Featured Posts

Paud, Jembatan Keunikan AnakPaud, Jembatan Keunikan Anaktuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya.....

Readmore

kunci penting kembangkan bakat anakKunci Penting Kembangkan Bakat AnakBAKAT dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya....

Readmore

pengembangan bakat disesuaikan dengan kebutuhan anakPengembangan Bakat Disesuaikan dengan Kebutuhan AnakKUNCI lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan bakat anak adalah dengan selalu berpijak pada kebutuhan anak....

Readmore

Rss


Sebagai orang tua tentu mengajarkan anak balita untuk bicara baik dan sopan. Tapi bagaimana bila tiba-tiba si anak pandai bicara jorok dan sering mengucapkannya di lingkungan keluarga, walau hal itu tak pernah diajarkan oleh orangtuanya.


Orangtua mengkhawatirkan anak akan mendapatkan pengaruh buruk dari lingkungan dan mulai mencari-cari solusi bagaimana menjaga agar anak tidak terkontaminasi dengan yang buruk, termasuk kata jorok dan kasar.


Anak mengatakan kata kasar/jorok bisa karena menikmati reaksi orang-orang di sekitarnya, seperti ia ditertawakan seolah-olah itu lucu dan menghibur, atau diperhatikan dengan rasa kaget dan ingin tahu dari lingkungannya.


Anak berkata jorok biasanya meniru teman di sekolah, sekadar iseng, atau saat ia merasa marah dan mengetahui bahwa kata tadi dapat memancing kekesalan orang lain. Bahkan si anak sedang mempelajari kata-kata baru dan senang dengan bunyi kata itu tanpa mengetahui artinya.


Coba perhatikan saat kapan dan apa yang terjadi setelah anak berkata jorok, agar bisa mengerti alasan mengapa si anak berkata jorok. Dengan mengetahui itu, orangtua akan lebih mudah mengatasinya.


Saat anak mengucapkan kata jorok,  bisa ditanyakan kepada si anak, dari siapa anak tahu kata kata itu? Apakah anak tahu artinya apa? Dan tahukah akibat dari ucapan itu?


Anak usia 3-5 tahun pada umumnya senang mempelajari kata-kata yang baru, apalagi di usia ini kemampuan bahasa dan menyerap informasi sedang berkembang dengan pesat.


Jika anak tidak mengetahui arti dari kata jorok tadi, orangtua dapat memberitahu artinya secara singkat dan jelas, juga mengenalkan akibatnya jika kata itu diucapkan  kepada orang lain.


Bila ia mengucapkan kata jorok karena marah, orangtua bisa mengajarkannya dengan memberitahu kata-kata apa yang boleh diucapkannya saat ia sedang marah.


Orangtua dapat memberitahu kepada si anak,  tidak boleh menggunakan kata itu di dalam keluarga.


Ketimbang memberikan hukuman atau peringatan keras kepada anak saat mengucapkan kata jorok, lebih baik memberikan perhatian saat ia mengucapkan kata-kata yang sopan, sehingga ia lebih sering dan senang mengucapkan kata-kata yang baik.


Jika kata jorok yang diucapkan oleh anak berasal dari sekolah, memindahkan dirinya ke sekolah lain tidaklah menyelesaikan masalah.  Teman merupakan lingkungan sosialisasi anak, dimana hal-hal yang dinilai baik dan buruk sulit dipisahkan.


Percayakan ia mengeksplor, mengetahui hal baru, dan melakukan apa yang dapat ia lakukan secara mandiri di lingkungan sosialnya. Batasan-batasan dan aturan, kasih sayang dan perhatian, dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh keluarga setiap harinya, justru memampukan anak untuk tumbuh secara kuat dan baik di lingkungan luar rumah.

-tribunnews.com- 

[ Read More ]


Bagaimana menjamin anak-anak kita menjadi pribadi hebat di masa datang? Kini merupakan tuntutan, kita harus memberi perhatian lebih pada pendidikan anak usia dini (PAUD). Tahun-tahun awal kehidupan menjadi tahun keemasan yang berpengaruh besar seumur hidupnya. Lima tahun pertama adalah pembentukan, penyerapan nilai-nilai, pengembangan kebiasaan dan pengalaman berdasar perkembangan otak. Ini akan membentuk sistem syaraf serta pola biologis yang memengaruhi kesehatan, cara belajar, dan sikap sepanjang hayatnya.


Menyadari begitu vitalnya peran pendidikan usia dini, Mendiknas M Nuh menempatkannya menjadi salah satu dari empat prioritas pada 2011. Tiga prioritas lainnya adalah pendidikan dasar, pendidikan vokasi dan politeknik, serta percepatan doktor. Saat ini angka partisipasi kasar PAUD secara nasional mencapai 54 persen. Angka itu perlu ditingakatkan, mengingat usia ini diyakini sebagai masa kritis perkembangan kognitif spesifik, sosial dan kemampuan psikomotorik yang secara signifikan memberi kesuksesan dalam kehidupan.


Investasi terbaik pada tahun awal adalah dengan menyediakan program pendidikan dini pada anak berkualitas, dengan mengedepankan metodologi kebutuhan belajar-mengajar harus berbasis aktivitas dan permainan. Pengembangan mental menjadi kunci eksplorasi potensi anak secara keseluruhan. Pada periode ini kemampuan bahasa anak berkembang hebat, begitu pula keterampilan sosialnya, dan pola pikir simbolis yang secara keseluruhan menjadi kunci pada masa belajar di sekolah dan kehidupan sosial kemasyarakatan kelak. 


Bermain merupakan media terbaik dalam pengajaran pada tahap ini. Naluri ini datang dengan sendirinya pada anak, dan menjadi kunci untuk menciptakan serta mempertahankan ketertarikan dasar dalam belajar. Ragam kegiatan bermain bisa berupa bercerita, bersajak, permainan bahasa, pengenalan angka, musik, gerakan, kreativitas seni, prakarya, aktivitas motorik kasar dan halus, atau drama yang memungkinkan anak-anak bereksplorasi, beruji-coba, bertanya, mengemukakan alasan dan memecahkan masalah kecil.


Realitasnya, tidak jarang sekolah dikelola oleh guru yang tidak terlatih. Mereka memperkenalkan pada anak pelajaran tentang literasi, dan pengenalan angka dengan cara formal, sementara anak belum siap secara umur dan pengalaman. Metodologi ini menimbulkan efek tekanan akademis pada anak, yang dikhawarirkan dapat memengaruhi perkembangannya. Walaupun anak-anak dapat mengikuti apa yang diajarkan, namun penelitian menunjukkan cara tersebut membahayakan perkembangan kepribadian anak-anak kita.


Program PAUD yang berkualitas memberi energi luar biasa bagi kehidupan anak, khususnya dalam bentuk kualitas hidup, di dalam keluarga, dan adaptasinya dalam masyarakat. Jika pada masa kritis ini anak-anak tidak mendapat stimulasi berharga dan meningkatkan lingkungan fisik dan psikososial, perkembangan otak seringkali menurun. Tepatlah prioritas Kemendiknas: pendidikan usia dini merupakan fondasi utama kehidupan jangka panjang anak-anak kita sebagai aset, kekuatan, dan kualitas kaum muda di masa datang.
-suaramerdeka.com- 

[ Read More ]


Rumah tangga yang terdiri dari orang tua dan anak, memiliki tanggungjawab, kewajiban, dan hak masing-masing. Mulai dari pendidikan, anak memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang harus dimulai dari dalam keluarga, karena cara anak belajar pertama adalah dengan melihat perilaku orang tua.


 Tanggungjawab orang tua mendidik kemandirian dimana anak-anak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan. Tanggung jawab berkaitan dengan dapat dipercaya dan diandalkan. Hal ini dikemukakan Drs Sajaruddin saat berceramah di Masjid Al Mukminin. "Anak merupakan amanah yang diberikan Allah SWT kepada orang tua. Maka mereka berkewajiban dan bertanggujawab akan pendidikan moral, akhlak, dan pengetahuan lainnya," tambahnya.


Bagaimana pun sayangnya dan berkuasanya orang tua, tambahnya, tidak bisa menjamin bisa mendampingi anak-anaknya sepanjang hidupnya. Suatu saat orang tua harus rela melepaskan anak pergi “mengepakkan sayap” mereka dan terbang meraih dunianya sendiri.


