaca dalam suasana yang menyenangkan. Misalnya, kita bisa membuat quiz tentang isi dari bacaan tersebut, dlsb. Hal ini perlu untuk melatih anak belajar menguasai isi bacaan tersebut.

      Pemahaman terhadap isi bacaan merupakan tahap lanjutan yang sangat penting untuk diajarkan setelah anak mulai lancar membaca.

      Yang lebih penting lagi:

      JANGAN memaksa anak untuk membaca!

      Beri kebebasan kepada anak untuk memilih buku yang ingin dibacanya.
      INGAT, yang penting BUKAN APA yang dibaca oleh anak, TETAPI BAGAIMANA anak membacanya. Tentu saja, selama buku-buku tersebut sesuai untuk anak-anak.
      Jangan samapai, misalnya, kita memaksa anak membaca buku tentang binatang, padahal anak sedang ingin membaca buku tentang angkasa luar.

      Adil Fathi Abdullah dalam bukunya mengatakan:
      “Andai kita berhasil membuat anak gemar dan menikmati aktivitas membaca serta menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikirnya, berarti kita telah memberikan kebaikan yang tidak ternilai dengan harta dunia.”
      Anda setuju?
      Saya sangat SANGAT sependapat dengan pernyataan diatas.

      -balitacerdas.com-
      [ Read More ]

       
      KUNCI lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan bakat anak adalah dengan selalu berpijak pada kebutuhan anak.

      Jika misalnya anak Anda sangat verbal, Anda dapat membuat bahasa Anda sedikit lebih kompleks, menggunakan lebih banyak kata sifat.Begitu dituturkan Nancy Robinson PhD, seorang profesor emeritus bidang psikiatri dan ilmu perilaku di University of Washington di Seattle, Amerika Serikat.

      “Terus kembangkan di bagian mana anak memiliki kemampuan lebih,” lanjutnya.

      Itulah yang dilakukan Jackie Brezinski dari Apple Valley, Minnesota, Amerika Serikat. Anaknya, Seth, yang baru berusia 21 bulan sangat sering ngoceh sendiri. Karenanya, dia selalu melakukan kegiatan membaca untuk menambah pembelajaran kosakata untuk buah hatinya.

      “Saya jadi banyak ngomong sama dia. Apa yang sedang kita lakukan, apa yang kita makan, di mana kita akan pergi. Sekarang saya sering membacakan buku-buku untuknya,” terangnya.

      Yang terakhir, jadilah pemandu yang baik bagi anak, bukan pelatih yang galak. Intinya, hubungan antara anak dan orangtua dan guru harus mengacu pada kelakuan anak terhadap kegiatan pembelajaran.

      “Daripada bertanya, ‘Apakah anak saya menghitung lebih baik dari anak yang lain?’, sebaiknya bertanya,‘ Apakah saya sudah mendukung cara belajar yang menarik dan menyenangkan untuk anak saya?” tutur Alison Steier PhD, direktur pelatihan klinis di Arizona Institute for Early Childhood Development, Amerika Serikat.

      Jangan terlalu memaksakan kehendak memasukkannya ke semua ekskul atau les bakat. Yang terpenting, berikan dia pengalaman yang banyak untuk menemukan kegiatan yang dicintainya. Anak tentunya akan memilih satu bidang yang akhirnya klik dengan jiwanya.

      Jika dia menyukai dinosaurus, berikan dia buku dan film tentang binatang tersebut atau mengunjungi museum. Anda tidak perlu duduk dan mengajar hal lain lagi. Intinya, jangan fokus terlalu berlebihan pada kemampuan kognitif anak.

      “Anda juga ingin anak Anda menjadi ulet, empati, dan kreatif kan?,” kata Schader.

      Dan pasti Anda juga ingin si buah hati menikmati masa kecilnya. Jadi, bersikaplah santai. Hadiah terbaik bagi anak Anda adalah dapat meluangkan waktu bersamanya. Membaca, menyanyi, bermain, menari, menangkap kunang-kunang, semuanya baik.
       
       -okezone.com
       
       
      [ Read More ]



      BAKAT dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya.

      Orangtua mana yang tidak ingin anaknya mengukir prestasi. Bakat saja tidak cukup membawa anak menorehkan prestasinya. Ditambah stimulasi dan dorongan, bakat akan menjadikan anak berprestasi. Berbakat memang salah satu kata dalam kamus pengasuhan orangtua yang sering menjadi perbincangan hangat.

      Namun, kata itu juga yang paling banyak disalahgunakan. Faktanya, sebagian besar anak-anak sebenarnya tidak berbakat. Saat ini hanya sekitar 2 persen sampai 5 persen anak yang memiliki kemampuan istimewa itu, tentunya dengan berbagai estimasi. Dari angka tersebut, bahkan hanya 1 dari 100 orang yang benar-benar berbakat.

