Featured Posts

Paud, Jembatan Keunikan AnakPaud, Jembatan Keunikan Anaktuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya.....

Readmore

kunci penting kembangkan bakat anakKunci Penting Kembangkan Bakat AnakBAKAT dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya....

Readmore

pengembangan bakat disesuaikan dengan kebutuhan anakPengembangan Bakat Disesuaikan dengan Kebutuhan AnakKUNCI lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan bakat anak adalah dengan selalu berpijak pada kebutuhan anak....

Readmore

Rss

Anak-anak juga bisa mengalami stres dan melampiaskannya pada perilaku yang tidak menyenangkan. Menurut penelitian, hal itu bisa diatasi dengan membiarkan si kecil bermain dengan sahabatnya.

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, ada banyak hal yang bisa menyebabkan anak stres. Misalnya karena sikap orang tua, trauma hingga masalah dengan teman. 

Namun Anda tak perlu lagi khawatir, menurut sebuah penelitian terbaru, sahabat si kecil bisa memberikan pengaruh yang menenangkan pada hormon stres ketika dirinya merasa tegang. Selain menenangkan, seorang sahabat juga bisa membuat kepala mereka dingin dan mengambil keputusan tanpa memihak.

"Satu hal yang menarik mengenai penemuan ini adalah sahabat sebagai penenang, bukan hanya teman biasa," ujar Ryan Adams, asisten profesor pediatri dari Cincinnati Children’s Hospital Medical Center, seperti dikutip dari MSN.

Untuk melihat dampak persahabatan ini, Adams dan rekannya mengumpulkan 103 murid dari kelas lima dan kelas enam yang memiliki teman baik. Dalam penelitian itu, setiap hari anak-anak diwajibkan untuk menulis buku harian sebanyak lima kali.

Mereka juga diminta mengisi kuesioner yang dirancang untuk menunjukkan seberapa baik perasaan mereka terhadap diri sendiri, orangtua, saudara kandung, sahabat, teman, guru dan orang lain. Saat mengisi diari tersebut, anak-anak juga diminta untuk meludah ke dalam botol. Gunanya untuk menganalisa tingkat kortisol --hormon stres-- dalam tubuhnya.

Hasil yang ditemukan tentu tak mengejutkan bahwa anak-anak lebih bahagia ketika sang sahabat berada di dekatnya. Yang cukup mengejutkan adalah, kehadiran sahabat bisa bantu menghindari anak dari dampak fisik pengalaman negatif. Anak-anak tidak memproduksi kortisol sebanyak ketika mereka tidak ditemani oleh sahabatnya.

"Ini menunjukkan kepada kita bahwa sahabat bisa memberikan pengaruh positif. Kehadiran seorang sahabat bisa membantu anak-anak bernegosiasi dengan situasi stres," jelas Patrick Tolan, direktur Youth-Nex dari University of Virginia Center.

-wolipop-
[ Read More ]

Konsentrasi dan fokus sangat dibutuhkan bagi anak di sekolah agar lebih mudah menerima pelajaran yang diberikan. Selain harus rajin belajar, mengonsumsi minyak ikan juga bisa membantu anak lebih fokus di sekolah.

Asam lemak omega-3 yang juga disebut dengan asam lemak esensial merupakan lemak tertentu yang dibutuhkan tetapi tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asam lemak omega-3 dari makanan tertentu seperti dari minyak ikan.

Menurut University of Maryland Medical Center, asam lemak omega-3 dapat menguntungkan kesehatan dengan mengurangi inflamasi selular, menurunkan risiko penyakit jantung, kanker dan artritis, mendukung otak yang sehat dan mengatur fungsi kognitif dan perilaku.

Saat ini, ada beberapa bukti yang menyebutkan bahwa asam lemak omega-3 pada minyak ikan dapat membantu meningkatkan perhatian, fokus dan konsentrasi, khususnya bagi anak-anak dengan defisit perhatian.

Sebuah studi yang dilaporkan dalam jurnal Pediatrics menemukan bahwa suplemen asam lemak secara dapat meningkatkan kemampuan anak untuk fokus, yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuan belajar.

Dr Edward Hallowell, seorang dokter anak yang ahli ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), pernah menulis artikel di New York Times pada tahun 2008 yang merekomendasikan rutin mengonsumsi minyak ikan untuk pasien dengan ADHD, meskipun ia mencatat bahwa minyak ikan saja tidak dapat menyembuhkan ADHD.

Menurut artikel tersebut, orangtua telah melaporkan bukti anekdotal bahwa minyak ikan telah meningkatkan masalah perhatian anak-anak mereka dan membantu anak lebih fokus, bahkan tanpa adanya bukti ilmiah yang kuat tentang efektivitas minyak ikan.