Karena itu, selagi masih bisa membina anak-anak, perlu memastikan nilai-nilai yang ditanamkan akan cukup buat anak-anak sebagai modal dalam kehidupan mereka selanjutnya.


"Pada usia 2-6 tahun anak mulai beranjak untuk menjadi manusia sosial dan belajar bergaul dengan orang lain. Pada masa ini anak mengembangkan otonominya seiring dengan pengembangan berbagai keterampilannya (motorik kasar dan halus, berbahasa dan sebagainya)," bebernya.


Seperti, memberi tugas kepada anak untuk membereskan dan menyimpan barang-barang miliknya. Membagi waktu kepada anak juga sangat penting. Sebab, anak membutuhkan waktu dan bimbingan untuk memahami perlunya keseimbangan antara waktu menikmati masa kanak-kanak (bermain) dan tugas-tugas sekolah yang merupakan kewajiban anak.


"Perlu pula diingat, tidur di kamar terpisah dari orang tua, sehingga mengajarkan keberanian untuk tidur di kamar tidur sendiri, merupakan bentuk kemandirian anak. Namun perlu memahami rasa takut anak akan gelap atau hantu," jelasnya.


Dari semua tanggungjawab orang tua, sang ibu memiliki peran utama akan pendidikan tersebut. Mengapa tidak, ibu yang memiliki waktu paling banyak dengan anak-anak di rumah. Namun, ibu di masa sekarang telah banyak yang bekerja.


Tapi tetap harus mempertahankan dan memahami perannya sebagai seorang ibu. "Walau terpaksa bekerja, perhatian kepada anak tetap harus diutamakan. Walau memang pendidikan dan tanggung jawab lainnya baik ayah maupun ibu harus saling kompak dan bekerja sama," ungkapnya.


Pendidikan ini juga harus diperoleh di masyarakat dan di sekolah. Maka, tanggung jawab itu pun juga terletak bagi masyarakat dan pihak pengajar di sekolah.


Dengan didikan sejak usia dini, tidak membuat anak menjadi durhaka kepada orang taunya. Seperti contoh yang riwayat dalam sebuah hadits mengatakan, Saidina Umar ra kepada seorang ayah yang mengadu kepada, karena anaknya telah berlaku durhaka kepadanya. Umar berkata setelah menyidiki keduanya: 'Sebelum anakmu mendurhakaimu, kamu telah lebih dahulu berlaku durhaka kepadanya'.


"Dengan demikian, keluarga di rumah, pengemban pendidikan di sekolah, dan pimpinan masyarakat, haruslah bahu-membahu dalam melindungi si anak dengan iman dan tangguh dan ilmu yang dalam,"kuncinya.
-ujungpandangekspres.com 

[ Read More ]


Sejak kelahirannya, sensori anak sudah seperti spons. Mencoba memahami dunia lewat 5 inderanya; penglihatan, penciuman, peraba, pendengaran, dan perasa. Kualitas dari pengalaman ini akan makin dalam efeknya seiring perkembangan otak si bayi. Namun, sebagian orangtua berpendapat bahwa mainan mahal dan rumit akan membantu perkembangan otak bayi yang optimal. Padahal, interaksi sederhana, konsisten, namun mengajaknya berpikir akan membantu indera dan pikirannya.


Joshua Sparrow, MD, profesor psikiater di Harvard Medical School dan penulis Touchpoints-Birth to Three, merekomendasikan para orangtua membantu anak-anaknya menelusuri dunia melalui inderanya. Ketimbang membelikan si kecil mainan yang mahal tetapi hanya berfungsi satu arah saja untuk si anak, ajak ia berkelana mengenal dunia dengan tindakan sederhana seperti berikut:


1. Jalan Kaki Bersama Anak
Untuk kebanyakan ibu, berjalan kaki adalah cara yang menyenangkan untuk menenangkan si bayi dan cara yang mudah untuk mengembalikan bentuk tubuh usai melahirkan. Selain itu, berjalan kaki ternyata juga bisa membantu si kecil menggunakan inderanya. Misal, jika Anda berhenti sejenak untuk mencium aroma bunga mawar di pinggir jalan, bayi Anda tak hanya akan mengerti bahwa bunga memiliki aroma, tetapi juga bisa menyentuh kelopak bunga tersebut (hati-hati durinya), melihat warna cantiknya, dan mendengar penjelasan Anda.


2. Merapikan Baju
Merapikan baju untuk orang dewasa mungkin akan menjadi hal menjemukan, sebaliknya untuk anak-anak, hal tersebut akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Misal, Anda dan si kecil sedang mengangkat dan melipat baju dari jemuran. Anda bisa tanyakan kepada anak balita Anda, "Handuknya harum, ya? Atau, baju piyama kamu harum, ya? Atau, terasa lembut ya, pakaian Mama?"


3. Rutinitas Pagi yang Berarti
Menyuapkan makanan atau membantu si anak memakai baju adalah kegiatan yang menggunakan kelima indera si kecil. Anda bisa tambahkan percakapan saat melakukan ritual harian ini. Anda bisa tanyakan kaus berwarna apa hari ini, jika ia bilang ingin minum jus apel atau susu hari ini, tanyakan mengapa. Atau, tanyakan beda rasa kain yang ia kenakan hari ini. Komentar-komentar yang berdatangan saat ia makan, memakai baju, berbelanja, menyetir, dan hal-hal rutin lainnya yang menjadi bagian keseharian adalah cara yang baik untuk mengajak si kecil menggunakan kelima inderanya. Hal ini juga akan membentu membangun kemampuan berbicara dan keterikatan interpersonal.


4. Berakting
Memang, saat anak beranjak besar, kita tak perlu mencoba untuk melakukan aksi berakting di depannya setiap saat. Anda tak perlu lagi melakukan permainan ci luk ba setiap saat seperti ketika ia masih beberapa bulan. Tetapi, Anda bisa mencoba membuat semacam teater musikal orangtua-anak. Idenya adalah untuk berfokus pada aktivitas yang menyangkut hubungan dengan orang lain sebagai sumber stimulasi. Suara Anda bisa menjadi hal yang sangat menghibur bagi bayi Anda ketimbang suara robot dari mobil-mobilan. Plus, dari segi visual, akting Anda bisa membuatnya amat tertarik. Pikirkan diri Anda sebagai mainan yang sangat bagus, Anda bisa menjadi boneka lucu, menenangkan, cepat, berisik, tak bersuara, dan lainnya, sesuai dengan respon dari wajah serta tubuh si anak.


5. TV? Boleh, kok
Adalah hal yang wajar ketika orangtua butuh waktu untuk mengurus dirinya sendiri atau hal lainnya. Anda tak perlu merasa bersalah jika Anda memberikan waktu si anak untuk menonton televisi selama setengah jam sehari. Asalkan dalam waktu yang masuk akal dan bisa ditolerir, tak masalah untuk si kecil menonton televisi. Namun, perlu diingat, bahwa makin lama ia duduk di depan televisi, makin lama ia tertahan untuk tidak berinteraksi dengan manusia lain, Anda, dan dunia realitas.



6. Perlahan Saja
Setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Setiap anak itu unik. Asalkan ia tidak dibiarkan berkembang sendiri, anak bisa berkembang. Untuk setiap perkembangan sensori dan motorik anak, jangan terburu-buru. Perlu diingat pula, bahwa setiap anak memiliki keunikan tersendiri. Belum lagi ada pula kemungkinan hambatan pada anak. Gejala awal bahwa si kecil memiliki hambatan antara lain; kesulitan untuk mengikuti obyek yang bergerak dengan matanya saat ia memasuki usia 4 bulan, menolak untuk dipeluk, atau respon yang kurang cepat saat ada suara kencang atau panggilan Anda. Untuk kasus-kasus seperti ini, coba konsultasikan dengan dokter anak secepatnya.


7. Jangan Berlebihan
Ketika mencoba membantu anak untuk mengeksplorasi lingkungannya, entah itu dengan jalan-jalan, berbincang, atau lewat mainan tertentu, Anda ingin mencoba memberikan secukupnya, jangan berlebihan. Supaya si kecil terhindar dari overstimulasi, cobalah untuk berfokus pada interaksi natural dan mainan yang sederhana, seperti blok kayu, ujar pendiri Explorations Early Learning, LLC, Jeff Johnson. "Sejujurnya, menurut saya, kebanyakan kamar anak dihiasi dengan begitu banyak mainan, warna, dan stimulasi yang berlebihan sehingga si anak akan menjadi kesulitan untuk memilih mainan yang ingin difokuskan," tambahnya.