      Untuk anak jenius, seperti bisa membaca di usia 2 tahun atau masuk perguruan tinggi pada umur 10 tahun, malah lebih jarang lagi, yaitu 1 sampai 2 orang dalam 1 juta anak. Meskipun telah banyak alat penstimulasi pada bayi agar mereka lebih berbakat, seperti video edukasi, mainan pembelajaran atau kelas pengayaan, tetap saja jumlah anak berbakat tidak merangkak naik.

      Intinya, orangtua sulit untuk menciptakan anak berbakat karena bakat merupakan anugerah dari Tuhan yang sudah tertanam sejak lahir. Yang saat ini bisa Anda lakukan adalah mengembangkan bakat tersebut ke jalan yang benar sehingga anak memiliki prestasi yang membanggakan. Namun, tetap yang menjadi prioritas dalam hal ini adalah kebahagiaan anak baik secara fisik maupun emosional.

      Anda tidak boleh memaksakan kehendak yang berujung pada pengekangan yang tentu berakibat buruk pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Untuk mewujudkan hal tersebut, Anda perlu memperhatikan saran dan berbagai nasihat dari ahlinya. Pertama, lupakan tentang kata berbakat terlebih dahulu. Anda tentu memiliki angan-angan tentang apa itu bakat karena tidak ada definisi standar selama ini.

      Secara umum, anak berbakat memiliki kemampuan khusus di suatu bidang tertentu. Lima ciri utama yang dikemukakan oleh US Department of Education pada 1993, yaitu anak berbakat unggul dalam segi intelektual, akademis, kreatif, artistik, dan kepemimpinan. Jadi, tidak ada yang terkait dengan kinerja seorang bayi dan balita.

      “Kata berbakat memang sering disalahpahami,” kata Julia Roberts, direktur Center for Gifted Studies di Western Kentucky University, Amerika Serikat. “Banyak orang belum bisa memahami sebuah anugerah karena mereka mengharapkan keajaiban,”lanjutnya seperti dikutip laman parenting. com. Orangtua yang memiliki anak dengan kategori “sangat mampu” atau “maju” di satu bidang mungkin tidak merasa puas sampai orang lain resmi memberinya label “berbakat”.

      Banyak juga orang tua dari anak yang masih berusia di bawah 5 tahun menggunakan tes IQ untuk “membuktikan” kemampuan inteligensia anak mereka. Sebenarnya, tes IQ tidak menjadi patokan terkait sebelum dia masuk sekolah dan bahkan kemudian umumnya dianggap tidak dapat diandalkan. Mengapa? Karena “bakat” biasanya terkonsentrasi pada satu area saja dan tidak mengacu pada inteligensia secara keseluruhan seperti pada tes IQ.

      Yang kedua, mulailah mendidik anak dengan hal-hal mendasar. Dalam tiga tahun pertama kehidupan, semua anak harus merasakan besarnya rasa aman dan kasih sayang. Dengan dipeluk, dicintai, dan memenuhi kebutuhan dasar anak, semua kegiatan tersebut sangatlah penting untuk pembelajaran mereka di masa depan.

      Otak yang masih berkembang membutuhkan stimulasi untuk tumbuh dan berubah. Satu hal tentang rasa mencintai adalah mengajarkannya hal-hal baru.
      Setiap kali bayi Anda mengenal mainan baru, kata-kata, suara, tekstur, rasa, bau, wajah, dan sebuah tempat, dia akan belajar. Anda tidak harus bekerja lembur dan menyediakan waktu lebih untuk membuat hal ini terjadi, segala sesuatu dalam hidup sehari-hari adalah baru bagi bayi.

      Yang ketiga, selalu berikan waktu dia untuk bermain. Anak balita sebenarnya tidak perlu program khusus untuk membuatnya seolah “berbakat”, seperti video edukasi atau permainan games di komputer. Tidak ada bukti konkret bahwa alat yang biasa disebut “edutainment” ini dapat meningkatkan kemampuan intelektual anak-anak. Kebanyakan pakar dan pendidik bahkan percaya bahwa anakanak tidak mendapatkan manfaat lebih saat masuk preschool atau bentuk pendidikan anak usia dini yang berorientasi akademis lainnya.

      Yang jauh lebih penting adalah anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi semua hal baru tanpa kendala, dan orangtua serta guru juga harus tahu bagaimana mengedukasi anak bahwa belajar itu menyenangkan.

      “Ketika (belajar) itu menyenangkan dan lucu, saat itulah (ilmu dan pelajaran) masuk ke kepala (anak),” kata Robin Schader PhD, seorang penasihat pengasuhan orang tua di National Association for Gifted Children (NAGC). Penelitian ilmu syaraf mengungkapkan bahwa rasa senang itulah yang membuat otak kita ingin terus mengulang dan mengingat suatu kejadian dan itu pengulangan yang wajar sebagai pemicu untuk terus belajar.

