Featured Posts
Paud, Jembatan Keunikan Anaktuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya.....
Kunci Penting Kembangkan Bakat AnakBAKAT dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya....
Pengembangan Bakat Disesuaikan dengan Kebutuhan AnakKUNCI lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan bakat anak adalah dengan selalu berpijak pada kebutuhan anak....
Suri Cruise, gadis kecil anak pasangan Tom Cruise dan Katie Holmes, tampak dijaga seorang pengawal dan pengasuh ketika memasuki kedai kopi Starbucks di Vancouver, Kanada. Di kota ini, sang ayah sedang syuting sekuel terbaru Mission: Impossible. Sang ibu yang biasanya menemani Suri kali ini tidak tampak.
Suri lalu mendapatkan minumannya dan membawanya dengan hati-hati. Sesekali ia meniup kopinya, lalu mengamati orang-orang yang lalu-lalang di sekitarnya, seolah ingin memperingatkan untuk tidak menubruknya dan membuat kopinya tumpah.
Melihat gaya Suri saat memesan kopi, terdapat kesan bahwa kopi bukan hal baru untuk gadis berusia empat tahun ini. Dalam kenyataannya, kopi memang tidak lagi dikonsumsi oleh orang dewasa yang ingin merasa lebih segar saat berada di kantor, tetapi juga anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Campuran gula, es, saus cokelat, karamel, hazelnut, atau whip cream memang membuat kopi tak hanya memikat orang dewasa, melainkan juga anak-anak.
Menurut National Coffee Association, kelompok peminum kopi yang berkembang paling cepat adalah remaja dan orang dewasa.
"Anak-anak saat ini punya beban tugas yang berlebihan. Mereka harus mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, ditambah lagi harus mengerjakan PR. Mereka juga mencari jalan untuk tetap terjaga," papar Dr Roshini Raj, profesor tamu di New York University.
Amankah sebenarnya minuman ini untuk anak-anak? Bukankah kopi mengandung kafein, yang dapat memicu jantung untuk berdetak lebih cepat? Benarkah laporan bahwa kafein bisa menghambat pertumbuhan dan menyebabkan adiksi?
Suri lalu mendapatkan minumannya dan membawanya dengan hati-hati. Sesekali ia meniup kopinya, lalu mengamati orang-orang yang lalu-lalang di sekitarnya, seolah ingin memperingatkan untuk tidak menubruknya dan membuat kopinya tumpah.
Melihat gaya Suri saat memesan kopi, terdapat kesan bahwa kopi bukan hal baru untuk gadis berusia empat tahun ini. Dalam kenyataannya, kopi memang tidak lagi dikonsumsi oleh orang dewasa yang ingin merasa lebih segar saat berada di kantor, tetapi juga anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Campuran gula, es, saus cokelat, karamel, hazelnut, atau whip cream memang membuat kopi tak hanya memikat orang dewasa, melainkan juga anak-anak.
Menurut National Coffee Association, kelompok peminum kopi yang berkembang paling cepat adalah remaja dan orang dewasa.
"Anak-anak saat ini punya beban tugas yang berlebihan. Mereka harus mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, ditambah lagi harus mengerjakan PR. Mereka juga mencari jalan untuk tetap terjaga," papar Dr Roshini Raj, profesor tamu di New York University.
Amankah sebenarnya minuman ini untuk anak-anak? Bukankah kopi mengandung kafein, yang dapat memicu jantung untuk berdetak lebih cepat? Benarkah laporan bahwa kafein bisa menghambat pertumbuhan dan menyebabkan adiksi?
Kepala koresponden medis dari stasiun NBC, Dr Nancy Snyderman, mengatakan bahwa bahaya minum kopi pada anak-anak lebih mendasar. "Kafeinnya saja tidak akan mencederai Anda, kecuali membuat Anda terjaga, membuat Anda insomnia, atau membuat Anda sedikit tegang," tutur Snyderman pada Matt Lauer di acara Today. "Efek kafein sedikit lebih terkonsentrasi pada anak-anak dan kita tahu bahwa jika kita berhenti minum kopi, kita merasa pusing. Maka, anak-anak pun mungkin akan merasa pusing dan tidak tahu apa sebabnya."