-kompas.com- 

[ Read More ]


Jakarta - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh memprioritaskan pendidikan anak usia dini pada 2011 bersama dengan pendidikan dasar, vokasi/politeknik, dan percepatan doktor untuk para dosen.

"Pendidikan dasar menjadi prioritas utama pada 2011, termasuk urusan perbukuan dan lembar kerja siswa (LKS)," katanya usai menjadi pembina upacara pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-65 Republik Indonesia di halaman Kantor Kemdiknas RI di Jakarta, Selasa.

Hadir pada upacara itu Wamendiknas RI Fasli Jalal, pejabat Kemdiknas, dan penerima anugerah Satya Lancana Karya Satya.

Pendidikan vokasi, katanya, yaitu sekolah menengah kejuruan (SMK) dan politeknik diprioritaskan untuk menjawab persoalan ketenagakerjaan. "Melalui pendidikan vokasi ini disiapkan tenaga-tenaga kerja yang punya keterampilan dan keahlian," katanya.

Kemudian percepatan kualifikasi doktor juga di perguruan tinggi menjadi prioritas.

Saat ini, kata Mendiknas, terdapat 23 ribu dosen yang berlatarbelakang pendidikan doktor (S3) dari 270 ribu dosen atau hanya sekitar delapan persennya.

Ia menargetkan pada 2014/2015 angka itu menjadi menjadi 20 persen atau 30 ribu dosen berpendidikan S3, atau ada tambahan paling sedikit 5.000 doktor baru per tahun.

"Prioritas berikutnya adalah PAUD. Saat ini angka partisipasi kasar (APK) PAUD secara nasional mencapai 54 persen, dan di daerah tertentu ada yang mencapai 70 persen. Tahun depan PAUD kami genjot," ujarnya.


-antaranews.com-


[ Read More ]

 
MENERAPKAN disiplin pada anak yang masih di bawah umur memang gampang-gampang susah. Yang terpenting, orang tua konsisten dan yakin bahwa semua yang dilakukan merupakan upaya untuk kebaikan anak.

Kata-kata ”Disiplin harus dimulai dari kecil” mungkin sering Anda dengar dalam membesarkan seorang anak. Disiplin sangat penting dalam kehidupan ini, terutama bagi anak-anak agar mereka tumbuh menjadi orang sukses. Namun, para orang tua tidak menyadari cara mereka dalam mendisiplinkan anak-anak ternyata kurang tepat.
Berapa banyak orang tua yang sulit membujuk anaknya untuk memakai seragam sekolah di hari kelimanya masuk preschool? Atau lain waktu, merasa malu ketika anaknya tiba-tiba berteriak-teriak dan merengek tanpa sebab di tengah-tengah keramaian supermarket?

Di balik kelucuannya, masa balita adalah saat yang mungkin dirasa sangat menjengkelkan untuk orang tua. Karena si buah hati sedang memasuki tahap usia di mana anakanak mulai menjadi lebih mandiri dan menemukan jati diri mereka sebagai individu. Namun, kemampuan mereka masih terbatas dalam hal berkomunikasi dan nalar.

”Anak mengerti bahwa tindakan mereka bermasalah karena mereka bisa membuat apa pun menjadi masalah,” kata Claire Lerner, LCSW-C, spesialis perkembangan anak dan direktur sumber daya bidang pengasuhan di organisasi nirlaba Zero to Three seperti dikutip laman webmd.com.

”Hal ini menyebabkan mereka ingin membuat jejak mereka di dunia dan menyatakan diri dengan cara yang mereka tidak lakukan ketika masih bayi. Masalahnya, anak balita memiliki sedikit kontrol diri dan bukan seorang pemikir rasional. Ini adalah kombinasi yang sangat menantang,” terangnya.

Jadi, bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi anak yang menjerit setiap kali Anda suruh mandi dan tampaknya kosakata yang keluar hanya satu kata ”tidak”?
Berikut ini dipaparkan beberapa strategi sederhana untuk menerapkan disiplin pada anak untuk membantu membuat hidup Anda dan anak Anda lebih mudah.

Yang paling utama dalam penerapan disiplin adalah konsistensi orang tua. Menurut Lerner, perintah dan rutinitas memberikan ”tempat” yang aman bagi anak dari apa yang mereka pandang sebagai dunia yang besar dan tak terduga.

”Ketika ada beberapa hal tidak bisa diduga dan rutin,itu membuat anak merasa jauh lebih aman dan nyaman, serta cenderung lebih bersikap tenang karena mereka tahu apa yang dia harapkan,” katanya.

Cobalah untuk selalu menjalankan jadwal yang sama setiap hari. Semisal, waktu tidur siang, waktu makan, waktu tidur malam, dan saat-saat di mana anak Anda bebas untuk melakukan apa pun seperti hanya berlari-lari dan bersenang-senang. Bila Anda memang harus melakukan perubahan jadwal, beri tahu anak sebelumnya.

Misalnya katakan kepada anak Anda, ”Bibi Jean akan menemanimu malam ini saat ibu dan ayah pergi sebentar. Kita ada keperluan sebentar”. Hal itu akan mempersiapkan dirinya untuk sebuah rutinitas yang sedikit berbeda dan mudah-mudahan tidak berpengaruh pada suasana si kecil saat waktu tidur. Konsistensi juga penting ketika penerapan disiplin ke anak. Ketika Anda mengatakan ”tidak boleh memukul” pertama kali kepada anak Anda saat dia berkelahi dengan anak lain di tempat bermain,Anda juga harus mengatakan ”tidak boleh memukul” untuk yang kedua, ketiga, dan keempat kali, saat si buah hati melakukannya lagi.

Orang tua juga harus menghindari stres saat pengasuhan anak. Pada waktu anak-anak memasuki usia balita, Anda tentunya sudah mengamati apa saja pemicu mereka biasanya merengek tak karuan. Yang paling umum adalah kelaparan, mengantuk, dan berada di suatu tempat baru. Dengan sedikit perencanaan, Anda seharusnya dapat menghindari hal-hal yang potensial memicu ”kekacauan” tersebut dan menjaga situasi tetap tenang. ”Anda harus segera mencari cara untuk mengantisipasi, yang berarti Anda jangan pergi ke toko makanan ketika anak Anda membutuhkan waktu untuk tidur siang,” kata Lisa Asta MD, seorang dokter anak di Walnut Creek, California, dan profesor klinis asosiasi pediatri di University of California, San Francisco, Amerika Serikat.

Cobalah untuk memastikan anak Anda sudah berada di rumah saat tidur siang, tidur malam, dan waktu makan. Jika Anda keluar rumah, selalu bawa makanan di tas agar tak usah mencari lagi ketika anak merasa lapar. Tetap padatkan waktu, artinya segera cari rumah makan lain ketika satu tempat memiliki pelayanan yang lama atau jangan belanja bahan makanan tepat di waktu makan siang. Yang terpenting, rencanakan ke depan segala keperluan keluarga sehingga Anda tidak perlu terburu- buru, terutama ketika Anda membutuhkan untuk mempersiapkan anak Anda pergi ke preschool, sementara Anda bersiap bekerja di pagi hari.

Anda dapat memudahkan transisi tersebut dengan melibatkan anak Anda dalam proses. Buatlah aturan sederhana untuk kegiatan anak. Misalnya atur waktu lima menit sesudah bangun tidur. Lalu memberitahukannya bahwa ketika alarm berdering itulah saatnya untuk mandi dan berpakaian atau memberi anak Anda pilihan apakah akan mengenakan baju merah atau baju biru ke sekolah. Tips yang tidak kalah penting dalam penerapan disiplin bagi anak adalah berpikirlah seperti seorang balita. Anak bukanlah versi mini dari orang dewasa.

Mereka biasanya mengalami kesulitan memahami banyak hal yang kita sudah yakini, misalnya bagaimana mengikuti petunjuk dan berperilaku tepat. Melihat skenario dari perspektif seorang anak dapat membantu mencegah dia merengek atau mengamuk. ”Anda sebaiknya berkata, ‘Mama tahu Daffa tidak suka duduk di kursi mobil, tapi biasanya itu yang harus kita lakukan,” terang Lerner.