-detik-
[ Read More ]

Bermain adalah salah satu keuntungan menjadi kanak-kanak. Tapi di era di mana orang tua makin khawatir dengan masa depan dan pendidikan anak-anaknya, waktu bermain anak-anak berkurang drastis dibandingkan beberapa puluh tahun lalu.

Kecenderungan ini memiliki berdampak serius bagi perkembangan anak-anak dan kesehatan mentalnya.

"Di tahun 1950-an, anak-anak bebas bermain. Jika anak-anak hanya tinggal di rumah saja, Ibunya akan mengatakan 'pergilah keluar dan bermain'. Tempat alami untuk anak-anak adalah berada di luar," kata Peter Gray, profesor penelitian psikologi di Boston College.

"Saat ini yang terjadi justru sebaliknya, orang tua tidak mengizinkan anak-anak untuk bebas bermain. Bahkan jika anak-anak tetap melakukannya, tidak ada anak-anak lain di luar sana untuk diajak bermain. Atau ibu mungkin membatasi anak, seperti 'tidak boleh keluar dari halaman'. Padahal, anak-anak ingin bermain ke luar," lanjut Gray.

Ketika anak-anak diizinkan bermain, mereka membuat permainan, menegosiasikan aturan dan memastikan orang lain bermain adil. Semua itu membantunya mengajarkan bagaimana membuat keputusan, memecahkan masalah dan mengontrol diri sendiri.

Anak yang terlalu banyak memiliki ledakan emosional atau keras kepala memaksakan kehendak perlu mengubah perilakunya jika ingin tetap diterima dalam kelompok.

"Dengan permainan bebas, mereka memperoleh kompetensi dasar yang diperlukan untuk menjadi dewasa. Tetapi sejak pertengahan 1950-an, orang-orang dewasa ikut menentukan kegiatan anak-anaknya dengan mengorbankan kesehatan mental anak-anaknya," kata Gray, penulis dua studi yang diterbitkan baru-baru ini dalam American Journal of Play.

Penelitian menunjukkan anak-anak saat ini lebih mungkin mengalami kecemasan, depresi, perasaan tidak berdaya, dan narsisisme. Kesemuanya bertepatan dengan menurunnya aktifitas bermain dan meningkatnya pantauan orang tua dan pengaturan kegiatan anak-anak oleh orang tuanya.

"Untuk anak laki-laki, permainan yang kasar dan seringkali menyebabkan jatuh membantu mengajarkan regulasi emosi," kata Peter LaFreniere, profesor psikologi perkembangan di Universitas Maine.

"Anak laki-laki belajar bahwa jika mereka ingin menjaga temannya, mereka tidak boleh membiarkannya pergi terlalu jauh atau menyakiti anak-anak lainnya. Keterampilan ini akan membantu anak laki-laki tumbuh menjadi pria yang mampu mengontrol agresi dan kemarahannya," katanya.

Meskipun semakin banyak ahli yang menyuarakan pentingnya bermain terhadap kesehatan mental dan fisik anak-anak, namun jumlah waktu bermain anak-anak tetap menurun secara signifikan.

Gray mengutip salah satu survei dengan sampel orang tua yang mewakili nasional yang melacak kegiatan anak-anak pada tahun 1981 dan tahun 1997. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang berusia 6 sampai 8 tahun pada tahun 1997 bermain 25 persen lebih sedikit dibandingkan anak-anak pada tahun 1981.

Penelitian lain sekitar sepuluh tahun lalu meminta 830 orang ibu AS membandingkan waktu bermain anak-anak mereka dengan waktu bermain mereka sendiri ketika masih anak-anak. Sekitar 70 persen ibu melaporkan bahwa mereka sering bermain di luar ketika masih anak-anak. Namun hanya 31 persen yang mengatakan bahwa anak-anak mereka sendiri juga melakukan hal yang sama.

Jadi apakah yang menyebabkan anak-anak harus tetap di dalam rumah? Menurut survei, alasan terbesarnya adalah karena takut penculikan, diikuti oleh kekhawatiran anak-anak akan tertabrak mobil dan diganggu anak-anak nakal.

"Ketakutan mereka telah menciptakan orangtua yang terlalu protektif dan membesarkan anak-anak yang penakut dan tak mampu mengatasi naik turunnya kehidupan karena tidak punya pengalaman," kata Hara Estroff Marano, penulis buku 'A Nation of Wimps: The High Cost of Invasive Parenting' dari New York.

Suatu survei menemukan bahwa 89 persen anak-anak lebih suka bermain di luar dengan teman-teman daripada menonton TV.

"Orang tua harus ingat bahwa masa kanak-kanak hanya sekali, dan jangan biarkan anak-anak melewatkannya begitu saja. Bercampur dengan anak-anak lain dengan cara yang tak terkendali tak hanya menyenangkan tetapi juga merupakan sebagian dari rencana alam," kata LaFreniere.