Selain soal kafein, yang perlu diingat juga adalah kandungan gula dan kalori yang terdapat pada mochaccino atau frappuccino (yang umum dipilih anak-anak). Beberapa jenis minuman ini memiliki lebih dari dua kali kalori kosong dalam soda. Salah-salah, anak justru akan mengalami obesitas dan bukannya mengalami pengaruh dari kafein.
Tentu, sesekali menikmati mochaccino tak ada salahnya. Snyderman memberikan tips untuk Anda jika si kecil menggemari kopi:
* Jangan membeli kopi secara rutin. Sekali atau dua kali seminggu sudah cukup atau sesering Anda membelikannya es krim. Jangan memberikan minuman ini setelah makan malam karena bisa membuat anak sulit tidur.
Selain soal kafein, yang perlu diingat juga adalah kandungan gula dan kalori yang terdapat pada mochaccino atau frappuccino (yang umum dipilih anak-anak). Beberapa jenis minuman ini memiliki lebih dari dua kali kalori kosong dalam soda. Salah-salah, anak justru akan mengalami obesitas dan bukannya mengalami pengaruh dari kafein.
Tentu, sesekali menikmati mochaccino tak ada salahnya. Snyderman memberikan tips untuk Anda jika si kecil menggemari kopi:
* Jangan membeli kopi secara rutin. Sekali atau dua kali seminggu sudah cukup atau sesering Anda membelikannya es krim. Jangan memberikan minuman ini setelah makan malam karena bisa membuat anak sulit tidur.
* Jadilah role model yang sehat untuk anak. Bagaimana anak tidak ingin mencicipi kopi bila Anda terus-menerus mengajaknya ke kedai kopi?
* Berikan pilihan lain yang lebih sehat, seperti jus buah atau susu cokelat yang bisa memberi manfaat kalsium untuk anak.
-kompas.com-
"Belajar dan mengerti kata-kata merupakan materi penting dalam pembelajaran membaca anak. Hal ini merupakan pondasi anak untuk belajar," jelas Roosie Setiawan, pemimpin komunitas Reading Bugs saat workshop storytelling untuk orangtua dan anak-anak Indonesia dari Aqua, Sabtu, 12 Februari 2011, di Penang Bistro, Kuningan, Jakarta.
"Menurut buku La Morelle, 2001, anak-anak butuh interaksi dengan orang lain untuk belajar berbahasa. Mereka belajar kata-kata lewat pendengaran yang dilakukan berulang-ulang. Amat penting untuk membuat anak tertarik dalam sebuah percakapan," terang Roosie.
Menurut Roosie, lewat buku dan membaca, anak, khususnya di usia dini bisa mendapatkan banyak hal. Cara mengajarkan anak untuk membaca, bisa dilakukan melalui mendongeng atau read aloud. Dua hal ini merupakan hal yang berbeda. Lebih lanjut, Roosie mengatakan, storytelling (mendongeng) adalah kegiatan interaktif, 2 orang atau lebih untuk menyampaikan pesan atau peristiwa dalam kata-kata. Namun, ada kendalanya, kadang orangtua mengalami kesulitan untuk menceritakan sesuatu dengan gaya pendongeng (harus hafal, dengan gerak-gerik badan, improvisasi, dan lainnya). Di lain pihak, sejak dini anak perlu belajar membaca. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk menjembatani kesulitan orangtua menciptakan cerita dan agar anak sekaligus belajar membaca adalah dengan metode read aloud.
Metode read aloud, dijelaskan Roosie bertujuan akhir untuk membuat anak "mau" membaca, bukan hanya "bisa" membaca. Caranya, dilakukan dengan mengajak anak membaca bersama orangtua. Posisikan anak agar ia bisa melihat huruf-huruf dari buku bacaan yang disepakati bersama. Posisinya bisa dengan dipangku, sambil berbaring, duduk bersisian, dan lainnya, asalkan bersentuhan. Tunjuk kata-kata yang dibacakan agar si anak bisa melihat bentuk huruf-hurufnya.