”Jadi Anda tidak memanjakan, tapi memvalidasi perasaan mereka. Anda juga harus menetapkan batas, tapi Anda melakukannya dengan cara yang menghargai anak dan menggunakannya sebagai kesempatan untuk membantu mereka belajar menghadapi kehidupan yang penuh dengan aturan dan peraturan,”  tuturnya.

Memberikan pilihan pada anak juga menunjukkan bahwa Anda menghargai anak Anda dan mengakui perasaan dia. Lerner menyatakan, menanyakan anak apakah ingin membawa buku favorit di mobil atau membawa camilan, dapat membuat anak merasa seolaholah dia memiliki beberapa kendali atas situasi walaupun orang tua yang tetap bertanggung jawab. Cara efektif lainnya dalam menerapkan disiplin anak adalah jika si kecil mengerjakan sesuatu yang tidak baik, alihkan perhatiannya ke hal-hal lain.
 
 -okezone.com- 
 
[ Read More ]


Tidak sedikit orang tua yang tanpa sadar memperlakukan anak dengan cara keliru sehingga berdampak buruk terhadap perkembangan psikologisnya. Hal-hal kecil yang dilakukan seperti memarahi anak di hadapan orang lain, terlalu protektif, sering menghukum dan membatasi hubungan sosialnya bisa menghancurkan kehidupan anak.

Berikut ini adalah sejumlah cara memperlakukan anak yang sebaiknya dihindari oleh setiap orang tua:


1. Memarahi anak di depan publik

Jika anak melakukan suatu perbuatan yang tidak pantas, wajar jika Anda ingin membuatnya disiplin. Mengajarkan kedisiplinan kepada anak memang sangat krusial, tetapi apakah perlu memarahinya di hadapan orang lain seperti tetangga atau teman-temannya? Lebih baik, tunggu sampai Anda berada di tempat yang lebih terjaga privasinya sebelum menasihati anak. Jika tidak, anak akan menjadi penakut setiap waktu dan orang-orang yang menyaksikan Anda memarahinya pun akan merasa risih.


2. Memberi contoh buruk

Jangan mengajarkan ini dan itu kepada anak jika Anda tidak mampu memberikan contoh yang baik kepadanya. Coba bayangkan, apa yang dipikirkan anak ketika Anda menasihatinya agar tidak berbohong, sementara Anda sendiri justru melakukan hal sebaliknya. Contoh, suatu hari anak mengangkat telepon yang ternyata ditujukan untuk Anda. Akan tetapi, karena malas menerima telepon itu, Anda meminta anak mengatakan kepada si penelepon bahwa Anda tidak berada di rumah.


3. Menghancurkan harapan anak

Pernahkah anda menghancurkan harapan yang dibangun anak, atau mengatakan kepadanya bahwa cita-citanya untuk menjadi presiden atau superstar tidak realistis? Sebagai orang tua yang baik, sudah seharusnya Anda memberikan dorongan kepada anak untuk melakukan yang terbaik dalam bidang apa pun yang diinginkannya.


4. Terlalu protektif

Anak-anak benci ketika orang tua mereka menempel terus seperti lem dan terlalu protektif terhadap mereka. Hal itu membuat mereka merasa seperti tidak dipercaya. Selain itu, proteksi yang berlebihan juga justru membuat anak menjadi liar ketika akhirnya berhasil melepaskan diri dari cengkeraman orang tua.

5. Membatasi hubungan

Banyak orang tua merasa tidak nyaman mengizinkan anak berpacaran sebelum mereka berusia minimal 17 tahun. Akan tetapi, hal itu sesungguhnya sebuah proses pendewasaan yang harus mereka jalani. Bagi anak-anak, hubungan asmara yang tumbuh pun kemungkinan besar tidak lebih dari sekadar cinta monyet. Oleh karena itu, tidak perlu langsung panik ketika anak mengatakan ingin memiliki seorang pacar.

6. Salah memberi hukuman

Tidak sedikit orang tua menghukum anak dengan cara yang keliru ketika mereka melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima. Misalnya, Anda menghukum anak tidak boleh bermain karena mendapatkan nilai jelek saat ulangan, atau menghukumnya dengan tidak memperbolehkan menggunakan telepon karena ia terlambat pulang ke rumah setelah bermain dengan teman-temannya. Akan tetapi, yakinkah Anda semua konsekuensi tersebut benar-benar mampu menyelesaikan masalah? Apakah tidak lebih baik jika Anda berbicara dulu kepada anak hingga mengetahui dengan jelas sumber masalah, daripada memberikannya hukuman keras yang tidak relevan?

7. Memaksa menuruti kemauan

Anak adalah individu yang berbeda dengan Anda, yang memiliki keindahan dan kelebihannya sendiri. Oleh karena itu, jangan pernah memaksa anak mengikuti jejak Anda, misalnya dalam hal pendidikan atau pilihan karier di masa depan. Sebaiknya, bimbing anak untuk memaksimalkan segala bakat dan kelebihannya agar menjadi yang terbaik.


-bamboomedia.net-


[ Read More ]


Sejak usia dini, anak memiliki potensi yang sangat besar. Kapasitas otak anak pada usia 6 bulan sudah mencapai sekitar 50 persen dari keseluruhan potensi orang dewasa. Otak seorang anak ternyata sangat luar biasa. Pada masa ini, anak mengalami perkembangan intelektual otak yang sangat cepat.


Berdasarkan penelitian tiga pakar pendidikan anak dari Amerika, yakni Dr Keith Osborn, Dr Burton L. White, dan Prof Dr Benyamin S. Bloom, tingkat perkembangan intelektual otak anak, sejak lahir sampai usia 4 tahun mencapai 50 persen. Oleh karena itu, pada masa empat tahun pertama ini sering disebut juga sebagai golden age (masa keemasan), karena si anak mampu menyerap dengan cepat setiap rangsangan yang masuk. Si anak akan mampu menghafal banyak sekali?? informasi, seperti perbendaharaan kata, nada, bunyi-bunyian, dan sebagainya.


Hingga usia 8 tahun, anak telah memiliki tingkat intelektual otak sekitar 80 persen. Perkembangan intelektual otak ini relatif berhenti dan mencapai kesempurnaannya (100 persen) pada usia 18 tahun. Jadi setelah usia 18 tahun, intelektualitas otak tidak lagi mengalami perkembangan.


Oleh karena itu, jika para orangtua menyia-nyiakan kesempatan golden age pada masa kanak-kanak, berarti mereka telah kehilangan satu momen yang sangat baik untuk memberikan landasan bagi pendidikan anak selanjutnya. Salah satu kebiasaan buruk para orangtua adalah menenggelamkan si anak dalam buaian mereka pada usia 3 - 6 tahun, sehingga sebagian besar anak kehilangan kesempatan untuk mengasah potensi.


Pendidikan orangtua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika tidak diberikan rangsangan-rangsangan atau motivasi dari orangtua dan lingkungannya, tidak akan mampu memelihara, apalagi mengembangkan bakatnya. Berdasarkan sebuah penelitian, di sekolah ditemukan kurang lebih 40 persen anak berbakat tidak mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang sebenarnya dimiliki (Achir, 1990). Akibatnya, sekalipun berkemampuan tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi.


Untuk memberikan motivasi kepada anak berbakat, orangtua atau pendidik perlu melakukan penelaahan agar dapat mengenali ciri-ciri, kebutuhan dan kecenderungan si anak yang relatif berbeda-beda. Setelah hal-hal tersebut diketahui, orangtua atau pendidik akan lebih mudah untuk menciptakan susana yang cocok bagi perkembangan bakat si anak.


Menurut Renzulli, keberbakatan meliputi tiga cluster ciri, yaitu kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), kreativitas yang kaya (creativity), dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).


Seorang anak berbakat biasanya mudah dikenali, karena berbeda dan memiliki kelebihan dibanding dengan anak-anak sebayanya. Anak yang memiliki kreativitas tinggi biasanya memiliki ciri-ciri : punya rasa ingin tahu yang besar, aktif dan giat bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan. Selalu ingin meneliti sesuatu, cenderung mencari jawaban yang memuaskan, serta mempunyai daya imajinasi yang tinggi.