-detik-
[ Read More ]

Membiasakan hidup bersih sebaiknya sudah diajarkan sejak masih anak-anak. Berikut ini adalah 6 kebiasaan hidup bersih yang harus diajarkan orangtua pada si kecil.

Masa anak-anak adalah saatnya ia menikmati permainan di luar rumah seperti bermain lumpur atau kotor-kotoran. Karenanya orangtua harus mulai mengajarkan tentang kebersihan sejak masih balita.

Kebersihan pribadi seorang anak harus menjadi prioritas utama saat ia tumbuh agar ia tidak mudah terkena penyakit atau infeksi. Berikut ini 6 kebiasaan bersih yang harus diajarkan pada si kecil, yaitu:

1. Cuci tangan menggunakan sabun
Ajaklah anak untuk selalu mencuci tangannya menggunakan sabun dan beritahu kapan tangannya harus dicuci. Pastikan anak mencuci permukaan atas tangan, sela-sela jari dan membilas kotoran yang terjebak di bawah kuku. Orangtua bisa mengajarkan melalui lagu yang berisi urutan mencuci tangan yang benar.

2. Menyikat gigi dengan benar
Perawatan diperlukan sejak usia 1 tahun untuk mencegah risiko gigi berlubang. Pastikan si kecil menyikat gigi dengan benar seperti gerakan naik turun dan melingkar, serta membuatnya menyikat gigi 2 kali sehari. Gunakan bentuk karakter kartun favoritnya pada sikat gigi si kecil sehingga ini menjadi aktivitas yang menyenangkan.

3. Membersihkan lidah
Cobalah mengajarkan anak untuk membersihkan lidahnya setelah menyikat gigi, karena permukaan lidah bisa menjadi tempat bagi bakteri untuk tumbuh dan sarang partikel-partikel kecil makanan.

4. Membiasakan mandi 2 kali sehari
Anak-anak senang bermain sehingga mudah berkeringat, karenanya biasakan mandi 2 kali sehari untuk membersihkan kulitnya. Ajarkan ia untuk menggosok dari tangan, kaki, ketiak, pangkal paha dan lipatan-lipatan tubuh dengan menggunakan sabun yang lembut. Jika anak menolak untuk mandi, cobalah membujuk dengan menempatkan mainan favoritnya di bak mandi atau mandi busa.

5. Membersihkan telinga
Anak-anak mungkin belum bisa membersihkan telinganya sendiri, karena itu orangtua snagat berperan disini. Membersihkan telinga secara rutin bisa membantu mencegah risiko komplikasi seperti infeksi, iritasi atau kerusakan pada gendang telinga.

6. Melatih anak untuk buang air kecil dan besar di kamar mandi
Umumnya anak-anak mulai terbiasa untuk buang air kecil (BAK) dan besar (BAB) di kamar mandi sejak berusia 2-3 tahun, hal ini juga memberinya pengetahuan bahwa BAK dan BAB tidak boleh dilakukan sembarangan.

-detik-
[ Read More ]

MENGENALKAN warna pada anak usia dua tahun, tak harus dengan cara atau metoda canggih seperti dalam ilmu kimia. Namun bisa dengan cara mudah, menggunakan benda yang ada di sekelilingnya.

Penasaran seperti apa caranya, baca saja ulasan dari Efnie Indrianie, M.Psi, berikut.

Kenapa usia dua tahun?

Saat usianya 0-1 tahun kemampuannya belum sebaik pada usia dua tahun yang lebih mengandalkan pendengaran. Sedangkan anak pada usia dua tahun fungsi-fungsi visualnya sedang berkembang.

Mulai usia dua tahun, kemampuan visualnya lebih baik, kemampuan mengakomodasikan mata sudah lebih baik sehingga bisa lebih fokus dan dapat melihat sesuatu dengan lebih jelas.

Maka pada usia dua tahun itulah, pengenalan dan pengetahuan warna perlu dilakukan. Sehingga, ketika usianya tiga tahun, anak tidak salah lagi jika menunjuk atau menyebut warna tersebut.

Walau memang, sudah banyak orangtua yang mengenalkan aneka warna sebelum usia si kecil dua tahun. Ini boleh dilakukan, namun pada usia sebelum menginjak dua tahun, daya pandang, ketajaman mata dan pengakomodasian mata masih belum terlalu optimal.

Pertumbuhan otak pesat

Mengacu pada tumbuh kembang anak, proses tumbuh kembang otak usia 0-10 tahun sangat pesat. Pada usia tersebut terjadi koneksi yang sangat optimal  antarsaraf otak yang jumlahnya bisa mencapai 1.000 triliun.