Beda mendongeng dan membacakan cerita:
"Menurut buku La Morelle, 2001, anak-anak butuh interaksi dengan orang lain untuk belajar berbahasa. Mereka belajar kata-kata lewat pendengaran yang dilakukan berulang-ulang. Amat penting untuk membuat anak tertarik dalam sebuah percakapan," terang Roosie.
Menurut Roosie, lewat buku dan membaca, anak, khususnya di usia dini bisa mendapatkan banyak hal. Cara mengajarkan anak untuk membaca, bisa dilakukan melalui mendongeng atau read aloud. Dua hal ini merupakan hal yang berbeda. Lebih lanjut, Roosie mengatakan, storytelling (mendongeng) adalah kegiatan interaktif, 2 orang atau lebih untuk menyampaikan pesan atau peristiwa dalam kata-kata. Namun, ada kendalanya, kadang orangtua mengalami kesulitan untuk menceritakan sesuatu dengan gaya pendongeng (harus hafal, dengan gerak-gerik badan, improvisasi, dan lainnya). Di lain pihak, sejak dini anak perlu belajar membaca. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk menjembatani kesulitan orangtua menciptakan cerita dan agar anak sekaligus belajar membaca adalah dengan metode read aloud.
Metode read aloud, dijelaskan Roosie bertujuan akhir untuk membuat anak "mau" membaca, bukan hanya "bisa" membaca. Caranya, dilakukan dengan mengajak anak membaca bersama orangtua. Posisikan anak agar ia bisa melihat huruf-huruf dari buku bacaan yang disepakati bersama. Posisinya bisa dengan dipangku, sambil berbaring, duduk bersisian, dan lainnya, asalkan bersentuhan. Tunjuk kata-kata yang dibacakan agar si anak bisa melihat bentuk huruf-hurufnya.
Beda mendongeng dan membacakan cerita:
Mendongeng:
- Ada yang mendongengkan
- Ada cerita yang didongengkan
- Pendongeng harus hafal cerita
- Hasilnya, menyenangkan dan menghibur
- Mendidik
- Membangun kedekatan dengan anak
- Namun, perlu bakat dan latihan khusus untuk bisa mendongeng dan membuat anak-anak tertarik dengar dongeng
Membacakan cerita:
- Ada yang membacakan
- Ada yang dibacakan
- Ada yang dibaca
- Hasilnya menyenangkan dan menghibur
- Mendidik
- Membangun kedekatan dengan anak dan buku
- Yang bisa membaca dan mau, bisa membacakan cerita
Kegiatan read aloud atau membacakan cerita bersama anak, menurut Roosie memiliki banyak manfaat dan efektif. Karena:
1. Manusia adalah mahluk yang suka hal-hal menyenangkan. Tanpa disuruh, manusia akan mencari cara untuk mendapat hal-hal menyenangkan. Contohnya, suara orangtua yang menenangkan yang pernah ia dengar akan disimpan dalam pikiran. Saat ada masalah atau hal-hal yang kurang menyenangkan, suara orangtua yang menenangkan itu akan diingat kembali.
2. Membaca adalah pembelajaran yang harus dilatih. Karenanya harus dilatih dari sejak dini. Mulai dari langkah-langkah kecil.
Selain itu, diterangkan oleh Roosie, membacakan cerita juga membantu anak untuk belajar mendengarkan dan menyimak sesuatu. Ariyo, salah seorang pendongeng dari komunitas yang sama mengungkapkan, bahwa saat membaca buku untuk anak, tidak perlu dihabiskan dalam sekali waktu. Yang terpenting adalah pengalaman membaca cerita bersama anaknya. Tak masalah jika si anak bertanya banyak hal dari 1 halaman yang sedang dibaca dan habis waktu di sana. Karena interaksi itu pun adalah hal yang berharga, sekaligus membangun kedekatan dengan anak yang bisa dibentuk sejak dini dan bisa bertahan hingga ia dewasa.
-kompas.com-
Membaca cerita bersama anak, atau read aloud adalah aktivitas yang bertujuan untuk membuat anak "mau" membaca, bukan hanya "bisa" membaca. Caranya, dilakukan dengan mengajak anak (bukan memaksa) membaca bersama orangtua. Posisikan anak agar ia bisa melihat huruf dari kata-kata yang dibacakan orangtua. Posisi si anak bisa didalam pangkuan orangtua, sambil berbaring bersebelahan, duduk bersisian, dan lainnya.