Seorang berbakat, menurut Dr. Yaumil Agoes Achir, selain memiliki keunggulan intelektif juga memiliki keunggulan non intelektif. Pendekatan terhadap mereka yang berbakat yang terbatas pada intelektual belaka akan mengganggu keseimbangan perkembangannya. Kecerdasan emosional juga turut menentukan keberhasilan bakat seorang anak.
-bamboomedia.net- 

[ Read More ]


Tak jarang terjadi, si kecil yang berusia batita menjadi begitu rewel. Sampai-sampai dalam melakukan kegiatan sehari-hari ia pun selalu mengawali dengan menangis terlebih dahulu. Ada beberapa penyebab yang tergolong sering jadi pencetus kerewelan pada anak (lihat boks).Selain itu, kerewelan si batita ada pula yang berhubungan dengan temperamennya. Umumnya temperamen anak dibagi menjadi 3, yakni mudah, sulit, dan lambat (slow to warm up). Untuk mengetahui seperti apa temperamen anak kita, orang tua sudah bisa melihat ciri-ciri mudah, sulit, dan lambat ini semenjak anak masih bayi.Anak yang tergolong bertemperamen mudah sangat mudah beradaptasi dalam menghadapi situasi yang baru, tidurnya teratur, termasuk buang airnya. Sebaliknya anak yang tergolong bertemperamen sulit akan sulit beradaptasi dengan menunjukkan reaksi yang keras bila dikenalkan pada lingkungan baru.

Sedangkan anak-anak yang tergolong bertemperamen lambat butuh rentang waktu tertentu untuk menyesuaikan diri. Biasanya setelah merasa nyaman, ia akan dapat segera menyesuaikan diri. Nah, umumnya anak-anak yang tergolong rewel adalah anak-anak yang bertemperamen slow to warm up hingga sulit.


PENYEBAB REWEL & CARA MENGATASINYA


1. KONDISI FISIK YANG TAK NYAMAN

Anak yang mengantuk, kepanasan, kedinginan, kelaparan, kehausan umumnya menjadi rewel.

Sikap Orang Tua:

Cari tahu penyebab rewelnya dan selesaikan permasalahan itu. Umumnya bila disebabkan masalah fisik, anak akan segera kembali ceria jika dirinya sudah kembali nyaman.


2. MENCARI PERHATIAN

Kadang si batita rewel sekadar untuk mencari perhatian. Ini kerap terjadi karena umumnya orang tua banyak memberikan perhatian kepadanya saat sedang rewel saja. Sementara saat sedang bersikap manis si kecil kurang mendapat perhatian. Akibatnya, si batita telanjur ?belajar? bahwa keinginannya akan dipenuhi dengan cara merengek-rengek sambil menangis. Bahkan ada pula yang sampai tantrum.

Sikap Orang Tua:

* Jangan berikan perhatian khusus pada saat si batita rewel. Bila perlu jangan penuhi permintaannya sehingga ia menyadari bahwa cara yang telah dilakukan tidaklah benar. Tindakan ini dapat sekaligus untuk mengajari si batita mengendalikan diri.

* Ajak si batita berkomunikasi, sampaikan bahwa cara yang dilakukan adalah salah. Misal, ?Kalau ngomong-nya sambil menangis, Bunda tidak tahu apa yang kamu inginkan. Coba tenang dulu, ngomong yang baik.?

* Biasakan untuk memberi perhatiaan kepada anak setiap saat, terutama saat ia bersikap manis. Bentuk perhatian itu cukup berupa kalimat seperti, ?Bunda bangga, lo, karena Tia tidak sulit diajak mandi.?


3. INGIN MENUNJUKKAN KEKUATANNYA

Batita memiliki kecenderungan menolak. Ia sesungguhnya hanya mau menunjukkan bahwa dirinya pun punya keinginan atau pendapat. Jadi tak perlu kaget bila dalam banyak hal si batita kerap menolak dan lebih menyenangi pilihannya sendiri. Bila keinginannya tidak terpenuhi, hal ini menyebabkannya menjadi rewel. Apalagi banyak orang tua yang malah bersikap memaksakan kehendak karena merasa dirinyalah yang paling berhak terhadap anaknya. Semakin menjadilah kerewelan si batita.

Sikap Orang Tua:

Jangan paksakan keinginan Anda. Cobalah untuk berstrategi dengan cara melontarkan pilihan semu, yaitu pilihan-pilihan yang tetap memiliki tujuan akhir yang sama. Melalui cara ini, anak diharapkan dapat sekaligus belajar untuk mengambil keputusan sehingga dapat memupuk rasa percaya dirinya pula. Contoh, bila ajakan mandi kita ditolaknya, cobalah lontarkan tawaran, ?Adik mau mandi dengan air hangat atau air dingin?? Melalui tawaran ini, tujuan mandi tetap dapat tercapai dan anak pun bisa mengambil keputusan dari dua pilihan itu sehingga tak terkesan dipaksa.


4. TERLUKA PERASAANNYA

Biasanya ini terjadi bila si batita habis dimarahi. Buntutnya ia akan rewel dan kerap tanpa sadar mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, seperti, ?Aku benci sama Mama.? Ungkapan itu sesungguhnya hanya sekadar untuk menunjukkan rasa sedihnya. Namun, mendengar ucapan itu banyak orang tua yang terpancing dan balik memarahi.

Sikap Orang Tua:

Jangan terpancing. Rangkullah si batita dan ucapkan kalimat yang menenangkan seperti, ?Mama sayang banget, lo, sama Adik. Nangis-nya sudah ya nanti capek.? Dengan rangkulan dan kalimat yang menenangkan akan membuat si batita merasa nyaman. Perasaan nyaman dan terlindungi, niscaya tak akan membuat si batita jadi rewel berkepanjangan.


5. KETIDAKMAMPUAN MENGERJAKAN SESUATU

Orang tua tanpa sadar sering menuntut anaknya untuk mampu melakukan sesuatu dengan ukuran orang dewasa. Dalam hal makan, misalnya, tanpa sadar terkadang orang tua meminta kepada si batita untuk bisa makan dengan cepat dan rapi, padahal si batita belum mampu melakukannya. Buntutnya, untuk menutupi ketidakmampuan itu, si batita malah jadi rewel.

Sikap Orang Tua:

Jangan paksa anak melakukan sesuatu yang memang belum mampu dilakukannya. Untuk memacu semangatnya sekaligus membangun rasa percaya diri, berikan penghargaan walaupun kemampuan yang dicapai sangatlah kecil. Contoh, ?Wah, Adek senang makan sayur ya? sayurnya tinggal sedikit tuh.? Intinya, penghargaan itu diberikan hanya pada saat anak mampu melakukan sesuatu yang positif.


5 SIKAP POSITIF ORANG TUA MENCEGAH KEREWELAN

1. Berpikir positif

Orang tua hendaknya tak mudah putus asa bila melihat si batita misalnya tergolong bertemperamen slow to warm up, yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menyesuaikan diri. Tumbuhkan saja pikiran positif bahwa saya dapat membentuknya menjadi anak yang baik. Dengan keyakinan ini, interaksi anak-orang tua yang terbentuk niscaya akan baik.

2. Tidak mengalah pada kerewelan anak

Cara orang tua berinteraksi dengan si batita dapat memengaruhi sikapnya. Misal, si batita yang memiliki kecenderungan rewel dapat jadi bertambah rewel saat memahami rewel dapat dijadikan sebagai senjata bagi dirinya. Apalagi bila orang tua selalu memenuhi atau mengalah saat ia bersikap rewel. Namun bila orang tua bersikap tidak mudah lunak dengan sikap rewelnya yang dijadikan sebagai senjata, maka bisa jadi ia tidak menjadi rewel karena ia sudah mengalami bahwa cara itu bukanlah cara efektif untuk meminta. Jadi interaksi yang benar bakal memengaruhi sikap anak.

3. Tidak memberikan label

Pemberian label pada anak malah akan menyebabkannya menjadi tak percaya diri. Bahkan bisa jadi lambat laun ia menjadi anak seperti yang dilabelkan selama ini. Umpama, diberi label si rewel dan si cengeng. Bisa jadi anak memilih bersikap rewel sepanjang waktu.

4. Fokus pada sikap anak

Untuk membangun sikap positif anak, tangkap-basahlah sikap manisnya dan berikan penghargaan. Jangan hanya memberikan perhatian saat anak sedang bersikap buruk. Contoh, ?Wah, hari ini kamu oke, deh.? Sambil menunjukkan satu jempol ke arahnya. Ini dapat membangun rasa percaya diri anak.