      Hal ini membantu menjelaskan mengapa bermain adalah segalanya bagi anak-anak kecil.Begitulah cara mereka belajar, bereksperimen, bermain-main, menunjukkan kreativitas, bekerja melalui perasaan, latihan bersosialisasi, mengembangkan kemampuan bahasa dan matematika, serta melihat dunia dalam cara-cara baru.
      -okezone.com-
       
      [ Read More ]


      TINGKAT kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan pada anak usia dini sudah semakin membaik. Hal itu sejalan dengan gerakan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang digalakkan pemerintah. Hanya kesadaran tersebut belum diimbangi dengan ketersediaan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang memenuhi syarat.

      Ketua Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Jabar, Anna Anggraeni mengatakan, hal itu terjadi karena adanya persepsi dan cara pandang yang salah dari masyarakat. Mencampuradukkan pendidikan dengan nilai bisnis. Menganggap PAUD menjadi lahan peluang untuk mencari uang.

      Yang paling fatal, bila latar belakang pendidik tidak memahami kurikulum tumbuh kembang anak, keunikan anak dan perkembangan inovasi model pembelajaran. Padahal, PAUD merupakan fasilitator yang menjembatani keunikan setiap anak. Anak dalam satu kesempatan bisa mendapat multikecerdasan.

      Menyadari segala keterbatasan tersebut, Himpaudi selaku organisasi profesi yang beranggotan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD sudah membentuk pengurus mulai dari tingkat wilayah, kab./kota, dan ranting beberapa kecamatan yang satu sama lain saling berhubungan secara sinergis.

      Hal itu bertujuan untuk peningkatan mutu pendidik dan saling melengkapi. Sesuai visi Himpaudi tahun 2015 menjadikan pendidik yang profesional, tangguh, berakhlak mulia, dan disyaratkan berlatar belakang S-1.
      Sementara untuk percepatan sosialisasi dan peningkatan mutu pendidik, Himpaudi mengadakan pelatihan “Beyond Center and Circle Times” (BCCT).

      “Respons di daerah sangat mengharukan. Mereka sangat haus ilmu dan pembelajaran. Sungguh, percepatan pelayanan yang kita berikan harus kita jaga bersama untuk kualitas pendidik tutor di lapangan,” ujar Anna.
      Pelatihan swadaya dan yang terakhir kami lakukan tanggal 5-6 Juli 2008 di PAUD terbuka Bina Insani. Pada kesempatan itu, para pengurus melakukan temu pimpinan daerah dengan inovasi kemasan kegiatan. “Bukan hanya sharing, caracter building, tetapi juga pemberian materi pendidik PAUD dari Jakarta,” ujarnya. Peserta juga memeroleh materi-materi tentang penanaman budi luhur oleh pembina Bina Insani. “Semua itu diupayakan untuk mengupas sentuhan hati kiprah dan tugas profesi pendidik PAUD,” imbuhnya.

      Selain itu, Himpaudi berupaya keras melalui semua komponen untuk menjaga kesinambungan PAUD nonformal dan PAUD informal, antara lain para tutor, keluarga, ibu dan bapak pengasuh, serta anggota keluarga lainnya termasuk nenek, kakek, agar kesinambungan pendidikan dengan kemasan iman dan takwa tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah dan di lingkungan anak tersebut berada.

      “Memang masih perlu adanya sosialisasi dan kesadaran semua pihak. Apalagi anak peniru ulung dan sangat membutuhkan rasa aman dan nyaman serta keteladanan dari sekitarnya,” ujar Anna.
      Menjawab tentang dampak negatif bila lembaga PAUD tidak sesuai dengan yang disyaratkan, Anna mengatakan, akan terjadi dampak permanen, mengingat usia anak PAUD memiliki kecerdasan optimal yang dapat menyerap apa pun yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, semua metode yang terangkum dalam BCCT menjadi semacam “obat generik”.

      Panduan kegiatan PAUD ini disesuaikan dengan tumbuh kembang dan dikemas dalam suasana bermain sambil belajar. Tidak lagi dengan sistem klasikal. Pendekatan lingkaran dan sentra ini didesain untuk memenuhi identitas anak bermain, mampu melahirkan minat yang pada akhirnya menumbuhkan minat pada keaksaraan. Jadi bukan dengan cara calistung.

      “Jadi, tuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya, akan menimbulkan kejenuhan dini pada anak. Biasanya terlihat pada usia anak kelas 4 SD dan seterusnya,” tutur Anna.

      Perihal syarat sebuah lembaga PAUD yang ideal, Anna menyebutkan niat sebagai landasan awal. Sementara pengelolanya bisa PAUD nonformal, TPA, kelompok bermain, SPS yang didirikan oleh organisasi kemasyarakatan dan berbadan hukum. Dapat pula oleh orsos dan organisasi wanita yang memiliki susunan pengurus, pendidik yang berlatar belakang yang disyaratkan, rencana tahunan, semester, bulanan, dan harian.

      -pikiran-rakyat.com- 

      [ Read More ]