Bagaimana cara membaca buku bersama anak yang baik? Berikut ini tips dari Ariyo, salah seorang pendongeng anak yang sudah berkiprah 11 tahun, kini ia merupakan salah satu bagian komunitas Reading Bugs (komunitas yang bertujuan menyebarkan virus giat membaca):
* Tak perlu menghabiskan 1 buku dalam 1 waktu, utamakan pengalaman membaca cerita dengan anak. Ladeni si anak jika ia banyak bertanya dalam 1-2 halaman saja.
* Selalu jujur. "Ajakan untuk membaca bersama anak ini bisa menjadi ajang komunikasi antara orangtua dengan anak dan sebaliknya. Jujurlah jika Anda memang belum pernah membaca buku itu. Katakan, 'Mama belum pernah baca buku ini, nih. Kita baca barengan, ya?' Mengapa? Supaya anak tak punya ekspektasi berlebih Anda tahu segalanya dari buku ini," jelas Ariyo.
* Bacakan dari hati. Jangan terkesan terpaksa dan seperti enggan, apalagi malas-malasan. Membacakan dengan hati akan membuat Anda bersemangat berekspresi dan menarik.
* Posisikan anak dan Anda senyaman mungkin. Upayakan ada sentuhan kulit, dan si anak bisa melihat kata-kata yang Anda tunjuk saat membaca.
* Perkenalkan bukunya. "Bacakan judul bukunya, perlihatkan sampul buku kepada anak. Bacakan pula pihak yang bertanggungjawab atas buku tersebut, siapa pengarangnya, dan siapa ilustratornya."
* Sampul buku juga bisa jadi bahan diskusi tersendiri, misalnya dengan membahas warna busana si tokoh atau atribut lain pada sampul buku tersebut.
* Saat bercerita, penting agar si pembaca cerita tenang dan tidak tergesa-gesa. Ambillah waktu secukupnya.
* Setiap kata yang tertulis di buku, tunjuk dengan jari Anda. Saat si anak mendengar kata itu, ia akan mengasosiasikannya. Awalnya, dia akan menyadari vokal, lalu ia akan melihat huruf yang tertera, kemudian menyadari arti kata. Karena itulah, membaca untuk anak sudah bisa dilangsungkan sejak usia 0.
* Jangan menganggap remeh tanda baca titik, koma, tanda seru, maupun tanda tanya. Tunjukkan dengan intonasi atau gerak-gerik saat ada kata-kata yang menunjukkan sifat, seperti "besar", "kecil", "cepat", dan lainnya. Buat sedikit dramatisasi dari cerita.
* Jangan lupa tetap jaga kontak mata dengan anak.
* Bila ada kata-kata yang sekiranya si anak belum paham, tanyakan apakah si anak paham atau tidak.
* Posisikan buku supaya si anak bisa melihat buku dan gambar-gambarnya.
* Untuk anak prasekolah, apa yang diceritakan tidak harus sesuai buku. Jika ia tertarik hanya dengan 1 halaman saja, karena warnanya atau gambar, atau lainnya, kembangkan saja.
* Usahakan menggunakan suara/intonasi berbeda-beda, sesuai karakter dan teknik "fast, slow, pause".
* Gunakan efek drama, ada tertawa, merengek, menjerit, berbisik, cepat, lambat, stop, sedih, meraung, meringkuk, dan lainnya, sesuaikan dengan karakter dalam cerita.
* Tambahkan "body language".
Menurut Roosie Setiawan, penggagas Reading Bugs, membacakan cerita untuk anak bisa dimulai sejak trimester akhir kehamilan. Membacakan buku saat hamil bisa dilakukan dengan jenis buku apa pun yang ingin kita baca. Saat kehamilan, orangtua membacakan cerita adalah momen untuk memperkenalkan suara.