5. Tidak membandingkan-bandingkan

Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan. Tugas orang tua adalah memaksimalkan kelebihan setiap anak dan meminimalkan kekurangannya. Hal itu dapat menumbuhkan rasa percaya si batita bahwa dirinya memang memiliki keistimewaan.


-bamboomedia.net-


[ Read More ]



Menurut Lara Fridani S.Psi, M.Psych, dosen pendidikan anak usia dini di (PAUD) di Universitas Negeri Jakarta menjelaskan, permainan susun balok sama halnya dengan permainan puzzle, karena sama-sama dalam permainan konstruktif. Dinamakan demikian, karena anak secara aktif membangun sesuatu menggunakan bahan/material yang sudah tersedia dengan pengetahuan yang dimilikinya. Anak menyusun serta merangkai balok-balok menjadi sebuah bangunan menara, gedung, rumah, jalan, dan sebagainya. Selain itu, permainan semacam ini menyimpan segudang manfaat. Apa sajakah?

Belajar mengenai konsep
Dalam bermain susun balok, akan ditemukan beragam konsep, seperti warna, bentuk, ukuran, dan keseimbangan. Orangtua bisa mengenalkan konsep-konsep tersebut saat anak bermain susun balok.

Belajar mengembangkan imajinasi
Untuk membangun sesuatu tentunya diperlukan kemampuan anak dalam berimajinasi. Imajinasi yang dituangkan dalam karya mengasah kreativitas anak dalam mencipta beragam bentuk.

Melatih kesabaran
Dalam menyusun balok satu demi satu agar terbentuk bangunan seperti dalam imajinasinya, tentu anak memerlukan kesabaran. Berarti ia melatih dirinya sendiri untuk melakukan proses dari awal sampai akhir demi mencapai sesuatu. Ia berlatih untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Secara sosial anak belajar berbagi
Ketika bermain susun balok bersama teman, anak terlatih untuk berbagi. Misalnya, jika si teman kekurangan balok tertentu, anak diminta untuk mau membagi balok yang dibutuhkan. Perlahan tapi pasti, anak juga belajar untuk tidak saling berebut saat bermain.

Mengembangkan rasa percaya diri anak
Ketika anak bermain susun balok dan bisa membuat bangunan, tentu anak akan merasa puas dan gembira. Pencapaian ini akan menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuannya.

Perlu Dampingan
Agar permainan ini terasa manfaatnya, Lara tak lupa mengingatkan, orangtua perlu mendampingi anak tetapi jangan mudah memberikan bantuan.

Yang terpenting, lakukan hal-hal berikut agar si batita benar-benar terstimulasi :
  • Sediakan material susun balok yang cukup untuk mendirikan bangunan yang akan dibuat anak. 
  • Sediakan waktu yang cukup. Jangan terburu-buru dan membatasi waktu.
  • Selama bermain, gunakan kosakata seputar dunia konstruksi untuk menambah pengetahuan dan kosakata anak. 
  • Berikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan temannya dengan bermain susun balok bersama. Amati perkembangan anak dalam bermain susun balok. Dari bentuk sederhana (menumpuk balok dari bawah ke atas), anak akan mengembangkan kemampuan menyusun model yang lebih kompleks. 
  • Pastikan bentuk serta ukuran baloknya sesuai dengan usia anak. Di usia batita awal pilih balok berukuran besar agar mudah dipegang dan disusun. Jumlahnya tak perlu banyak. Mulailah dengan 3-4 balok. 
  • Awasi anak saat bermain dengan balok. Jangan sampai balok tersebut dilemparkan atau digunakan untuk memukul anak lain ketika dirinya kesal. 
  • Jangan mengintervensi anak dengan berbagai pengarahan ataupun perintah selama anak membuat suatu konstruksi. 
  • Beri anak kesempatan untuk mengerjakan sendiri dan memutuskan sendiri apa yang akan dibuatnya. 
  • Jangan lupa memberi pujian atas hasil karya anak apa pun bentuknya. 

-kompas.com- 


    [ Read More ]


    Orang tua mana yang tidak ingin anaknya cerdas. Namun, yang masih menjadi pertanyaan, apa saja yang dibutuhkan si kecil agar pertumbuhan otaknya menjadi optimal ?
    Otak merupakan benda yang paling vital dalam tubuh. Organ ini mengatur seluruh bagian dalam tubuh diantaranya gerakan motorik, pengaturan suhu tubuh, pengaturan tekanan darah, sekresi hormon,pernapasan, emosi dan berbagai macam kegiatan manusia. 


    Berbagai proses dalam otak itu yakni peenambahan sel (poliferasi), perpindahan sel (migrasi), perubahan sel (differensiasi), pembentukan system jalinan saraf antara satu dengan lainnya (sinaptogenesis) dan pembentukan selubung saraf (mielinisasi).
    Yang penting dicatat, organ ini tumbuh secara luar biasa pada masa anak-anak. Sampai pada usia 2 tahun berat otak akan mencapai 75% otak dewasa. Menurut dr. Hartono Gunadi, Sp.A, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, sampai dengan bayi berusia 2 tahun, pertumbuhan dan perkembangan otak anak telah mencapai 90%.
    Factor yang paling penting untuk pembentukan otak adalah factor nutrisi untuk mendukung pembentukan sel-sel otak. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap kehidupan annak, Anda perlu tahu nutrisi seperti apa yang berperan dalam pembentukan otak sang buah hati, mulai dari dalam kandungan hingga remaja.
    Masih ada lagi hal yang penting pada proses pertumbuhan seorang anak, yakni proses tumbuh kembang. Makna pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi dalam tingkat sel, organ atau individu.
    Sedangkan perkembangan lebih menitikberatkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
    Yang jelas, untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, Anda harus mengetahui factor dan aspek apa saja yang mempengaruhinya.


    Peranan Nutrisi
    Cikal bakal otak mulai terbentuk pada minggu ketiga kehamilan berupa lempeng saraf, berubah menjadi tabung saraf pada minggu keempat dan mulai terbentuk otak besar, batang otak, otak kecil dan medulla spinalis pada minggu kelima kehamilan.
    Setelah bayi lahir, maka usia yang paling penting dalam pertumbuhan otak adalah 0-2 tahun. Periode tersebut penting karena masa ini adalah periode emas. Dalam periode inilah terjadi perkembangan saraf otak yang tercepat, khususnya mielinisasi. Selanjutnya memang terus terjadi perkembangan hingga usia 5 tahun, namun tidak secepat pada usia sebelumnya. Dalam masa ini maka yang terjadi adalah pengorganisasian perkembangan dan hubungan antar jaringan (impuls) otak.
    Factor nutrisi berperan mulai dari kandungan, jadi seorang ibu yang hamil harus memperhatikan asupan gizi, bukan hanya untuk dirinya, juga untuk sang janin. Yang harus diperhatikan adalah protein dan asam lemak esensial.
    Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Setelah bayi lahir, kebutuhan zat gizi dilakukan melalui pemberian ASI Eksklusif sejak hari pertamanya sampai usia 6 bulan. Tapi setelah proses menyusui terlampaui, Anda harus memikirkan nutrisi sang anak.
    Bagi Anda yang tak dapat menyusui anak karena sesuatu hal, pemilihan nutrisi untuk bayi harus dipertimbangkan dengan matang, demi perkembangan kecerdasannya. Nutrisi yang diyakini dapat meningkatkan kualitas otak anak adalah asam lemak DHA (asam dokosaheksanoat) dan AA (asam arakhidonat). Asam lemak ini merupakan asam lemak esensial, artinya tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus ditambah dari luar.