Amazing ya Moms? Nah, momen berharga ini tentu sangat luar biasa dan tidak akan terulang lagi. Inilah sebabnya mengenalkan pelbagai warna kepada si kecil bisa menjadi sangat berguna sekaligus menyenangkan.

Mudah dan menyenangkan

Menggunakan fasilitas yang ada di sekeliling rumah Moms merupakan cara mudah dan menyenangkan memperkenalkan warna kepada si kecil. Misal:

• Biarkan si dua tahun memegang, mengalami, dan memanipulasi benda aneka warna. Misalnya saja, Moms bisa mengenalkan warna merah sambil membiarkannya memegang buah apel, atau benda berwarna merah lainnya.

Moms juga bisa mengenalkan warna melalui pakaian yang ia kenakan. Dengan cara ini, batita tidak hanya bisa mengingat warna, tetapi juga bisa menghayati warna-warna dengan baik.

• Ajarkan si kecil bernyanyi lagu-lagu anak seperti Balonku Ada Lima, Pelangi, Lihat Kebunku, atau Kucingku Belang Tiga. Moms bisa sambil menunjukkan gambar-gambar yang sesuai dengan tema lagu, untuk lebih memudahkan anak mengingat.

Tips sukses mengenalkan warna

• Harus kontinu secara terus-menerus dilakukan setiap hari berkisar 15 hingga 20 menit. Hal ini untuk menyeimbangkan pengetahuan yang ia miliki dengan pertumbuhan saraf otaknya yang sedang maksimal.

• Untuk usia dua tahun kenalkan tiga warna dasar (merah, biru dan kuning) terlebih dulu. Karena, ketiga warna tersebut merupakan warna dasar dari warna yang lain. Setelah ia bisa mengenali tiga warna dasar tersebut, Moms boleh mengenalkan warna-warna yang lainnya.

• Untuk memperkenalkan aneka warna tersebut Moms bisa menggunakan apa pun yang ada di sekeliling rumah dan lingkungan. Misalnya mainannya yang berwarna biru, buah apel yang berwarna merah atau warna kuning pada jeruk/lemon. Jangan lupa tunjuk benda yang dimaksud atau saat ia memakan buah tersebut.

• Lafalkan warna dengan intonasi yang jelas sehingga anak akan tahu perbedaannya dengan lebih jelas. Agar lebih fun lakukan sambil bermain.  Jika perlu perlihatkan ekspresi muka Moms ketika menyebutkan warna tersebut karena sebelumnya, dia belajar dari cara mendengar.

• Indra sentuhan juga bisa sekaligus Moms ajarkan. Dengan cara meraba kulit jeruk, lemon atau apel si kecil juga akan tahu visual dan teksturnya.

• Jika ia sulit untuk menghafal dan mengetahui warna tersebut, janganlah  berputus asa. Moms dapat melakukan penambahan intensitas belajar sambil bermain seperti di atas dengan waktu yang sedikit lebih banyak.

Misal, kalau dulu satu kali sehari maka sekarang dua atau tiga kali sehari. Namun tetap harus fun dengan durasi hanya 15 sampai dengan 20 menit. Namun tetap jangan memaksakannya ya, Moms!

Moms juga harus dapat melihat kemampuan si kecil lebih peka kepada indra pendengarannya atau indra penglihatannya. Karena jika Moms mengetahuinya maka akan lebih mudah mengajarkan si kecil untuk mengetahui aneka warna.

Moms boleh-boleh saja mengenalkan warna dengan dua bahasa (misalnya bahasa Inggris dan Indonesia). Namun yang perlu diperhatikan, bahasa harus dapat dimengerti oleh anak, sehingga si kecil tahu persis bahwa dua bahasa tersebut berarti sama.

• Yang tak kalah penting, saat mengenalkan warna kepada si kecil, Moms harus sabar dan jangan putus asa.

Si kecil hafal warna, tanda cerdas?

Bila dikaitkan dengan sistem kerja otak, ternyata ada sistem kerja otak anak yang dominannya visual -ditandai dengan fungsi lobus oksivitalis yang sangat kuat- di mana ia peka terhadap warna, gambar dan semua yang sifatnya berhubungan dengan tatapan matanya.

Namun ada juga anak yang lebih dominan pada fungsi audionya (suara atau pendengaran) - ditandai dengan lobus temporaly. Gaya belajar yang ditentukan dari fungsi otak tersebut membuat setiap anak mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap proses belajar.

Dengan demikian diharapkan Moms lebih mengetahui, bila si kecil lebih peka terhadap pendengaran maka pengenalan warna (secara visual) akan membutuhkan warna sedikit lebih banyak. Tapi jangan langsung mencap bahwa ia lebih lambat mengetahui warna berarti ia kurang cerdas ya Moms. (Sumber: Mom&Kiddie)
[ Read More ]