Bagaimana cara membaca buku bersama anak yang baik? Berikut ini tips dari Ariyo, salah seorang pendongeng anak yang sudah berkiprah 11 tahun, kini ia merupakan salah satu bagian komunitas Reading Bugs (komunitas yang bertujuan menyebarkan virus giat membaca):
* Tak perlu menghabiskan 1 buku dalam 1 waktu, utamakan pengalaman membaca cerita dengan anak. Ladeni si anak jika ia banyak bertanya dalam 1-2 halaman saja.
* Selalu jujur. "Ajakan untuk membaca bersama anak ini bisa menjadi ajang komunikasi antara orangtua dengan anak dan sebaliknya. Jujurlah jika Anda memang belum pernah membaca buku itu. Katakan, 'Mama belum pernah baca buku ini, nih. Kita baca barengan, ya?' Mengapa? Supaya anak tak punya ekspektasi berlebih Anda tahu segalanya dari buku ini," jelas Ariyo.
* Bacakan dari hati. Jangan terkesan terpaksa dan seperti enggan, apalagi malas-malasan. Membacakan dengan hati akan membuat Anda bersemangat berekspresi dan menarik.
* Posisikan anak dan Anda senyaman mungkin. Upayakan ada sentuhan kulit, dan si anak bisa melihat kata-kata yang Anda tunjuk saat membaca.
* Perkenalkan bukunya. "Bacakan judul bukunya, perlihatkan sampul buku kepada anak. Bacakan pula pihak yang bertanggungjawab atas buku tersebut, siapa pengarangnya, dan siapa ilustratornya."
* Sampul buku juga bisa jadi bahan diskusi tersendiri, misalnya dengan membahas warna busana si tokoh atau atribut lain pada sampul buku tersebut.
* Saat bercerita, penting agar si pembaca cerita tenang dan tidak tergesa-gesa. Ambillah waktu secukupnya.
* Setiap kata yang tertulis di buku, tunjuk dengan jari Anda. Saat si anak mendengar kata itu, ia akan mengasosiasikannya. Awalnya, dia akan menyadari vokal, lalu ia akan melihat huruf yang tertera, kemudian menyadari arti kata. Karena itulah, membaca untuk anak sudah bisa dilangsungkan sejak usia 0.
* Jangan menganggap remeh tanda baca titik, koma, tanda seru, maupun tanda tanya. Tunjukkan dengan intonasi atau gerak-gerik saat ada kata-kata yang menunjukkan sifat, seperti "besar", "kecil", "cepat", dan lainnya. Buat sedikit dramatisasi dari cerita.
* Jangan lupa tetap jaga kontak mata dengan anak.
* Bila ada kata-kata yang sekiranya si anak belum paham, tanyakan apakah si anak paham atau tidak.
* Posisikan buku supaya si anak bisa melihat buku dan gambar-gambarnya.
* Untuk anak prasekolah, apa yang diceritakan tidak harus sesuai buku. Jika ia tertarik hanya dengan 1 halaman saja, karena warnanya atau gambar, atau lainnya, kembangkan saja.
* Usahakan menggunakan suara/intonasi berbeda-beda, sesuai karakter dan teknik "fast, slow, pause".
* Gunakan efek drama, ada tertawa, merengek, menjerit, berbisik, cepat, lambat, stop, sedih, meraung, meringkuk, dan lainnya, sesuaikan dengan karakter dalam cerita.
* Tambahkan "body language".
Menurut Roosie Setiawan, penggagas Reading Bugs, membacakan cerita untuk anak bisa dimulai sejak trimester akhir kehamilan. Membacakan buku saat hamil bisa dilakukan dengan jenis buku apa pun yang ingin kita baca. Saat kehamilan, orangtua membacakan cerita adalah momen untuk memperkenalkan suara.
-kompas.com-
Meski menyandang nama besar Martha Tilaaar, empat putra-putri pendiri perusahaan kosmetika Martha Tilaar Group ini tak menunjukkan karakter tinggi hati.
Sikap menghargai orang lain, mau belajar dan mendengarkan pendapat tim yang notabene adalah anak buahnya, melekat dalam diri Bryan David Emil Tilaar, Pingkan Engelien Tilaar, Wulan Maharani Tilaar, dan Kilala Esra Tilaar.
Martha Tilaar bersinergi dengan sang suami, Prof Dr Henry Alexis Rudolf Tilaar, untuk melatih karakter anak yang mandiri, peduli, dan perhatian terhadap sesama.