    Faktor Pendukung
    Setelah otak seorang anak terbentuk, maka ada berbagai factor yang mempengaruhi perkembangannya. Teramat sayang bila anak Anda sudah memiliki sel-sel otak yang berkualitas, namun dibiarkan tanpa didukung perkembangannya.
    Factor pendukung antara lain perhatian dan kasih sayang orang tua dan lingkungannya yang berpengaruh bagi aspek emosi. Mulai dari kontak fisik, sentuhan, belaian dan nyanyian.
    Factor yang tak kalah pentingnya yaitu kebutuhan mental, misalnya proses pembelajaran, agama dan kepribadian. Factor pendukung inilah yang dapat menjadi stimulasi bagi perkembangan otak anak, juga akan mengaktifkan sel otak anak Anda sehingga perkembangannya akan lebih terpacu.
    Stimulasi ini penting sekali, sebab, jaringan saraf otak akan hilang dengan sendirinya apabila jarang atau tidak pernah sama sekali mendapat stimulasi.
    Stimulasi pada anak dapat diterima melalui sentuhan, pendengaran, penglihatan, pengecapan yang kesemuanya sudah dapat diproses sejak bayi baru lahir. Pemprosesan informasi atau stimulasi dari luar tergantung dari takaran dan derajat stimulasi yang diterima serta kemampuan si anak memproses stimulasi tersebut.
    Interaksi orangtua dengan penuh kasih sayang dapat merangsang imajinasi dan gagasan kreatif anak. Stimulasi dapat dimulai dari dalam kandungan. Contohnya, si ibu yang hamil bisa mendengarkan musik sambil mengelus perutnya.
    Contoh lain stimulasi setelah anak lahir adalah dengan bercerita atau mendongeng. Mendongeng selain dapat mengajarkan kata-kata, juga dapat menjadi simbolisasi pendidikan. Misalnya bagaimana berbuat baik dan bagaimana memecahkan suatu masalah.
    Kemudian permainan juga merupakan stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Usahakan memberi variasi permainan dan sangat baik kalau orangtua melibatkan diri secara langsung dalam permainan. Perlu diingat juga, jangan selalu melarang anak melakukan aktivitas sepanjang tidak berbahaya.

    -balitacerdas.com- 

    [ Read More ]


    Bernyanyi, jika dilihat secara sekilas terlihat suatu kegiatan olah vocal biasa bagi anak. Tetapi dengan bernyanyi, akan memberikan banyak manfaat positif bagi anak. Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa diambil dari anak bernyanyi:

    1. Melatih motorik kasar. Dengan melakukan kegiatan bernyanyi anak dapat juga melakukannya dengan menari, bergaya, berjoget dan lain-lain. Dan hal ini bisa meningkatkan dan melatih gerakan motorik anak.
    2. Membentuk rasa percaya diri anak. Bernyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Sehingga dengan meniru dan ikut bernyanyi dapat memberikan rasa percaya diri bahwa ia pandai untuk bernyanyi. Jangan lupa untuk memberikan pujian bagi anak.
    3. Menemukan bakat anak. Bernyanyi bisa menjadi kegiatan yang sering dilakukan oleh anak. Ia sangat suka dan pandai sekali bernyanyi dengan diiringin musik, dengan gaya bernyanyinya yang khas dapat memberikan ia pemyaluran yang tepat dengan mengikuti lomba anak bernyanyi.
    4. Melatih kognitif dan perkembangan bahasa anak. Bernyanyi tentu saja tidak bisa lepas dari kata dan kalimat yang harus diucapkan. Dengan bernyanyi dapat melatih peningkatan kosa kata dan juga ingatan memory otak anak.

    Dari sekian penjelasan diatas tentu kini kita telah tahu beberapa manfaat dari kegiatan bernyanyi. Dibandingkan dengan lagu pop, lagu anak anak akan lebih tepat dinyanyikan oleh anak kita. Karena pada tahap perkembangannya, anak masih dalam tahap perkembangan praoperasional, dimana anak masih dalam proses pengenalan akan dunia.

    Seperti lagu pelangi pelangi misalnya, anak akan lebih bisa mengenal dan membayangkan bagaimana pelang itu, bagaimana bentuknya, bahkan anda juga bisa mengajarkan anak tentang bagaimana pelangi terbentuk, tentu dengan bahasa yang sederhana. Anak cerdas orangtua pun bahagia.


    -sahabatcahaya.net-


    [ Read More ]


    Palembang - Dua tahun belakangan ini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat pesat, dikhawatirkan ada yang menyalahi aturan yang ditetapkan. Untuk itu pemerintah kota melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) melakukan pendataan ulang dan pengawasan terhadap PAUD tersebut.

    “Pengawasan PUAD masuk di bawah Disdikpora. Harapan kami yang namanya pendidikan diutamakan jiwa sosialnya dibandingkan bisnis. Kalau sudah ada yang mengarah ke bisnis, saya minta kepada Kabid TK dan SD untuk memantau sejauh mana operasional PAUD tersebut. Apakah masih ada sosial atau sudah bisnis oriented,” kata Kepala Disdikpora Palembang, Drs H Reza Fahlevi MM usai pelantikan beberapa hari lalu.

    Reza menjelaskan, bila dalam evaluasi ditemukan ada PAUD yang melakukan bisnis untuk peningkatakan sarana dan pra sarana belajar dengan persetujuan orangtua murdi tidak masalah. Namun yang patut diwaspadai dan ditakutkan ada PAUD yang melakukan bisnis dengan cara memaksa. Jika terbukti, pihaknya tak segan-segan mencabut izin dan menghentikan sama sekali proses belajar mengajar.

    Saat ini PAUD yang sudah mendapatkan izin resmi dari Disdikpora Palembang berjumlah 305 buah, sedangkan masih dalam proses verifikasi sebanyak 15 buah. Untuk tenaga pengajar, kata Reza, ditentukan oleh pengelola atau pihak yayasan tetapi tetap pada ketentuan dan tata tertib pendirian PAUD. “Secara rutin, pengelolah maupun pemilik PAUD dipanggil dan dikumpulkan guna mendapatkan masukan dan evaluasi,” tegasnya.
    PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Dengan masuk PAUD agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal.
    Menurutnya, rentang anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara berdasarkan kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
    Sedangkan ruang lingkung pendidikan usia dini yakni Infant (0-1 tahun), Toddler (2-3 tahun), Preschool/Kindergarten children (3-6 tahun) dan Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun.



     -sripoku.com-

    [ Read More ]


    Bernyanyi ada dua bentuk
    1. Bernyanyi pasif: artinya anak hanya mendengarkan suara nyanyian dan musik dan menikmatinya tanpa terlihat secara langsung dalam kegiatan nyanyian
    2. Bernyanyi aktif: artinya anak melakukan secara langsung kegiatan menyanyi, baik melakukan sendiri, mengikuti atau bersama-sama
    Manfaat bernyanyi
    1. Memberikan suasana tenang
    2. Mengasah emosi
    3. Membantu menguatkan daya ingat
    4. Mengasah kemampuan apresiasi, improvisasi, imajinasi dan kreasi
    5. Sebagai alat bantu belajar
    Menyanyi selain sebagai kegiatan yang dapat membawa fun tersendiri bagi anak, dapat juga mengembangkan imajinasi dan rasa percaya diri anak, sehingga memacu anak untuk lebih kreatif dan berani tampil didepan umum, kemampuan anak dalam bernyanyi pada usia dini ini biasanya didasarkan oleh pengalamannya pada saat mendengar musik ataupun mendengar orang tua dan orang-orang disekitarnya bernyanyi. Berdasarkan survey dan penelitian, semakin sering anak mendengar orang tua atau orang disekitarnya menyanyi dengan benar dan sesuai dengan nada, semakin besar kemungkinan anak bisa menyanyi di usia 2 tahun.

    Si Kecil yang berusia 2 tahun yang baru lancar bicara tentu dengan pelafalan yang terkadang masih belum pas biasanya terdorong mulai menyanyi. Selain fun, kegiatan menyanyi memunculkan keasyikan tersendiri: mengembangkan imajinasi, memberi rasa percaya diri saat diberi tepukan, serta mengeksplorasi kemampuan bernyanyi anak.

    Selain itu, keuntungan kegiatan ini bagi si 2 tahun adalah ia bisa berlatih memperkaya kosa kata, dan secara aktif bereksperimen dengan beragam intonasi nada, panjang-pendeknya suara, dan naik-turunnya nada bicara. Apabila anak bermasalah dalam perkembangan bicara atau bermasalah pada indera pendengarannya, Anda bisa melihat Dari kemampuannya menyanyi. Jika mengalami gangguan, dalam rentang usia 2-3 tahun biasanya anak belum bisa memproduksi bunyi bahasa dengan sempurna, apalagi menyanyi.

    Tentu modal penting lain adalah kemahiran anak meniru. Di tahap awal, ia mampu menyanyi dengan cara mengikuti Anda menyanyi. Di tahap berikut, inisiatif menyanyi akan datang dari dirinya. Meski awalnya sering meleset membidik nada, namun semakin sering berlatih membuat si kecil mampu menyanyi dengan baik secara tepat nada dan pelafalan di usia 3-3,5 tahun.

