Featured Posts

Paud, Jembatan Keunikan AnakPaud, Jembatan Keunikan Anaktuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya.....

Readmore

kunci penting kembangkan bakat anakKunci Penting Kembangkan Bakat AnakBAKAT dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya....

Readmore

pengembangan bakat disesuaikan dengan kebutuhan anakPengembangan Bakat Disesuaikan dengan Kebutuhan AnakKUNCI lain yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan bakat anak adalah dengan selalu berpijak pada kebutuhan anak....

Readmore

Rss

Alasan Kenapa Anak Perlu Bermain


Bermain itu adalah hak anak. Sayang tingkat bermain anak di Indonesia sangat rendah. Padahal bermain memberi manfaat bagi anak.

Menurut psikolog anak Ratih Andjayani Ibrahim, ada 3 alasan kenapa anak mesti punya kesempatan untuk bermain yang menyenangkan.

Pertama, dengan bermain anak akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang utuh, sehat jiwa dan bahagia. Kedua, tanpa unsur bermain yang menyenangkan dan bergerak, anak akan tumbuh menjadi dewasa yang kurang tegas, stres, dan neurotik. Dan yang ketiga, pada level ekstrim, ketegangan dan stres bisa memicu gangguan-gangguan, termasuk gangguan jiwa.

Kebutuhan anak-anak usia 2 - 13 tahun adalah bermain. "Maka biarlah mereka bermain, jangan dipaksa belajar atau les ini dan les itu. Kalau mau mengajari (pelajaran) kan bisa dengan bermain," kata Ratih.

Bermain, Itu Memang Kerjaan Anak!


Wartawan itu kerjanya menulis. Kalau dosen mengajar dan mendidik. Nah, kalau anak-anak ya bermain. Karena itu memang dunianya.  Hal tersebut dikatakan dengan tegas oleh Sosiolog Imam Prasodjo dalam diskusi Pentingnya Bermain bagi Anak yang di Jakarta, Kamis (2/4).  "Anak itu ya bermain. Tapi pertanyaannya, bagaimana bermain yang produktif itu?" kata Imam. 

Menurut Imam, bermain yang produktif itu mesti mengajari anak tiga hal, yaitu :


Pertama, dengan bermain anak belajar peduli pada diri sendiri. Misalnya bermain make up atau berdandan. Ini bisa mengajari anak merawat dan menghargai dirinya sendiri, kata Imam. 

Kedua, bermain bisa membuat anak peduli pada orang lain dengan lintas budaya, jarak dan waktu. Salah satu contoh kegagalan masa anak-anak adalah fenomena perusakan warisan budaya berupa bangunan sejarah. Ini karena pada masa anak kurang diajarkan untuk menghargai orang lain, kata dosen tetap FISIP UI ini. 

Ketiga, dengan bermain anak akan peduli pada lingkungan. Taman bermain seharusnya menjadi wahana untuk mengurangi perilaku buruk, seperti bullying dan vandalisme. Misalnya, pada saat kelulusan anak-anak cenderung corat-coret, tidak hanya baju seragam yang dicoret tapi juga dinding, sesal Imam yang juga ketua Yayasan Nurani Dunia.  



-kompas.com-



Leave a Reply