Kuncinya, kata Martha, adalah kepekaan dan kemandirian yang dilatih sejak dini. Dengan begitu anak tumbuh dan berkembang menjadi sosok penuh penghargaan terhadap sesama, mau belajar dari yang lebih muda, dan terbuka dengan pendapat dari siapapun tanpa memandang usia.
"Sejak kecil anak-anak diajarkan cara bersyukur. Setiap kali melihat anak yang meminta-minta di jalan raya, saya mengajak anak kami mensyukuri apa yang kami miliki. Di dalam mobil, kami selalu menyiapkan paket kue untuk diberikan kepada peminta-minta. Saya dan anak-anak tak pernah memberikan uang," tutur Martha, saat bincang-bincang bersama Kompas Female di kantor PT Martina Berto, Pulo Gadung, Kamis (17/2/2011) lalu.
Anak-anak belajar berbagi sejak kecil sebagai cara melatih kepekaan mereka, lanjut Martha. Pola asuh yang diterapkan Martha bersama suami tentunya punya misi. Selain membangun karakter pribadi yang positif, kepekaan yang ditanamkan dalam diri anak dipersiapkan agar kelak siap memimpin perusahaan keluarga yang dirintis Martha sejak 1970. "Dengan memiliki kepekaan yang tinggi, mereka akan menjadi pemimpin yang lebih mampu menghargai orang lain dan tidak semena-mena," tutur anak sulung dari tiga bersaudara ini.
Kepemimpinan Martha Tilaar Group yang nantinya akan dilanjutkan oleh anak-anaknya, juga tak diberikan dengan mudah. Kemandirian anak yang dibangun sejak kecil terus dipupuk saat dewasa. Martha mengaku, putra-putrinya yang terlibat dalam bisnis kecantikan keluarga ini memulai peran dari level bawah. "Anak-anak terlibat di perusahaan dari level management trainee," kata perempuan yang pernah berprofesi sebagai guru sekolah dasar dan dosen ini. Dengan begitu, lanjut Martha, anak-anak akan punya rasa memiliki yang besar terhadap perusahaan dan berminat melanjutkan bisnis keluarga.
Dalam kamus pola asuh Martha, kemandirian dan kepekaan menjadi bekal mumpuni untuk menyiapkan sosok pemimpin. Walaupun kesempatan menjadi pemimpin sudah di depan mata, karakter kepemimpinan ini tetap perlu disiapkan sejak dini. Seperti Martha dan suami yang menyiapkan Wulan sebagai Direktur Martha Tilaar Group, Bryan sebagai Direktur Utama PT Martina Berto, Kilala sebagai Wakil Direktur Marketing PT Martina Berto, dan Pingkan sebagai Manajer Sekolah Kecantikan PT Martha Beauty Gallery.
"Mencari pekerjaan saat ini susah, jika ada tempat berkarya anak-anak hanya perlu meneruskan saja," tutur Martha sederhana.
Kuncinya, kata Martha, adalah kepekaan dan kemandirian yang dilatih sejak dini. Dengan begitu anak tumbuh dan berkembang menjadi sosok penuh penghargaan terhadap sesama, mau belajar dari yang lebih muda, dan terbuka dengan pendapat dari siapapun tanpa memandang usia.
"Sejak kecil anak-anak diajarkan cara bersyukur. Setiap kali melihat anak yang meminta-minta di jalan raya, saya mengajak anak kami mensyukuri apa yang kami miliki. Di dalam mobil, kami selalu menyiapkan paket kue untuk diberikan kepada peminta-minta. Saya dan anak-anak tak pernah memberikan uang," tutur Martha, saat bincang-bincang bersama Kompas Female di kantor PT Martina Berto, Pulo Gadung, Kamis (17/2/2011) lalu.
Anak-anak belajar berbagi sejak kecil sebagai cara melatih kepekaan mereka, lanjut Martha. Pola asuh yang diterapkan Martha bersama suami tentunya punya misi. Selain membangun karakter pribadi yang positif, kepekaan yang ditanamkan dalam diri anak dipersiapkan agar kelak siap memimpin perusahaan keluarga yang dirintis Martha sejak 1970. "Dengan memiliki kepekaan yang tinggi, mereka akan menjadi pemimpin yang lebih mampu menghargai orang lain dan tidak semena-mena," tutur anak sulung dari tiga bersaudara ini.