    Menyanyi tak hanya bagian dari kecerdasan seni, melainkan juga cara mengasah kecerdasan sosial-emosi anak terasah karena ia harus menyajikan lagu dengan emosi dan ekspresi yang tepat, sesuai isi lagu. Dari sisi kesehatan, menyanyi dapat melatih seluruh otot kepala dan leher serta membantu si kecil mengasah organ pendengarannya. Demikian pula ia melafalkan dengan tepat kata demi kata.

    Unsur musik dan lagu yang sangat membantu si 2 tahun melatih fisik dan inderanya adalah ritme, si kecil melatih suara dan menggunakan sikap tubuh yang tepat. Dengan postur dan posisi tubuh yang pas, produksi suara baik dan nada yang dihasilkan tepat. Repetisi ritme tentu sangat membantu mengasah keterampilan ini.

    Jangan khawatir jika anak belum juga memperlihatkan tanda-tanda tertarik untuk menyanyi, belum tentu bermasalah. Hal ini bisa disebabkan Anda kurang menstimulasi anak atau kurang memberikan contoh seperti jarang menyanyi. Sebaiknya Anda menjadi pendorong anak belajar menyanyi. Untuk lebih menarik, Anda dapat menyediakan beberapa mainan yang menstimulasi anak untuk bernyanyi, di antaranya mikrofon mainan, karaoke mainan, tamborine atau piano mainan. Bersiap-siaplah menyanyi bersama sehingga Anak tergerak untuk bernyanyi dan menuangkan kreatifitasnya.

    Ajak Si kecil agar mau bernyanyi
    • Beli kaset atau VCD karaoke lagu anak dan ajak si Kecil untuk memilih lagu-lagu yang biasa mereka dengar dan sukai.
    • Ajak si kecil menyanyi sambil melakukan bermacam kegiatan. Pilih lagu yang sesuai dengan kegiatan yang sedang dilakukan. Misalnya “Bangun tidur kuterus mandi” saat si kecil bangun di pagi hari.
    • Ajak si kecil sering-sering menonton pertunjukan musik, seperti operet, konser musik atau melihat penampilan penyanyi cilik untuk memotivasinya agar tergerak untuk bernyanyi.
    • Rekam suara si Kecil saat menyanyi atau ambil videonya disaat bernyanyi sehingga Anda dapat memutar kembali dan mendengarnya bersama si Kecil, selain sebagai kenang-kenangan hal ini dapat memotivasi si Kecil untuk terus bernyanyi dan mengasah kreatifitasnya.

    -bintangbangsaku.com-


    [ Read More ]


    Pemerintah Kota Bandung berjanji mengusahakan pemberian bantuan untuk lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Dari total 418 lembaga PAUD yang ada di Kota Bandung, baru 50 yang mendapat bantuan dari Pemkot Bandung.

    "Perhatian dari pemerintah masih sedikit, hanya Rp 5 Juta per tahun yang diberikan dari APBD. Mudah-mudahan nanti di perubahan dapat dianggarkan untuk seluruh PAUD yang ada di Bandung," kata Wali Kota Bandung Dada Rosada saat menghadiri Gebyar Hari Anak Nasional Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indonesia (Himpaudi) di Metro Indah Mall, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Sabtu (7/8).

    Dada mengatakan, pihaknya akan meminta Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk selalu mengajukan anggaran untuk PAUD baik dalam APBD perubahan maupun murni.

    Sebelumnya, Ketua Himpaudi Kota Bandung Epi Untung Supriono mengungkapkan, bantuan yang diberikan pemerintah saat ini masih sangat kecil. Padahal, PAUD sebenarnya berperan besar dalam pengembangan kecerdasan generasi bangsa.


    -tribunjabar.co.id-


    [ Read More ]


    Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional, Hamid Muhammad, mengungkapkan, dalam satu tahunnya, pemerintah pusat menganggarkan Rp750 miliar dana yang dibagikan ke seluruh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia. 

    "Data PNFI sendiri untuk Paud seluruh Indonesia sebanyak 127 ribu. Sedangkan, dana kami yang Rp750 miliar tersebut hanya dapat membiayai 27 ribu lembaga. Jadi, masih ada 100 ribu lembaga lagi yang harus dibiayai," katanya di Pontianak.

    Dikatakan  PNFI tidak dapat secara terus menerus setiap tahunnya membiayai Paud yang ada di seluruh Indonesia. "Ini karena alokasi anggaran yang terbatas," jelasnya.

    Dirjen PNFI mengungkapkan bahwa angka partisipasi Paud saat ini baru mencapai 53 persen. "Artinya, kami masih punya tugas yang cukup berat karena harus mengupayakan 47 persen lagi," ungkapnya. 

    Menurut Dirjen PNFI, jumlah itu sangat banyak dan besar, jadi populasi Paud di Indonesia diperkirakan mencapai 28,8 juta. Akan tetapi, yang terdata sekarang ini baru sekitar 15,5 juta. 

    "Ini merupakan tantangan karena kami punya komitmen internasional pada 2015 mendatang minimal harus 75 persen. Saya gembira sekarang Paud itu dapat tersosialisasi di semua lapisan masyarakat," terangnya. 

    Dirjen PNFI menjelaskan pula banyak masyarakat yang susah membedakan antara Paud dan Taman anak-kanak.

    Sebenarnya, kata dia, Paud merupakan istilah umum. Dimana ada Paud yang formal dan Paud nonformal. "Yang formal itu namanya TK. Jadi, TK itulah sebenarnya bagian dari Paud tetapi formal," jelasnya.

    Sedangkan, yang nonformal dimana banyak dikenal sekarang ini yakni kelompok bermain, tempat penitipan anak. "Serta ada lagi Pospaud, yang merupakan perpaduan posyandu dan Paud," terang Dirjen PNFI. 

    Ketika ditanya apakah PNFI memiliki program khusus untuk pengembangan Paud di Indonesia. Hamid Muhammad mengungkapkan, program yang dilakukan PNFI sama untuk seluruh Indonesia. 

    "Kami memberikan berbagai bantuan, baik itu untuk TK, maupun kelompok bermain, TPA, serta satuan PAUD sejenis," paparnya.


    -banjarmasinpost.co.id-


    [ Read More ]


    Anak usia di bawah lima tahun (balita) sebaiknya tak buru-buru diajarkan baca tulis dan hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena 'Mental Hectic'.

    ''Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis,'' ujar Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas, Sabtu (17/7).

    Oleh karena itu, kata Sudjarwo, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada 'qitah'-nya. Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung.

    Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. ''Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu keliru,''  jelas Sudjarwo.

    Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung.  Dampak memberikan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ''Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,'' cetusnya.

    Memberikan pelajaran calistung pada anak, menurut Sudjarwo, dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental. ''Jadi tidak main-main itu, ada namanya 'mental hectic', anak bisa menjadi pemberontak,'' tegas dia. Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. ''SK nya sudah keluar, jadi jangan sembarangan memberikan pelajaran calistung,'' jelasnya.

    Sosialisasi tersebut, kata Sudjarwo, telah dilakukan melalui berbagai pertemuan di tingkat kabupaten dan provinsi.  Maka Sudjarwo sangat berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjuti komitmen pusat untuk mengembalikan PAUD pada jalurnya. ''Paling penting pemda dapat melakukan tindak lanjutnya,'' jawab dia.

    Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Srie Agustina, Koordinator Komisi Edukasi dan Komunikasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), menyatakan, memilih mensosialisasikan produk pendidikan  merupakan bagian dari fungsi dan tugas BPKN untuk melakukan perlindungan terhadap konsumen.

    Dalam hal ini, kata Srie, BPKN memprioritaskan sosialisasi pada anak usia dini. Sebab berdasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki empat hak dasar.  Salah satunya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dalam kerugian dari barang dan produk, termasuk produk pendidikan. ''Untuk itu sejak dini anak dilibatkan, karena di usia itulah pembentukan karakter terjadi,'' papar Srie.

    Namun menurut Srie, mengedukasi tentang sebuah produk harus menggunakan metode khusus.  Tidak dapat berwujud arahan dan larangan, namun dengan cara yang menyenangkan, salah satunya dengan festival mewarnai sebagai salah satu teknik untuk memberikan edukasi. ''Dengan mewarnai, mereka bisa terlibat dan merasa lebur di dalamnya, selain itu dalam gambar yang diwarnai tersebut disisipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan,'' pungkasnya.


    -republika.co.id-


    [ Read More ]