Kepemimpinan Martha Tilaar Group yang nantinya akan dilanjutkan oleh anak-anaknya, juga tak diberikan dengan mudah. Kemandirian anak yang dibangun sejak kecil terus dipupuk saat dewasa. Martha mengaku, putra-putrinya yang terlibat dalam bisnis kecantikan keluarga ini memulai peran dari level bawah. "Anak-anak terlibat di perusahaan dari level management trainee," kata perempuan yang pernah berprofesi sebagai guru sekolah dasar dan dosen ini. Dengan begitu, lanjut Martha, anak-anak akan punya rasa memiliki yang besar terhadap perusahaan dan berminat melanjutkan bisnis keluarga.
Dalam kamus pola asuh Martha, kemandirian dan kepekaan menjadi bekal mumpuni untuk menyiapkan sosok pemimpin. Walaupun kesempatan menjadi pemimpin sudah di depan mata, karakter kepemimpinan ini tetap perlu disiapkan sejak dini. Seperti Martha dan suami yang menyiapkan Wulan sebagai Direktur Martha Tilaar Group, Bryan sebagai Direktur Utama PT Martina Berto, Kilala sebagai Wakil Direktur Marketing PT Martina Berto, dan Pingkan sebagai Manajer Sekolah Kecantikan PT Martha Beauty Gallery.
"Mencari pekerjaan saat ini susah, jika ada tempat berkarya anak-anak hanya perlu meneruskan saja," tutur Martha sederhana.
-kompas.com-
Orangtua yang ingin anaknya cerdas disarankan untuk mengurangi asupan makanan berlemak, bergula, dan mengandung pengawet pada masa tiga tahun pertama usia anak atau biasa disebut periode emas (golden period).
Sejak dalam kandungan sampai usia tiga tahun, otak bayi mengalami perkembangan sangat cepat. Itu sebabnya nutrisi yang baik diperlukan untuk pertumbuhan otak dan kecerdasan.
Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang diberi makanan berlemak, kaya akan gula, dan makanan yang diawetkan memiliki kadar intelegensia (IQ) lebih rendah dibanding dengan anak yang mendapat asupan kaya vitamin dan mineral.
"Kami menemukan bukti bahwa konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan berpengawet berkaitan erat dengan rendahnya nilai IQ di usia dewasa," kata Kate Northstone, peneliti dari University of Bristol.
Dalam penelitiannya, Northstone dan timnya mengumpulkan data 3.966 anak yang lahir antara tahun 1991 dan 1992. Para orangtua anak-anak lalu diberi pertanyaan tentang pola makan anak mereka di usia 3, 4, 7, dan 8,5 tahun. Kemudian IQ anak ini diukur menggunakan standar yang berlaku ketika si anak berusia 8,5 tahun.
Secara umum pola makan anak-anak itu dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni makanan yang "diproses" yang kaya lemak, gula, dan makanan enak, kelompok kedua adalah makanan "tradisional" yang tinggi, daging, dan sayuran, serta makanan "sehat" yang terdiri dari sayur, buah, salad, ikan, nasi, dan pasta.
Anak yang sering mengasup makanan yang diproses di usia tiga tahun mememiliki IQ lebih rendah di usia 8,5 tahun dibanding dengan anak yang pola makannya sehat.
Para peneliti juga menemukan pola makan anak di usia 3 tahun lebih berpengaruh pada kecerdasannya dibanding di usia 4 atau 7 tahun.
Ahli gizi Samantha Heller mengatakan, di masa periode emas otak membutuhkan komponen yang penting agar bisa berfungsi dan berkembang optimal.
"Otak butuh nutrisi yang didapat dari lemak sehat, vitamin, dan mineral. Orangtua yang sibuk biasanya sering tidak sempat menyiapkan makanan sehat untuk anaknya dan menggantinya dengan makanan berlemak yang lebih menarik minat anak," katanya.
-kompas.com-